Part 11 •• Bertemu

25 7 2
                                    


"Di simpan bonekanya, ya pacarku."

"Ihhh geli sumpah kak!"

Sepasang mata coklat tua yang sedari tadi memerhatikan dua insan yang kini tertawa bersama di taman belakang sekolah itu meredup.

Ia menghela napas berat dan membalikkan badannya, lebih baik pergi saja daripada di sini hanya untuk menyakiti diri sendiri.

Langkahnya menuju pagar belakang sekolah jalan biasa yang ia gunakan saat akan bolos. Cowok gingsul itu memanjat, namun baru saja ingin melompat sebuah suara mengagetkannya,

"Arsene! Mau kemana kamu!??!"

Refleks saja Arsene terjatuh dari atas pagar sehingga tubuhnya mencium tanah halaman belakang yang sedikit kasar, Arsene mengumpat dengan tergesa bangkit dan berlari menuju parkiran di mana motornya tersimpan.

Arsene segera memakai helm dan melajukan motor sebelum ketahuan Pak Heru si guru killer yang sering sekali menangkapnya saat ingin bolos pelajaran.

Setelah beberapa menit, sampailah Arsene di sebuah tempat sunyi yang beberapa bulan ini jarang ia kunjungi. Pemakaman di mana bundanya berada.

Arsene merapikan rambut, seragamnya sudah dilepas dan digantikan dengan kaos oblong hitam yang bagian lengannya digulung ke atas. Sebelumnya, cowok itu sudah membeli beberapa tangkai bunga mawar kesukaan bunda.

Arsene jadi tersenyum kecil saat mengingat dulu dia pernah menabung uang jajannya hanya untuk membelikan bunda bunga mawar sebagai kado ulang tahun.

Memang kenangan semanis itu akan terasa pahit saat diingat.

Arsene berjalan di antara makam-makam, ia bersenandung kecil sampai akhirnya kakinya berhenti melangkah. Napasnya tercekat saat melihat seorang gadis berseragam SMA sedang terisak di samping makam bundanya, bahunya naik turun dengan tubuh bergetar hebat.

"Lo ... Siapa?" tanya Arsene terbata.

Bisa Arsene lihat gadis itu terkejut mendengar suaranya. Dengan tergesa gadis berambut lurus itu bangkit dan ingin pergi, tentu Arsene segera menahan.

"Tunggu dulu."

"Lepasin gue!"

"Ngapain lo nangis di makam bunda gue?" Arsene bertanya curiga.

Gadis itu sedikit tergagap. "B-bukan urusan lo!"

Arsene masih menahan tangan gadis itu, matanya menatap tajam wajah lembut nan cantik di depannya. Detik kemudian, Arsene tersadar, napasnya tercekat dengan jantung terasa mencelos.

"Lo!? Lo Regita?"

Gadis itu diam saja dengan kepala menunduk.

Arsene menggelengkan kepalanya tak percaya. Sampai perlahan Arsene menarik gadis cantik itu kedekapannya, memeluknya erat seolah tak mengizinkan dunia memisahkan kembali keduanya.

"Akhirnya gue bisa ketemu sama lo."

•°•°•

Dulu, beberapa tahun yang lalu. Arsene pernah merasa bahwa ayah dan bunda tak pernah menyayanginya, kata-kata manis mereka itu palsu.

Bagaimana bisa orang tua lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka hanya untuk berkutat dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan menemani anaknya di rumah? Pagi mereka pergi lalu pulang larut malam saat Arsene sudah tertidur.

Arsene yang saat itu duduk di bangku SMP lelah dan marah sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Bandung dan tinggal bersama neneknya.

Dari situ, ayah dan bunda jadi tersadar atas perlakuan mereka. Mereka sangat merasa bersalah pada putra satu-satunya yang mereka punya, ayah dan bunda pun membujuk Arsene untuk pulang ke Jakarta kembali.

Tapi hati Arsene sudah menjadi batu, ia menolak dengan keras. Berkali-kali orangtuanya membujuk berkali-kali pula Arsene menolak.

Sampai akhirnya ayah dan bunda menyerah.

Dan entah bagaimana bisa, bunda bertemu seorang anak bernama Gita yang kebingungan mencari mamanya.

Karena bunda saat itu terlalu kesepian, bunda mengajak Gita ke rumah dan merawatnya. Hari-hari bunda jadi sedikit lebih ramai karena ada Gita.

Tapi beberapa minggu kemudian, Gita kabur dari rumah membuat bunda depresi karena beliau mengira bahwa Gita diculik.

Bunda sakit-sakitan dan pergi sebelum Arsene kembali.
Karena itu ayah membenci Arsene, ayah bilang kalau Arsene adalah penyebab bunda pergi lebih dulu.

Arsene mencari gadis bernama Regita tersebut setelah mendapat info dari nenek, dan akhirnya setelah sekian lama Arsene bertemu gadis yang kini duduk di boncengannya.

"Nama lo bener Regita Fahira, kan?" tanya Arsene menatap Gita lewat kaca spion.

"Menurut lo?"

"Takutnya gue salah bawa orang. Eh kayaknya lo lebih tua dari gue, ya?"

Gita berdecak. "Cuma beda satu tahun!"

"Ya tetap aja lebih tua, harusnya gue panggil lo teteh."

"What?! No! Apa-apaan lo?!" Gita sewot.

"Galak banget si teh ya----- a-a-aduh! Anjir!" Motor hampir saja oleng karena Gita menjambak rambut Arsene dengan bringas.

"Sekali lagi lo panggil gue dengan sebutan itu, gue jamin besok lo bangun udah di bawah tanah!"

•°•°•
Tbc ...

Tadaaa!
Aku up tiga part lagi😭😂

Ethereal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang