Part 10 •• Seperti lumba-lumba

27 6 0
                                    

'Habiskan ya, terus temui kakak di taman belakang.'

Biru menatap kembali susu coklat di tangannya. "Beneran? Ini dari Kak Jeedan?" tanya gadis berkuncir kuda itu.

"Elo gak percaya sama gue?" Bella malah sewot. "Kalau gak mau susunya buat gue aja sini!"

"Enak aja." Refleks, Biru memeluk susu kotak itu seolah takut Bella merampasnya.

"Iya udah sana temuin, siapa tahu mau ditawarin jadi pacarnya Kak Jeedan." Bella menaik-turunkan alisnya.

"Aamin!" Dengan segera mungkin Biru menyimpan susu itu ke ranselnya lalu merapikan penampilan untuk bertemu dengan pujaan hati. "Doain gue, ya!" serunya pada Bella sebelum keluar kelas.

"Jangan lupa kasih gue pajak jadian!" balas Bella melengking.

Sesampainya di taman belakang. Biru mengernyitkan keningnya karena tak ada satupun orang di sana. Namun, matanya menangkap sepucuk surat di kursi taman.

Biru membukanya,

'Ciee nyariin, coba sebut nama gue tiga kali dengan gitu gue bakal ada di hadapan lo.'

"Apa sih!" Biru berteriak jengkel. Kemudian cewek itu menoleh kanan-kiri. lantas berbisik, "kak Jeedan?"

Tak ada jawaban.

Sekali lagi. "Kak Jeedan?"

Hening. Masih tak ada jawaban.

Oke, Biru sudah mulai kesal. "Kak Jeedan!?"

"Iya sayang?"

"Hua!" Biru hampir saja terjungkal ke belakang dengan jantung yang terasa meloncat ke perut saking terkejutnya. Biru menolehkan kepala dan melihat Jeedan yang sudah menertawainya.

"Mau buat gue mati!?" Biru berteriak jengkel.

"Seandainya lo bisa lihat ekspresi wajah lo tadi, kocak!" Jeedan tertawa terbahak-bahak.

"Gak lucuuuu!"

"Iya, percaya karena cuma lo yang lucu."

"Apaan, sih!? Gak jelas!" Wajah Biru sudah memerah. "Langsung aja, ngapain suruh gue ke sini segala?"

Jeedan dengan cuek duduk di kursi taman seraya melipat tangan di dada. "Santai dong. buru-buru amat, sih?"

"Di sini panas tau!"

"Makanya jangan salting dong."

"Terserah!" Biru ingin membalikkan badannya namun Jeedan segera menahan.

"Duduk coba," perintah cowok itu.

Biru menurut dengan jantung yang sedari tadi sudah maraton.

"Gue mau ngomong," ucap Jeedan memandang biru. "Sebentar."

"Ha?" Biru hanya bisa terbengong saat Jeedan mendekatkan dirinya, tangan cowok itu terulur ke belakang tubuh biru. Seperti mengambil sesuatu.

"Tadaaa!"

Biru semakin ternganga melihat sebuah boneka lumba-lumba yang kini sudah ada di tangan Jeedan.

"Lo tau gak? Lumba-lumba adalah hewan  mamalia yang suka berpindah-pindah tempat menyusuri lautan." Jeedan bercerita sembari tersenyum pada Biru yang masih memandangnya tak mengerti.

"Lalu, lumba-lumba akan berhenti  di suatu tempat yang menurutnya aman dan nyaman, sama kayak hati gue." Jeedan meraih tangan Biru, kemudian memberikan boneka lumba-lumba berwarna biru itu. "Biru ... Menurut gue, duduk di samping lo adalah tempat ternyaman."

Senyuman tampan Jeedan masih setia di bibirnya. "Jadi, lo mau kan? Jadi tempat pemberhentian lumba-lumba perasaan gue?"

Desiran aneh dirasakan oleh gadis kuncir kuda itu, jantungnya sudah berpacu dua kali lebih cepat, Biru menatap Jeedan tak percaya dengan nyawa yang entah apakah masih ada dalam raganya atau tidak jangan lupakan tangannya yang sudah panas dingin.

Dengan bodohnya Biru bertanya, "kak Jeedan nembak aku?"

Detik berikutnya cowok di hadapan Biru sudah merubah air mukanya menjadi datar. "Iya terus?" kesal Jeedan sembari memutar bola matanya malas, pupus sudah kesan romantis acara tembak-menembak yang membuat Jeedan tak bisa tidur semalaman ini.

Biru tergagap dan segera meraih boneka lumba-lumba berukuran sedang di hadapannya. "Iya mau, mau jadi tempat lumba-lumba Kak Jeedan."

"Ha? Apa? Gak mau?" Jeedan malah menjahili Biru.

"Ck, budeg!"

"Coba ulang lagi jawabannya? Gak kedengaran, nih." Jeedan mendekatkan telinganya pada Biru.

"IYA MAU!" jawab Biru berteriak di depan telinga Jeedan.

Jeedan menahan senyumnya. "Mau apa, hm?"

"Ish! Yaudah gak jadi."

"Eits ...." Jeedan menarik tangan Biru yang ingin bangkit dari duduknya sehingga tubuh mungil itu sedikit bertubrukan dengan tubuhnya. "Aduh mau meluk tapi ini di sekolah."

Biru ingin kesal tapi bersamaan ia juga ingin tersenyum melihat wajah gelisah Jeedan yang tampak menggemaskan.

Cowok itu menolehkan kepalanya pada Biru. Kemudian menepuk pipi kiri Biru dua kali. "Disimpan bonekanya, ya pacarku."

Biru malah bergidik. "Ihhh geli sumpah kak!"

Jeedan tertawa berikutnya Biru ikut tertawa.

•°•°•

Tbc
Cie jadian ...

Ethereal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang