𝘼 𝙋𝘼𝙍𝙏𝙔 𝘼𝙉𝘿 𝘼 𝘿𝘼𝙍𝙀
—
"lo sampe mana? gue udah siap nih."
"ya elah hina, gua udah depan rumah lu anjir." sahut suara di seberang sana.
nakamura hina––gadis yang menelepon––membuka jendela kamarnya dan mendapati sebuah sedan hitam terparkir di depan rumah. ia tersenyum lebar, mengambil tas selempang yang terletak di atas kasur lalu turun ke bawah.
"mah, pah, hina keluar yaaaa."
begitu gadis jepang itu membuka pintu mobil, sosok konyol dengan rambut cokelat gelap tengah tersenyum ke arahnya.
"tumben banget dikepang, biasanya cepol asal." komentar sosok itu.
"duh haechan, ngomong mulu lo." protes hina sambil mengeluarkan sebuah cermin kecil dari dalam tas untuk melihat pantulan dirinya.
"kayak lo nggak suka ngomel aja, sadar diri hina-chan." seru haechan bersamaan dengan melajunya mobil di jalanan kota.
hina berdecak. "ck. kita nih mau ke sweet seventeen-nya wang yiren, chan. harus dandan yang bener lah."
"halah, bilang aja lo mau cari muka sama sepupunya kan?"
"sembarangan!" hina menoyor kepala haechan. "lagian juga ya, seorang huang renjun gak ada minat buat nyari cewek. pikirannya cuma ngegambar sampe botak."
"SIALAN!" haechan tiba-tiba memukul stir mobil, membuat hina kaget karena gadis iti pikir haechan mengumpat padanya.
"heh? kenapa lo?"
"macet." ujar haechan seraya menunjuk ke depan, tepat ke arah jalan raya yang dipenuhi kendaraan roda empat.
"macet? wow. it's been 5 years since the incident happened and finally there's a traffic jam again in illows."
"hina-chan, gue gak ngerti lo ngomong apa." aku haechan dengan wajah datar.
"ah tau ah." ujar hina malas. "ada jalan pintas gak buat ke tempatnya?"
"ada sih. tapi..." haechan menggantungkan kalimatnya.
"tapi apa?"
"ngelewatin pabrik itu, na." jawab haechan ragu.
"udah gapapa, kejadiannya udah lama. sekarang kita aman kok. ayo lewat sana aja daripada telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
the upside down | 00 line
Fanfiction[STATUS: ON HOLD] 40 siswa terjebak dalam sebuah dunia yang mirip dengan distrik tempat mereka tinggal. bedanya, disana tidak ada siapapun kecuali diri mereka sendiri. © tteobokjin, 2019