Sudah sekitar dua minggu Agi merasa dirinya membaik, ia sudah melupakan beberapa kenangan buruk yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu.
pagi itu seperti biasa ia berjalan menuju kedai kopi, berbonceng motor dengan Sakha. Seperti yang sudah dibicarakan beberapa waktu lalu bahwa dirinya menawarkan tumpangan rumah kepada Sakha, dan dengan senang hati ia menerima tawaran itu, sudah beberapa hari terakhir ini Sakha tinggal dirumah Agi.Di Kedai kopi pagi itu terasa sejuk, karena Bandung habis di landa hujan lebat dari tadi subuh, burung-burung pun berterbangan kesana kemari, Agi duduk di depan kedai dengan secangkir teh manis hangat, menikmati Bandung pada pagi itu.
Beberapa detik kemudian pintu kedai berbunyi, pertanda ada yang datang dan baru mendorong pintu untuk masuk kedalam. Agi melirik ke arah dalam, memastikan Sakha berada pada tempatnya untuk segera melayani pengunjung. kemudian matanya terpaku pada sosok yang baru saja datang, ia terkejut dan mengedipkan matanya beberapa kali, ia berdiri di tempatnya, berjalan perlahan membuka pintu kedai dan mendekati sosok itu, matanya terpaku tak berkedip.
"halo, bisa pesan disini?" Agi terpaku
"halo?" ia masih tidak menyangka
Wanita itu masih menggunakan warna gaun yang sama, hitam pekat seperti warna rambutnya yang saat ini dibiarkan terurai bebas, wajahnya terlihat lebih baik dari sebelumnya, mungkin karena sentuhan makeup dan lipstick yang ia gunakan. Tidak, bukan hanya karena makeup yang ia gunakan, namun Agi rasa wanita itu memang sudah merasa jauh lebih baik. Mata Agi terbawa pada lengan kanan wanita itu, Ia membawa bunga lily berwarna putih.
"halo?"
"apa toko ini sudah buka?" tanya wanita itu sekali lagi
Agi tidak bisa berbicara apa-apa
"selamat pagi, selamat datang di kedai kami, maaf ada yang bisa saya bantu?" suara Sakha memecahkan keheningan.
Sakha melihat kearah mereka Agi dengan banyak pertanyaan, ia tidak mengerti kenapa Agi diam terpaku didepan wanita itu.
Setelah memesan, wanita itu berjalan menjauh dari meja kasir, ia duduk di meja untuk dua orang di ujung kedai. Bunga itu diletakan di kursi depan. Kemudian ia duduk menunggu pesanan sambil melihat ke arah luar jendela.
Agi masih pada tempatnya, menerka-nerka apakah wanita itu tidak menginggatnya?
Saat Sakha ingin mengantarkan kopi kepada wanita tersebut, Agi memberhentikan jalannya. Ia mengambil alih kopi itu dan berjalan menuju tempat wanita itu duduk. Ia meletakan kopi pesanannya, sedetik kemudian Agi menarik kursi dari meja sebelah, dan duduk disamping wanita itu.
Ia terkejut, dan menerka-nerka pertanda bingung
"kamu baik-baik saja?" tanya Agi
Wanita itu memiringkan wajahnya. Dan diam menandakan tidak mengerti
Agi langsung bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju meja pembuatan kopi. ia malu sekali bertanya seperti itu pada seseorang yang bahkan tidak mengenali dirinya. Pasti wanita itu merasa terganggu.
"kamu mengenalinya gi?" tanya Sakha tiba tiba
"tidak" kata agi kemudian.
Agi berjalan menuju lantai 2 Kedai, disana terdapat kasur dan perlengkapan tidur lainnya. Ada kulkas kecil yang berisi minuman-minuman kaleng, ia mengambil 1 kaleng cola, duduk di sofa dan meluruskan otot-otot belakang tubuhnya. Lantai 2 kedai memang sengaja ia buat senyaman mungkin untuk tempatnya beristirahat.
Setelah beberapa lama otaknya dipenuhi oleh wanita itu, ia pun jatuh tertidur.Agi terbangun dari tidurnya, ia turun kebawah mendatangi Sakha, matanya langsung menuju pada meja yang tadi wanita itu tempati. Sudah tidak ada siapa-siapa.
"ada titipan" kata Sakha tiba-tiba
Agi yang baru saja bangun dari tidurnya tertegun sesaat, fikirannya menerka-nerka apa yang dimaksud oleh Sakha
"ada dilaci kasir"
Agi langsung membuka laci dan melihat selembar tissue. Dibuka tissue tersebut, terdapat tulisan dari spidol berwarna merah, bukan, bukan spidol namun lipstick.
"hal buruk sepertinya tidak perlu di ingat"
Agi menatap ke arah Sakha, mereka saling menyiratkan sesuatu. Agi tahu yang dimaksud Sakha ialah itu surat dari wanita tadi.Alana
YOU ARE READING
Alana
RomanceAgi hanya laki-laki yang tidak tahu harus melakukan apa setelah semua yang terjadi pada keluarganya. sedangkan ketika Alana datang, semua terasa begitu mudah.