kunang-kunang

33 1 0
                                    


Sudah beberapa hari sejak Agi melihat amplop coklat itu, ia tak kunjung mencari tahu dimana keberadaan ayahnya. Entah rasanya seperti semua terasa berat sekali, ia tak kuat untuk menerima kenyataannya, apa lagi untuk mendatangi ayahnya itu.

Malam itu kedai sudah tutup, Agi dan Sakha berjalan menuju rumah. Namun tiba-tiba matanya terhenti di perempatan jalan, ia melihat Alana sedang duduk disana. Agi tidak menyapanya, ia tetap duduk didalam jok mobil

"jalan lebih cepat, kha" Sakha nampak bingung, matanya melihat ke arah mata Agi

"kamu tidak mau saya turunin disini, Gi?" Sakha belum paham maksud Agi kenapa ia malah meminta jalan lebih cepat padahal ia baru saja melihat Alana disana.

"jalan lebih cepat saja, biar sampai rumah, saya turunin kamu dirumah lalu kembali lagi kesini, susul dia habis itu" matanya masih melihat ke arah Alana, Sakha mengerti dan melaju dengan kecepatan sedikit tinggi dari sebelumnya.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan gerbang rumah Agi, Sakha pun turun dan memberikan pesan-pesan untuk kawannya itu. Agi langsung membawa mobil jeep miliknya untuk kembali menuju perempatan jalan, wajahnya sedikit khawatir, ia takut Alana sudah pergi. Kakinya menginjak pedal gas lebih kencang, mobil melaju dengan kecepatan diatas normal. Ia pun sampai diperempatan tepat waktu, beruntung wanita itu masih duduk pada posisinya, tidak berpindah sedikitpun.

"kamu gak kedinginan tiap malam duduk disini?" kedatangan Agi sedikit mengejutkan Alana, wanita itu tersenyum, bibirnya naik dan matanya menyipit membentuk bulan sabit, terlihat sangat ceria sekali.

"sedang apa malam-malam begini?" Agi lanjut memberikan pertanyaan.

"mencari kunang-kunang" jawab Alana mengarang.

"memang kamu butuh cahaya?"

"kamu jual?"

"di ujung jalan ada teteh-teteh jual" Alana tertawa mendengar jawaban dari laki-laki itu.

"kamu mau kemana?" tanya Alana

"aku Agi" jawab Agi melanjutkan, Agi ingat bahwa waktu ia bertanya siapa nama Alana, Alana hanya menjawab pertanyaan itu dan tidak bertanya kembali siapa nama Agi

"hahaha, halo Agi, Aku Alana" jawab Alana sambil mengulurkan tangan

Agi pun ikut tertawa "aku tau kamu Alana"

"Alana sedang apa malam-malam begini?" Agi lanjut bertanya

"mencari kunang-kunang tadi kubilang, hahahaha"

"kalau gitu ayo ikut aku, aku tau dimana kunang-kunang berada" Agi menawarkan

Terpampang keraguan dan wajah penuh tanya dari Alana, namun dengan sedikit keyakinan dari Agi bahwa ia bukanlah perampok, atau tim penjual tubuh manusia, mengingat mobil yang Agi kendarai adalah jeep yang identik dengan mobil penculik di tv, Alana pun menyetujui dan ikut pergi masuk kedalam mobil Agi.

"kita mau kemana?" Alana kembali bertanya

"bantu kamu mencari kunang-kunang, karena menurutku duduk diperempatan jalan tidak akan membuat kunang-kunang itu datang. Meskipun yang menunggu adalah sosok Alana. Terbukti yang datang malah aku kan hahaha" mereka pun tertawa

"kamu dari mana?" tanya Alana

"dari kedai, na"

"itu kedai milikmu?"

"kedai orang tuaku na, aku hanya satpam untuk jaga situasi dan kondisi saja hahaha"

Agi tidak tahu kenapa dirinya menjadi humoris seperti ini, rasanya duduk disamping Alana membuatnya punya tanggung jawab untuk membuat perempuan itu tertawa, meskipun ia juga tidak tahu pasti itu lucu atau tidak.

Mereka berkeliling kota Bandung. Alana menceritakan kehidupannya, ia merantau ke Bandung, anak satu-satunya dan ibunya telah lama meninggal dunia ketika habis melahirkannya.

"kamu berapa bersaudara?" Tanya Alana tiba-tiba

"dua, adikku satu"

"wah umur berapa?"

"5 tahun" Agi sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini, namun ia juga tidak bisa berkata apa-apa pada Alana

"mau ke puncak?" Agi mengalihkan pembicaraan

"wah, serius? Jauh loh. Ini sudah pukul 12 malam" Alana menatap Agi dengan mata terkejut. Ia tidak menyangka Agi akan mengajaknya ketempat yang jauh

"tidak apa-apa, sekalian kita cari kunang-kunang"

Hampir 4 jam perjalanan mereka menuju puncak. Diperjalanan Alana lebih banyak menghabiskan waktu tertidur di kursi depan, dan Agi pun tidak berani membangunkannya, ia hanya menatap wanita itu dengan sesekali tersenyum.

AlanaWhere stories live. Discover now