Dimana?

33 1 0
                                    


Sore itu tante Lana menelepon Agi, ternyata ia membicarakan kembali mengenai dokumen-dokumen penting yang tempo hari sudah Agi cari-cari di dalam kamar ibunya. Namun tak kunjung ketemu. Dan karena tante Lana merasa punya tangung jawab terhadap Agi maka tante Lana berjanji akan datang ke kedai di sore ini.

Benar saja, tante lana datang ke kedai pukul 3 sore, tak lupa ia membawa 2 kotak makanan untuk Agi dan Sakha.
"terima kasih tante" Agi sempat menerka-nerka kenapa tante Lana sangat bertingkah seakan-akan ada sesuatu yang penting sekali, dan ia juga menjadi penasaran sebenarnya apa isi dokumen yang tante Lana katakan waktu itu, sehingga membuat tante Lana meluangkan waktu untuk membicarakan ini.

Agi dan tante Lana duduk berdua dibawah pohon pada teras kedai.
"ada apa tante?"

"jadi begini, Gi. Sebelumya tante dan ibumu tidak bermaksud sama sekali untuk menyembunyikan hal ini. namun, mengingat ibumu sudah meninggalkanmu sendiri didunia ini, tante rasa kamu perlu tau tentang ini." Agi masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka

"maksudnya, tante?"

"sebenarnya, ayahmu masih ada didunia ini. Entah tante tidak mengerti mengapa ibumu memilih untuk merahasiakan hal ini namun tante rasa ibumu punya alasan kuat kenapa ia merasa bahwa kamu tidak perlu tahu. Waktu ibumu masih di rumah sakit, beliau menitip pesan kepada tante untuk membicarakan ini kepada kamu. Dan ia berkata bahwa di dalam amplop yang dia letakan dilemari miliknya itu berisi foto-foto, alamat lengkap dan identitas ayahmu, tante rasa kamu perlu tau mengenai ini, dan kamu perlu tau siapa ayahmu. Ibumu juga sempat berkata bahwa ia sudah lama ingin mengirim surat untuk ayahmu, surat tersebut ada didalam amplop itu. Mungkin kamu bisa menyampaikan pada ayahmu" tante Lana berhenti berbicara, namun fikiran Agi terus berjalan kesana kemari. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya. Mengapa hidupnya seperti terombang ambing kesana kemari.

Tak lama tante Lana memeluk tubuh Agi erat erat, ia paham betul apa yang terjadi pada Agi ini bukan sesuatu yang mudah

"telfon tante kalau butuh apa-apa ya, kamu tau kamu sudah seperti anak tante sendiri, kamu pasti bisa melewati ini semua ya, Gi." Kemudian tante Lana pamit pergi karena masih ada urusan kantor yang belum ia selesaikan. Ia berpamitan pada Sakha dan Agi, kemudian pergi.

Agi masi duduk terpaku, ia tidak tahu apakah ia harus mencari-cari keberadaan ayahnya itu atau lebih baik berpura-pura bahwa ia tidak tahu apa-apa.

"ada apa, Gi?" Sakha mendatangi Agi dengan heran. Bukan karena tante Lana yang datang ke kedai, namun perbincangan mereka yang terlihat serius. Terlebih setelah tante Lana pamit pulang, Agi hanya duduk termenung tanpa melakukan apa-apa.

"ayahku masih hidup.." Agi berkata sambil termenung. Sakha pun ikut terkejut. Ia tidak menyangka bahwa ada saja hal baru yang menjadi beban fikiran kawannya itu.

"lalu, bagaimana?" Sakha tidak tahu harus berkata apa lagi.

"entahlah"

Malam itu Agi dan Sakha pulang kerumah, dijalan Agi menceritakan apa yang tante Lana katakan padanya, setelah itu mereka diam termenung pada fikirannya masing-masing. Kurang dari setengah jam perjalanan mereka, sesampainya dirumah Agi masuk kembali ke kamar ibunya, mencari-cari amplop yang berisi dokumen-dokumen tersebut. Setengah jam ia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Ia keluar kamar ibunya dengan tangan kosong, lalu berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika didepannya Sakha berdiri menyodorkan amplop berwarna coklat

"ada di lemari milikmu"

Agi mengambil amplop itu, dibukanya dengan hati-hati takut ada bagian yang terrobek, Sakha duduk menemani kawannya. Terdapat beberapa kertas dan foto, ada bukti buku nikah dan foto pernikahan ibu dan ayahnya. Ia melihat laki-laki itu, kemudian teringat kembali bahwa ia sempat bertemu dengan ayahnya sewaktu kecil, wajahnya mirip sekali dengannya, namun ayahnya memiliki rambut sedikit ikal, badannya tinggi tegap dan wajahnya tumbuh bewok. Terdapat pula amplop kecil berwarna putih yang sekarang sudah lusuh, disitu tertera tahun 2015, 5 tahun yang lalu kurang lebih sewaktu Nala baru lahir, mungkin ini surat yang dimaksud oleh tante Lana, surat dari ibu untuk ayahnya yang hingga kini belum terkirim. Agi membaca pelan-pelan setiap dokumen tersebut. Ternyata terdapat alamat tempat tinggal dan tempat dimana ayahnya itu bekerja. Ternyata selama ini ayahnya itu berada di jakarta, Agi tidak habis fikir. Ia tidak tahu apakah ia kuat untung bertemu dengan ayahnya? apakah ayahnya itu akan menerima dirinya sebagai anaknya? Semua fikiran-fikiran itu terngiang ngiang dikepalanya.

AlanaWhere stories live. Discover now