satu

22 3 0
                                    

Enjoy!

*****







"Putus!!?"

"Tidak Jung, kau gila? Aku tak akan pernah mengakhiri hubungan kita."

"Aku hanya lelah hyung, aku benar-benar lelah."

"Tunggu sebentar lagi Jung, sedikit lagi."

"Kapan Hyung? Apa aku harus menunggu sampai istrimu melahirkan anak kedua kalian." Jungkook menatap sendu Taehyung. Onyx nya berkaca-kaca, entah untuk ke berapa kalinya Jungkook mengeluarkan air matanya untuk pria dihadapannya ini.

Jika kalian mengatakan Jungkook bodoh, mungkin iya, seharusnya Jungkook meninggalkan Taehyung saat ia tau Taehyung telah mempunyai istri setahun yang lalu. Namun Taehyung berhasil membujuk Jungkook dengan meyakinkan pria bergigi kelinci itu bahwa ia akan segera menceraikan Irene. Jungkook mengalah dan mereka tetap menjalin hubungan.

****

Sedikit melihat kebelakang, pertemuan Jungkook dengan Taehyung bisa dikatakan tidak sengaja. Bibi Jungkook menawarkan sebuah pekerjaan  diperusahaan tempat ia bekerja pada Jungkook yang kebetulan saat itu memang sedang mencari pekerjaan. Saat interview kerja, Jungkook langsung dikenalkan pada Taehyung selaku bos nya. Jungkook sempat terpesona saat mengetahui bosnya ternyata masihlah sangat muda, tampan dan err ya tampan. Menjadi sekretaris Taehyung ternyata cukup menyenangkan, bosnya itu orang yang cukup simple, tak terlalu banyak aturan, dan tentu saja Taehyung itu tak galak. Sehingga dalam waktu 3 bulan mereka menjadi akrab layaknya teman. Jungkook sendiri tetap membedakan pekerjaan dan urusan pribadi, tak terlalu terlena dengan hubungan pertemanan dengan bosnya itu.

Sampai saat itu Jungkook tak sengaja mendengar salah satu karyawan Taehyung bergosip tentang dirinya dipantry.

"Aku rasa sajangnim memperlakukan Jungkook sedikit berbeda dengan sekretaris yang sebelumnya".

"Aah kupikir hanya aku yang merasa seperti itu, ternyata kau juga"

"Apa mereka ada hubungan? Atau sajangnim menyukai Jungkook"

Deg

Jungkook tertegun mendengar percakapan mereka. Mendadak pipinya terasa panas. Sedikit merona saat mendengar ucapan salah satu dari mereka. Ingat, diawal pertemuan saja Jungkook sudah terpesona terhadap bosnya itu. Walau belum dikonfirmasi secara langsung oleh Taehyung, Jungkook sedikit berharap bahwa apa yang mereka katakan menjadi kenyataan.

Sampai di bulan ke empat Jungkook bekerja pada Taehyung, di suatu sore saat Taehyung mengantarkan Jungkook pulang ia menyatakan perasaannya.

"Jungkook-ah, aku menyukaimu".

"Hah?"

"Jangan bercanda sajangnim"

"Apa aku terlihat bercanda? Lagipula panggil aku Taehyung, hyung atau apapun selain panggilan formal itu padaku Jung."

Jungkook menatap hazel Taehyung, saat itulah Jungkook tau bahwa Taehyung sedang tidak bercanda.

"Ta-tapi..."

"Tidak tidak, jangan ada tapi. Setidaknya mari mencoba Jung."

Taehyung mencengkram kedua bahu Jungkook saat mendengar kata tapi terucap dari mulut si pemuda kelinci. Ia seperti tau apa yang akan dikatakan Jungkook dan itu tidak sesuai dengan keinginannya.

Jungkook yang memang dari awal sedikit menyukai Taehyung berpikir, tak ada salahnya mencoba. Toh jika memang nyaman tinggal melanjutkan saja. Jika tidak, bisa kembali berteman seperti biasa. Akhirnya Jungkook mengangguk kaku sambil menatap wajah tampan Taehyung.

"Benarkah!!"

"Y-yeah setidaknya mari mencoba".

Sejak saat itu mereka selalu menghabiskan waktu bersama, namun tetap profesional saat bekerja. Diluar dari kantor dan pekerjaan mereka layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Bahkan Taehyung mengajak Jungkook tinggal bersama di apartemen nya.

Hubungan Taehyung dan Jungkook berjalan lancar, bahkan saat ayah Jungkook menikah lagi dan meninggalkan ibunya yang nyaris depresi akibat rasa bersalah atas meninggalnya somi beberapa tahun yang lalu, Taehyung ada disampingnya, menjaganya, menguatkannya, dan menjadi sandaran nya.

"Berhenti Jung, perutmu sensitif, alcohol hanya akan memperburuknya".

Ya mereka sedekat itu sampai tau keadaan masing-masing. Jungkook merasa tak dibutuhkan lagi oleh orang tuanya. Mereka bercerai dan meninggalkan Jungkook begitu saja. Sehingga ia memilih alcohol untuk pengalihan sesaat dari masalahnya.

"Hyung, kau ingin jawaban kan?"

Dahi Taehyung mengernyit bingung mendengar ocehan Jungkook. Jungkook itu peminum yang handal, namun siapa yang tidak akan tumbang jika minum 3 botol lebih soju.

"Kau bicara apa Jungkook-ah?. Ayo kedalam  disini dingin."

Taehyung mengangkat Jungkook dari balkon apartemen mereka kedalam. Sembari menggendong Jungkook, Taehyung masih mendengar ocehan tak jelas Jungkook mengenai hubungan mereka. Saat sampai dikamar, Jungkook menarik tangan Taehyung, menghentikan nya keluar.

"Tae, apa kau ingin mendengar jawaban pernyataan mu dua bulan yang lalu?"

"Hmm"

"Ya aku juga menyukaimu"

Setelah nya Jungkook tertidur, meninggalkan Taehyung yang melongo masih mencerna kata-kata Jungkook. Sampai akhirnya sebuah lengkungan bulan sabit tercipta dibibir tebalnya.

****

"Oh? Kau bangun pagi?"

Jungkook mengangguk, menjawab pertanyaan Taehyung.

"Bagaimana keadaan mu? Apa kepalamu sakit? Perutmu baik-baik saja?"

"Aku baik hyung. Dan ini sarapan mu. Oh dan tak ada kopi sebelum kau menyentuh makanan. Bukan hanya aku yang punya perut sensitif, tapi kau juga"

Jungkook merebut cangkir kopi ditangan Taehyung, meletakan nya di samping susu pisangnya. Taehyung tersenyum akan perhatian Jungkook. Bahkan sejak menjadi sekretaris nya, Jungkook hafal apapun tentangnya, membuat Taehyung merasa disayangi.

"Eumm Tae, bolehkah aku ijin terlambat hari ini?"

"Kau ingin kemana?" Taehyung bertanya tanpa sedikitpun berhenti menyuap pancake buatan Jungkook.

"Aku ingin mengunjungi adikku"

"Oh hari ini? Apa perlu ku antar?"

"Tidak, aku ingin berangkat sendiri. Ingin sedikit berkeluh kesah"

"Baiklah, kalau begitu bawakan lily putih dariku, sampaikan juga salam ku padanya. Dan juga sampaikan padanya aku meminta ijinnya untuk menjadikan Jeon Jungkook sebagai pasangan hidupku."

"Baiklah, aku berangkat" Jungkook bangkit dan mencium pipi Taehyung sebelum berangkat ke makam Somi. Adiknya yang meninggal saat usia 4 tahun.

****

Sekembalinya mengunjungi Somi, Jungkook langsung menuju ruangan Taehyung. Ingin segera menyampaikan bahwa pertemuan dengan perusahaan cina dimajukan sebelum makan siang.

"Tae..." Kata-kata nya berhenti saat melihat Taehyung sedang berbicara dengan seorang perempuan di sofa ruangan Taehyung.

"O-oh Jungkook.. kau sudah datang?"

"Siapa?" Tanya perempuan di samping Taehyung.

"Aah saya Jungkook, sekretaris sajangnim yang baru. Maaf anda...?"

"Aku tau ku tak akan mengenalku, Taehyung jarang sekali membicarakan ku pada rekan kerja atau bahkan karyawannya. Aku irene istri Taehyung." Irene tersenyum sangat manis pada Jungkook.

Jungkook membatu mendengar pengakuan irene. Istri katanya? Kapan?

"Aku masih jetlag, kutunggu di rumah Tae." Irene mencium bibir Taehyung sekilas, menarik kopernya keluar,  meninggalkan Taehyung dan Jungkook yang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

****

Tbc

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang