12. Saling berbagi

1.9K 73 10
                                    

Ria Yunita dan Wildan Alamsyah, dua insan yang sama-sama masa lalu yang tidak indah. Mereka pernah diremehkan oleh orang-orang disekitar mereka, umi ricis pernah diremehkan oleh dosen di kampusnya, sedangkan bang wildan pernah diremehkan oleh gurunya di sekolah menengah atas bahkan lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Sekarang mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa sukses dengan kerja keras mereka masing-masing. Seperti sekarang mereka duduk berdampingan sambil menatap langit di rooftop rumah umi ricis

Di rooftop

"Umi, masih mikirin masalah yang kemaren? Aku ngga tega liat umi kaya gini, aku mohon ya mi, umi harus tegar" tanya bang wildan lembut

"Gimana ya bang? Sebenernya aku ngga mau terlalu mikirin masalah kemaren tapi aku belum bisan nerima bang. Bahkan kalo kamu tau, setelah kamu suruh aku pergi ke kamar untuk sholat aku sempet mikir untuk bunuh diri dengan ngambil gunting di laci. Alhamdulillah, aku inget sama Allah, aku inget sama kata-kata abang, inget the ricis yang udah mendukung aku sejauh ini, dan aku yakin kalo ini semua bukan akhir dari kehidupanku. Apalagi kalo inget sama kejadian dulu saat orang-orang meremehkan aku, aku harus buktiin kalo aku bisa sukses. Aku juga mencoba belajar ilmu ikhlas atas apa yang terjadi dalam kehidupanku. Ini semua awal dari kehidupanku, insyaalloh aku bisa nglewatinnnya, aku berusaha kuat. Dan aku minta sama kamu bang, tolong tetap ingatkan aku kalo aku salah, support aku dalam keadaan apapun bang" ucap umi ricis sambil menatap langit dan tak terasa air matanya terjatuh

"Astagfirulloh umi, kenapa umi bisa gitu? Ternyata umi lebih dari yang aku kira, umi mempunyai banyak masalah tapi tetep aja umi mencoba kuat, ceria didepan the ricis semua. Umi wanita kuat, Allah akan selalu ada buat umi, tetap jagain umi. Insyaallah aku janji, aku bakalan tetap jaga umi dalam keadaan apapun" jawab bang wildan menatap umi

"Aku sempet mikir kalo Allah ngga adil sama aku, kenapa aku mendapat masalah kaya gini ? Tapi Alhamdulillah aku beruntung bisa kenal orang kaya kamu, terimakasih karena Allah telah mempertemukan kita. Aku udah cerita sama kamu, tinggal kamu dong cerita sama aku" kata umi sambil melihat bang wildan

"Masa lalu aku juga ngga baik mi, aku pernah diremehkan orang. Bahkan sepupu akupun pernah ngremehin aku mi, ibu aku kerja keras. Makanya aku sekarang bekerja keras buat ngebuktiin bahwa aku bisa sukses, menghasilkan karya bukan mereka yang bisanya ngomongin orang" jawab bang wildan sambil berkaca-kaca

"Ternyata kita sama-sama mempunyai masa lalu yang ngga indah bang. Aku terharu, aku baru pertama kali liat kamu berkaca-kaca gitu bang" sambil menatap bang wildan

"Jangan gitu kenapa mi? Kan aku jadi gimana gitu" ucap bang wildan mencoba mencairkan suasana

"Kali gitu, orang yang aku kenal dengan sebutan bar-bar nangis. Lucu aja gitu, seorang wildan alamsyah sultan akbar nangis" ucap umi mulai lupa dengan masalahnya dan tertawa

"Aku juga ga pernah liat umi nangis gitu, karena yang aku tau seorang ria ricis orang yang ceria, heboh, girang, dan segala kelucuan-kelucuan umi kalo didepan kamera" ucap bang wildan

"Ria ricis juga manusia kali bang" ycap umi sambil manyun lucu gitu

"Bidadari" ucap bang wildan lirih tapi bisa didengar umi walaupun samar-samar

"Ape bang?" tanya umi sambil senyum

"Hah? Gapapa mi....hhheee" jawab bang wildan membuat umi tertawa

Langit malam itu yang menjadi saksi dua orang yang saling mencintai tapi masih ragu mengungkapkan berbagi cerita dan tertawa bahagia

Wildan pov

"Aku sayang sama umi, aku cinta sama umi. Nggak mungkin kalo aku ngungkapin perasaan sekarang, aku tau umi sedang rapuh. Aku takut ini malah semakin membuat umi sedih, menjadi beban umi bertambah berat. Aku menahan ini dalam diam mi, menahan perasaan yang memaksa untuk keluar mi" batin bang wildan menatap umi ricis sambil tersenyum

Ricis pov

"Aku harap Allah menakdirkan kita bersama ya bang, kalaupun besok kita bersama (aamiinkan the ricis) kamu bisa membimbing aku bang. Aku harap kamu punya rasa yang sama seperti apa yang aku rasain ke kamu" ucap umi sambil tersenyum menatap bang wildan, sehingga tatapan mereka bertemu

Bang Aryesh yang tidak sengaja lewat melihat sahabat yang sekaligus ia anggap adek itu tertawa bahagia merasa bahagia, dia berharap wildan akan terus membuat yuyun tersenyum karena bang aryesh sudah bisa menebak bahwa antara wildan dan yuyun mempunyai perasaan lebih dari sekedar karyawan dan atasan. Dia juga berharap kebahagiaan yuyun ada di wildan pun sebaliknya walaupun umur mereka yang berbeda, tapi soal kedewasaan jangan ditanya.

Dalam IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang