I could not tell you if I loved you the first moment I saw you, or if it was the second or third or fourth. But I remember the first moment I looked at you walking toward me and realized that somehow the rest of the world seemed to vanish when I was with you.
Clockwork Prince (The Infernal Device, #2)
Cassandra Clare
Shanghai, August 13th 1848
Ini adalah makanan terenak yang pernah masuk ke mulut Jingyu. Teksturnya halus, dagingnya gurih dan rotinya sedikit manis. Jingyu melahapnya besar-besar, ia ingin memenuhi seluruh mulutnya dengan makanan hangat menyenangkan ini. Ini adalah bakpao daging yang dibelikan seorang pria aneh yang tiba-tiba mempekerjakannya sebagai pelayan. Beberapa saat lalu, mereka tiba di sebuah rumah yang luas.
Sangat luas.
Sangat, sangat luas.
Jingyu yakin, dia akan tersesat jika pergi sendirian di rumah ini. Ini adalah rumah paling mewah yang pernah Jingyu masuki juga. Tamannya begitu indah dipenuhi tumbuhan hijau, ada sebuah kolam ikan besar yang mereka lewati saat menuju ruangan ini. Setiap ruangan dipisahkan oleh lorong panjang berkelok. Lorong-lorongnya dibuat dari kayu berkualitas bagus, suaranya berderak indah saat Jingyu melangkah. Lorong panjang terbuka itu ditopang pilar di kanan-kirinya setiap dua meter. Beberapa binatang kecil yang tidak bisa Jingyu kenali jenisnya beterbangan di atas beberapa tanaman hias.
Rumah ini sungguh bersih, dari dinding, hingga lantainya. Membuat Jingyu merasa tidak pantas berjalan dengan kaki kotornya, pakaiannya berbalut debu karena belum dicuci selama beberapa minggu. Sebenarnya Jingyu sendiri lupa kapan terakhir kali dia mandi.
Bocah 12 tahun itu menghabiskan satu bakpao dalam lima gigitan, dan dia masih lapar. Mulutnya mengembung dan giginya sibuk menghancurkan suapan terakhir. Di meja, di dalam bungkusan kertas itu, masih ada bakpao hangat enak tadi, tapi Jingyu merasa jatahnya sudah habis. Kenyang atau tidak itu adalah urusan perutnya. Jingyu menelan suapan terakhirnya dengan tidak rela. Ah, rasa nikmat itu sudah meninggalkan mulutnya.
"Ayo makan lagi." Pria aneh yang sejak tadi duduk di sebelahnya itu membuka bungkus bakpao kedua, lalu menyodorkannya ke Jingyu. "Enak 'kan? Ayo makan lagi."
"Tidak perlu, Tuan. Saya sudah cukup."
"Bohong! Mana mungkin makan satu bakpao membuatmu kenyang! Ayolah... makan lagi, ayo makan!" Pria aneh itu memaksa.
Mau tidak mau, Jingyu menerima satu bakpao hangat yang sudah diulurkan sang Tuan. Kali ini ia memakannya pelan-pelan. Well, Jingyu juga masih lapar sih.
Ngomong-ngomong, siapa nama Tuan Muda ini ya? Xu Weizhou? Ah benar, tapi sepertinya Jingyu belum pernah mendengar nama Xu. Biasanya ia akan mendengar beberapa nama bangsawan di bisnis perdagangan gelap. Mungkinkah Xu tidak pernah ikut dalam bisnis kotor seperti itu?
Baik, ia sudah ingat bahwa Tuan Muda ini adalah Xu Weizhou. Lalu, siapa tuan-tuan dan nona yang saat ini bersama mereka?
"Ah, perkenalkan! Ini adalah sahabatku, Peng Yuchang, yang berdiri di sana itu Zihou, Lihao dan Sophia, mereka bekerja di rumah ini." Ungkap Tuan Muda Xu dengan ceria. Ia menunjuk Peng Yuchang yang duduk di sebelah Tuan Muda Xu, kemudian kepada tiga orang yang berdiri tegap tanpa ekspresi namun Jingyu menangkap lirikan mata mereka sesekali.
Tunggu,
Dari pada mengingat nama yang baru saja disebutkan Tuan Muda Xu, Jingyu merasa Tuan Muda ini menebak semua yang ia pikirkan. Jingyu melirik Tuan Muda Xu takut-takut. Pria itu tengah menatapnya dengan pandangan berbinar dan senyum berseri-seri.
![](https://img.wattpad.com/cover/209318704-288-k68.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VEINS CONCERTO
Vampir"I'll follow you and turn this hell I'm in into a kind of heaven. It would be heavenly to be killed by someone I love so much." a Midsummer's Night Dream Act 2 scene 1 William Shakespeare. "Aku telah berjanji, sejak hari itu aku akan setia kepadam...