Breathe

85 10 0
                                    

" Apa salahku hingga memiliki Puteri seperti mu ?"

" Hal apa yang dapat kau lakukan untuk kami?"

" Kenapa kau tak pernah bisa seperti Ve! "

" Dasar anak tak bisa di harapkan. "

Ucapan ucapan menyakitkan itu kembali melayang di pikiran gadis yang sedang berdiri di depan jembatan sambil menengguk sebotol beer. Tubuhnya gemetar akibat suhu dingin yang mulai menyerang tubuhnya. Air matanya menetes berkali kali , fokusnya tak lagi di sana. Gadis itu hilang kendali.

Ponselnya berdering, ia merogoh kantung celananya dan menerima panggilan dari adiknya.

" Yakkkk, untuk apa kau telephone, Aku sedang ingin sendiri. "

" Hei ka, kau sedang mabuk ya, Ka kau di mana?"

" Diam dan jangan ganggu aku. " Gadis itu menghempaskan ponselnya, hingga ponselnya pun jatuh di sungai , karena kondisi yang tak sadar, ia bahkan menaiki jembatan itu dan ingin melompat .

HUPPP.  Sepasang tangan menariknya.

" Yak, kau ini mau apa? " Kalinini nada khawatir dari seorang pria asing di depannya. Penglihatan gadis itu agak kabur karena pengaruh minuman.

" Ayo duduk dulu. " Pria itu menarik Aera untuk duduk bersamanya di bangku dekat jembatan.

" Kenapa kau melakukannya? Kamu tidak boleh melakukannya. "

Aera masih terdiam, sebenarnya dalam hatinya ia bahkan juga membayangkan bagaimana jadinya jika ia benar benar terjun ke sungai tadi. Kesadaran nya mulai kembali karena rasa terkejutnya. Ia bahkan menangis lebih banyak dari sebelumnya.

" Dengar! " Kali ini suara itu memberi ketegasan yang lembut yang membuat Aera menatap pria yang baru saja ia kenal itu. Aera bisa merasakan bahwa tangan lelaki itu pun bergetar saat memegang tangannya. Bahkan matanya berkaca kaca.

" Aku tak tau apa yang membuatmu melakukan ini tetapi .... " suaranya mengambang, Aera menunduk terisak di sana. Ia pun sangat takut.

" Jangan lakukan ini. " lanjut pria itu lalu memeluk Aera hingga tangisnya reda.

Pria itu mengulurkan pelukannya.

" Semua akan baik baik saja. "

" Terimakasih, kembali lah, sekali lagi terimakasih. " Aera menghapus air matanya.

" Aku akan mengantarmu pulang. "

" Aku tak ingin pulang. "

" Hei tapi ini sudah tengah malam, bahkan suhunya sudah semakin dingin. "

" Aku akan pulang nanti tuan. "

Pria itu mengulurkan tangannya,

" Kim Namjoon, panggil aku Namjoon. "

Aera menyapa tangan Namjoon.

" Kang Aera. Lebih baik kau kembali, kau pasti di cari oleh keluarga mu kan?"

" Lalu bagaimana dengan mu? Kau pasti akan di cari juga kan?"

Kali ini Aera tersenyum pahit sambil menghirup udara malam yang semakin dingin.

" Jika mereka memanggil namaku saja sudah syukur. Apa lagi sampai mencari ku, itu sudah luar biasa. "

Namjoon kini menatap wajah Aera dari samping, sepertinya gadis itu benar benar sedang mengalami pergumulan yang dahsyat.

" Apakah itu alasan mu melakukannya tadi? Bunuh diri? "

Aera kini menatap Namjoon. Sebenarnya tak ada niat untuk bunuh diri, namun entah pengaruh apa ia hampir menjatuhkan diri ke sungai tadi, membayangkan nya saja sudah membuatnya gemetar.

I Want To Be DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang