Aera terbangun ketika suara asing terdengar di kamarnya. Walau berat ia mencoba membuka matanya. Betapa kagetnya Aera saat melihat ibu Namjoon di sana.
" Eommani? "
Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. Berbeda dari terakhir mereka berinteraksi.
" Kau sudah bangun? "
Aera hanya mengangguk di sana, mancoba untuk menyandarkan tubuhnya pada kepala kasur. Aera melihat Ibu Namjoon merapikan bekas kompres yang ada di atas nakas.
" Maaf merepotkan, seharusnya aku tak sakit seperti ini. "
Ibu Namjoon berhenti dengan aktifitas nya. Perlahan mengapai tangan Aera dan menyentuh pipinya lembut, mata itu masih terlihat bengkak akibat menangis.
" Maafkan Eomma berkata yang kasar tadi siang. "
" Tidak eommani, sama sekali bukan salah eommani. "
" Kau bertengkar dengan Namjoon ya? Katakan pada apa yang anak itu lakukan pada mu, hingga menyebabkan bengkak di mata ini. "
Detik itu juga Aera merasa bersalah, Aera lupa bahwa mereka sedang acting.
" Kami tak bertengkar. "
" Aera , jika Namjoon melakukan sesuatu yang menyakitimu katakan saja padaku, biar ku botaki sekalian kepalanya itu. Anak itu selalin pandai merusaki barang, pandai juga merusak hati. "
Aera hampir tertawa di buatnya, ini seperti aduan seorang ibu yang kesal pada anaknya. Aera jadi mendengar cerita kecil Namjoon dan Seokjin dari sang ibu.
" Pokoknya jika ada sesuatu antara kalian, jangan sungkan cerita pada Eomma , sebentar lagi kalian akan menikah, kehidupan pernikahan akan jauh tak tertebak nantinya, maka, kau harus menyiapkan hati mu sampai ke sana. "
Betapa berdosanya Aera, mengelabui seorang ibu yang mengira jalan yang berada saat ini adalah nyata,
" Eommani maaf. "
Ibu Namjoon hanya mengusap pipi Aera, sebelum pergi meninggalkan kamarnya.
Aera akhirnya memutuskan keluar kamar saat jam menunjukkan pukul 11 malam. Kosong, jelas tak ada orang di sana, itu sudah waktunya mereka istirahat. Ia memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah, sambil menyelimuti dirinya di sana.
" Kau lapar tidak?" Pertanyaan itu tiba tiba hadir tanpa sapa apapun. Seokjin dengan pakaian tidur nya duduk di sofa bersama Aera .
" Kakak lapar? "
" Iya. "
" Mau makan apa, biar ku masak kan . "
Seokjin melihat ke arah Aera yang baru saja melepas selimutnya.
" Kau duduk saja di sini, aku mau makan cemilan saja. "
Seokjin akhirnya mengambil beberapa cemilan di dapur dan membawanya ke ruang tengah, membukanya dan menawarkan pada Aera. Seokjin kini sudah duduk di samping Aera.
" Demam mu sudah turun?"
" Sudah ka, aku baik baik saja. "
" Maaf ya, semua karena ku. "
Aera hanya diam. Jujur tak mau bilang Seokjin tak salah juga, karena ia sudah merasa bersalah pada Ibu kedua anak itu.
" Ka, kenapa harus aku? "
Kali ini Seokjin menghentikan kunyahannya.
Akhirnya pertanyaan itu datang juga. Seokjin melihat ke arah Aera, meski gadis itu hanya menatap lurus ke TV .

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Dad
FanfictionDi pertemukan di situasi sedang melepas kepenatan ternyata tak membuat keduanya bertemu sampai di sana. Kim Namjoon seorang Single Parents harus berkerja sama dengan Kang Aera untuk kebaikan mental puterinya, Kim Mi Young . Lalu bagaimana dengan Aer...