Pagi ini Aera sudah berada di dapur dengan bibi Park dan 2 maid lainnya. Karena sebelumnya , ia merasa giginya sakit dan memutuskan untuk bangun dan meminum obat, namun a menemukan para Maid Namjoon sedang memasak sarapan untuk pagi ini.
" Kau terlalu banyak makan yang manis ya? "
Aera memberi senyum pada wanita separuh baya itu.
" Jangan sampai di dengar Mi Young bi, bukan contoh yang baik. "
" Coba sini liat gigi mu. "
Itu suara Seokjin yang baru saja datang sambil menengguk segelas air. Suaranya khas bangun tidur. Seokjin meminta Aera untuk membuka mulutnya.
" Gigi mu pernah di tambal ya. "
Aera hanya mengangguk dan masih pada posisinya.
" Jangan makan manis yang berlebihan Aera. " pria itu akhirnya melepas tangkupannya pada pipi Aera.
" Iya ka. "
" Boleh kita bicara. "
" Sekarang ?"
" Iya, sekarang. "
" Baiklah. "
Aera meninggalkan tugasnya di dapur dan mengikuti Seokjin ke balkon lantai atas. Aera belum pernah melihat tempat ini sebelumnya, tampak indah, karena pemandangannya bagus. Sedangkan Seokjin hanya duduk dan menunggu gadis itu mengikutinya.
" Hei nona, apa pemandangan itu jauh lebih menarik dari pada wajahku ? "
Aera tersenyum lalu duduk di sebrang sofa yang Seokjin duduki.
" Sebelumnya, aku minta maaf atas sikap Namjoon semalam. Kalau kau sakit hati , wajar saja. "
" Ia tak salah ka, tapi mungkin penyampaiannya saja yang sedikit mengejutkan . "
Kini giliran Seokjin yang tersenyum.
" Aku baru melihat Namjoon yang seperti itu, cukup mengerikan juga jika di ingat, mengingat saat itu gigi mu sedang sakit, aku hanya takut kau akan melemparnya dengan lampu pajang di ruang tengah. "
" Itu terdengar aku seperti monster. "
" Monster yang sudah menarik perhatian adik ku. "
" Tentu, karena aku selalu menyulitkannya. "
Seokjin hanya diam saja. Sambil mengeluarkan sesuatu dari balik mapnya. Kali ini wajahnya tampak serius.
" Aera. "
" Ya ka. "
" Ada sebuah rahasia yang akan ku buka untuk mu. "
Aera terdiam, menatap Seokjin penuh kebingungan, sedangkan Seokjn menatapnya penuh arti.
" Aku tak tau apa yang mendorong ku untuk mengatakan ini pada mu. Tapi sudah beberapa hari sejak bersama mu, aku seperti yakin bahwa kau bisa membantu ku. "
Setelah 1 jam berbicara, Aera terdiam dan menundukkan kepalanya. Mencerna semua nya setelah ia yakin mengatakan pada Seokjin bahwa Aera memutuskan akan membantu nya.
" Aera. " panggil seseorang di belakangnya.
Aera hanya diam di tempatnya, enggan mengangkat kepalanya, karena air matanya sudah mengalir sejak tadi.
" Aera kau baik baik saja. " Kali ini ia sadar bahwa orang yang memanggilnya adalah Namjoon.
Aera hanya diam sambil mengusap air matanya. Namjoon jelas melihat bahwa gadis itu sedang menangis.
" Ada apa? " Tanyanya penuh khawatir.
" Gigi ku sakit. " Tentu itu jawaban yang bohong.
" Sesakit itu? Ya sudah kita ke rumah sakit ya. "
" Tidak usah, aku sedang malas keluar hari ini. Aku akan meminum obat ku . "
Aera beranjak pergi namun Namjoon menahannya. Pria yang masih lengkap dengan pakaian tidur itu baru saja memberikan pelukan singkat pada Aera. Meski kaget, Aera tak bisa memungkiri bahwa itu terasa hangat.
Aera menatap Namjoon dengan hati yang lemah, ia ingin menangis lagi namun pria itu tak boleh sampai mengetahui nya. Ia sudah berjanji bahwa semua hanya rahasia antara Aera dan Seokjin.
" Ada apa? Kenapa kau memelukku? " Ucap Aera mencoba kuat menahan tangisnya.
" Siapa tau dengan memelukmu, gigi mu bisa jauh lebih baik. "
" Mana ada yang seperti itu. "
" Ssststtt. "
" Ada apa? "
" Eomma sepertinya melihat kita, ia tersenyum di balik tirai. "
" Sungguh kebetulan yang meghasilkan sandiwara yang bagus. "
" Eomma membangunkan ku tadi, memukulku dengan bantal dan memintaku untuk minta maaf pada mu atas kejadian semalam. "
" Dan ku rasa eommani kira kita sudah tak apa apa. "
" Kok kira? Berarti kau masih kesal pada ku? "
" Bukan begitu maksud ku, ehm. "
" Berikan aku pelukan jika kau sudah tak marah. "
Permintaan Namjoon cukup membuat Aera menganga.
" Kenapa harus memeluk. Lagian kau juga sudah memeluk ku tadi. "
" Pelukan seorang teman apa salahnya? "
" Apa harus pelukan?"
" Apa hanya saint yang bisa menerima pelukan dari temannya yang ada di hadapan ku?"
" Kenapa membahas saint? "
" Saint itu siapa?"
" Teman ku. "
" Aku ini siapa?"
" Teman ku. "
" Lalu kenapa kau bisa memberikan pelukan pada Saint seperti kemarin lalu pada ku tidak?"
" Kau cemburu? "
Detik kemudian Namjoon terdiam.
" Yak, Kim Namjoon kau cemburu? "
" Sudah lah , aku tak mau membahasnya. " Lalu Namjoon berlalu meninggalkan Aera dengan wajah kesal.
Aera berlari ke arah Namjoon dan
GREBB.
Gadis itu memeluk Namjoon dari belakang.
" Aku sudah tidak marah tuan. "
Terukir senyum di wajah Namjoon yang manis yang tak Aera lihat namun 2 pasang mata melihatnya.
Aera melepaskan pelukannya dan menarik tangan Namjoon untuk masuk ke rumah.
" Nanti aku akan pulang cepat untuk menemanimu mengantar Eomma dan ka Seokjin. "
" Iya, kau sudah mengatakan nya kemarin, sekarang bersiaplah , nanti kau akan terlambat. "
Ketika mereka berdua masuk , senyum jahil tampak lebar di wajah sang ibu dan Puteri Namjoon.
" Daddy manja sekali sih pada Aunty. "
" Manja? " Namjoon menatap Aera
" Tidak apa apa manja seperti itu, tapi lihat lihat sekitar juga Joonie. Kau merengek seperti bayi pada Aera padahal kau juga yang memakinya semalam. "
Namjoon jelas malu keperegok sang ibu bertingkah aneh seperti tadi, ia juga baru menyadari kenapa juga ia bersikap seperti anak kecil.
" Eomma. " Baru saja Namjoon ingin memberontak sang ibu sudah berlalu bersama cucunya itu ke ruang tengah.
" Sudah bersiap sana. " Aera mendorong tubuh Namjoon dengan pelan agar pria itu beranjak dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Dad
FanfictionDi pertemukan di situasi sedang melepas kepenatan ternyata tak membuat keduanya bertemu sampai di sana. Kim Namjoon seorang Single Parents harus berkerja sama dengan Kang Aera untuk kebaikan mental puterinya, Kim Mi Young . Lalu bagaimana dengan Aer...