part 6. cari masalah

85 9 0
                                    

  

.
.
.
.
   
   Mereka berempat lari menuju kantin, bukan tidak bertanggung jawab, tapi malas bertemu dengan Bu Herlin, ada-ada saja minta ketemuan, di ruangan lagi. Jadi lebih baik kekantin, biarkan saja Mak lampir itu mencari mereka, hehe. Begitulah pemikiran semut-semut nakal tersebut. Mereka kini berleha-leha sambil menikmati cemilan dan teh tarik di kantin yang aman dan terkendali karena memang belum waktunya istirahat jadi hanya ada beberapa siswa.

" Ehh Bu ana, sendirian aja nih Bu?" Tanya Erik saat melihat Bu ana memasuki kantin, Bu ana tersenyum.

"Duduk dulu Bu, istirahat bareng semut, semuanya imut" ucap Senio dengan raut wajah sok imut. Tapi memang imut.

" Kalian ini, bolos lagi?" Tanya Bu ana dengan nada bercanda.

"Biasa lah Bu, anak muda" jawab Regan.

   Bu ana hanya berckck ria.

" Ibu setiap hari tambah bening aja Bu" ucap Raga, Bu ana salah tingkah. "Jangan lama-lama sendiri Bu, gak baik takut kehabisan stok yang seumuran"

"Gak papa kan ada kamu Raga" goda Bu ana.

"Widiih" jawab mereka serempak.

" Ehh ada kakak ipar kang onar" bisik Senio kepada Raga. Raga menoleh, benar ternyata diseberang sana Lusy tengah duduk sambil meminum es jeruk nya ditemani, eh itu siswa baru yang dilapangan itu?

"Kalo gitu ibu permisi yah, cuma mau beli roti" Bu ana berlalu pergi. Raga berjalan menuju ketempat Lusy dengan wajah dingin. Duduk ditengah-tengah antara Lusy dan Rey.

"Ada gerangan apa deket-deket dengan Lily ku?" Tanya Raga dingin.

"Kak!" tegur Lusy.

" To the point aja, gue tertarik kayanya gue suka sama Lusy" jawab Rey santai. Semut-semut nakal mulai mendekat, berani sekali anak baru ini dekat-dekat kakak ipar. Raga bersedih.

"Cih, punya nyali gede Lo?"

" Emang, dan Lo gak punya hak, kan Lo bukan siapa-siapa nya, Deket iya tapi belum jadi apa-apa" ucap Rey meremehkan. Emosi Raga mulai naik, tapi dia tidak bisa apa-apa karena yang di ucapkan Rey itu fakta, jika dia melawan hanya akan mempermalukan diri sendiri, belum tentu Lusy membelanya.

"Gue gak suka dideketin, dan jangan sok tau Lo gak tau apa-apa soal gue sama kak Raga" Rey tercekat, itu kalimat Lusy, Lusy membelanya, terima kasih Tuhan, Raga tersenyum penuh arti melihat raut muka Rey yang berubah masam.

"Lo denger sendiri kan? Atau mau siaran ulang" ucap Raga sakartis.

" Gue gak bakalan nyerah"

"Sini gue anterin kekelas" Lusy hanya mengangguk dan berjalan berdampingan dengan Raga, tidak perlu diantar segala. Tapi dia malas berdebat dengan cowok kepala batu didekatnya ini, sedangkan ketiga temennya masih setia mengikuti dibelakang, seperti prajurit saja.

"Nah udah sampai, lagi pula temen Lo itu kemana sih sayang? Eh sayang salah maksudnya Lusy?"

"Gak tau, tadi katanya ke toilet" Lusy duduk ditempat, tapi keempat semut masih setia menatapnya.

" Oh mayyy goaadd, huff huff gue cariin lu kemana-mana ternyata lu ada disini, tadi gue disuruh pak kepsek lap jendela, astaga sibotak tidak tau diri itu, gak tau apa gue mau makan Lo bener-ben___" Helen datang dengan teriak-teriak masuk kelas tanpa melihat sekitar. "Eh ada kakak" volume suaranya berubah.

"Eh Lo ini jangan ninggalin cewek secakep Lusy, banyak penjahat kalo lu mah gak papa, ilang juga gak papa diambul kucing jalanan" sewot Senio.

"Apaan sih Lo? Gak tau apa-apa jangan banyak banyak kasus komen, komen tuh di Facebook!!" Ucap Hellen. " (Helena putri, tapi orang terdekat panggil Puput)

RagaKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang