part. 13 semut Jupiter

87 8 0
                                    

.
.
Pagi-pagi sekali Raga sudah merasa kepalanya yang hampir meledak, moodnya yang ceria menjemput Lusy dan berangkat sekolah bersama harus rusak karena Lusy yang marah-marah tidak jelas, senggol dikit bacotnya selangit.

Raga tetap fokus mengemudikan mobil menuju sekolah sesekali melirik Lusy yang terlihat pucat dan tampang yang kesal. Raga angkat tangan, dia tidak tau pasti penyebabnya. Kemarin sepertinya baik-baik saja.

"Kamu kenapa sih? Kalo aku ada salah ngomong" ujar Raga lembut. Lusy menatapnya datar.

"Gak usah nanya-nanya deh" ketus Lusy.

Raga hanya mengangguk dia juga pusing. Mobil sedikit terguncang karena polisi tidur yang baru saja mereka lewati.

"Lo kalo bawa mobil hati-hati dong, kalo mau mati, mati aja sendiri, liat kedepan, kamu pikir jalanan dimuka aku?" Nah kan. Padahal kan Raga sudah berhati-hati tapi tetap saja salah. Tidak biasanya Lusy seperti ini. Tapi tenang Raga masih sabar walaupun dibentak kaya gini. Untung sayang. Kalo enggak..

Cuaca pagi yang agak terik membuat mood Lusy tambah hancur, dan entah kenapa dia ingin marah dan berteriak. Mereka sudah memasuki area parkir sekolah, Lusy keluar dengan membanting pintu cukup keras dan berjalan meninggalkannya. Raga menatap punggung Lusy yang menjauh dan disana ia terlihat memaki batu yang menghalangi jalannya, batu yang malang. Raga hanya mengusap dadanya sabar kemudian menyusul Lusy. Tapi jangan deh takut kena amukan. Lebih baik menuju kelas mencari sasaran empuk buat senang-senang.

"Wih kusut lagi tuh muka" Raga menghiraukan godaan Erik dan langsung duduk di kursinya. Senio terlihat memegang gitar dan duduk dimeja, memetik mengalun nada yang indah, tapi Senio berhenti saat mendengar nyanyian Erik yang asal-asalan. Mereka berdua terlihat cekcok. Raga dan Regan tidak memperdulikan.

"Masalah lagi Lo?" Tanya Regan yang melihat Raga sedang menekuk wajahnya.

"Biasalah urusan rumah tangga gue" jawab Raga.

"Kenapa lagi bini Lo? Lo gak muasin kali" cerocos Erik, dan disambut pukulan telak di kepalanya. "Sakit mas Regan, neng Erik cuma bercanda" Rajuk Erik.

"Gue ngerasa dia marah-marah gak jelas tadi pagi, marahnya kebangetan lagi. Bicaranya aja gak difilter suaranya tinggi banget naik berapa oktaf" curhat Raga yang terlihat bingung.

"Siapa?"

"Lusy"

"Yang nanya?"

Sungguh Raga sangat kesal, ingin rasanya dia menghantam kepala Erik ketembok dan membuat temboknya roboh. Sia-sia sesi curhatnya pagi ini.

"Gue tau nih, mungkin dia.." ujar Senio menggantungkan kalimatnya, menatap satu persatu temannya dengan tatapan menunggu yang sumpah penasaran.

"PMS" jawab Regan.

"Yaaaelah, Lo kok ngambil jawaban gue sih, gak asik" ujar Senio.

"PMS itu apa?"

Mereka semua menganga tak percaya, ini kah Raga? Raga dengan otak encer kelakuan mines tapi tidak tahu PMS? Bisa tidak mereka menukar sahabat? Kali ini mereka yang ingin menghantamkan kepala Raga ditembok.

*****

Ditengah lapangan Lusy tengah memegangi perutnya, ia merasa keram yang sangat mengerikan. Yah siklus bulanannya memang sangat tidak teratur dan bisa melemahkan fisiknya. Lusy marah dengan matahari yang terus menyorotinya terang-terangan. Dan lagi kenapa pak Robby tidak ingin menyelesaikan jam pelajaran olahraga yang menyebalkan ini. Ck Lusy ingin meletup ia ingin memaki angin yang tak kunjung berhembus.

"Lo gak papa? Lo sakit?" Tanya Helen yang melihat raut tersiksa Lusy. Lusy hanya menggeleng lemah.

Sedikit lagi, ia tidak lemah kok. Hanya saja semua orang terlihat menjengkelkan, kepalanya terasa berat, penglihatannya berkunang-kunang. Dan

RagaKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang