part 17. Tiga Kencan?

59 6 0
                                    

Lusy termenung dikursinya, melihat kearah jendela yang dekat dengan tempatnya duduk. Sedangkan Helen berusaha menghiburnya dengan banyak candaan garing. Dan untungnya tidak ada bunyi jangkrik yang terdengar.

Sudah 4 hari ini ia tidak pernah melihat cowok itu. Bohong jika ia tidak merindukannya, tapi ia juga tidak bisa bertemu dengan cowok itu, takutnya Lusy hilang akal sehat dan langsung memeluknya dengan erat. Sadar Lusy dia itu mantan.

"cii udah dong, jangan galau terus, gue ikutan galau nih"

Lusy menghela nafas lelah. Helen menepuk-nepuk pahanya, dan berbisik ditelinganya tidak jelas.

"Lo ngomong apasih? Kena__??"

Lusy tidak melanjutkan saat melihat Raga cs sudah berada didepan mejanya yang terus menatapnya, sejak kapan mereka ada disini? Seisi kelas tidak ada yang bersuara. Aura intimidasi sangat kental mengisi ruangan. Lusy jadi gugup sendiri tapi tidak menampik hatinya yang berbunga kembali melihat Raganya. Eh?

"kenalin gue Raga Regantara, anak kelas 11ips 4. Nama Lo siapa? "

Hell? Apa Raga amnesia? Atau dia sudah gila? Raut bingung juga diperlihatkan ketiga temannya, Lusy mengernyit heran. Permainan apalagi ini? Segitu bencinya kah Raga kepada Lusy hingga telah melupakan namanya?

"gue salah, gue egois, kita asing itu semua karena gue egois. Untuk itu gue mau memulai dari awal, dan perjuangin Lo dari awal" jelas Raga dengan tatapan intensnya. Seisi kelas terlihat menahan nafas. Lusy ingin tersenyum menyambut uluran tangan Raga tapi ada sedikit rasa sesak didadanya yang tak semudah itu menerima keberadaan Raga.

"kita adalah orang asing yang menjadi dekat, dan sekarang kita adalah orang dekat yang menjadi asing. Tetaplah seperti ini, agar tidak ada kesakitan untuk kedua kali. "

Apa ini artinya penolakan? Raga merasa oksigen diruangan ini berkurang. Oke ia benar-benar harus berjuang lagi dan tidak boleh menyerah. Sial jantungnya berdegup 10 kali lipat.

Lusy berdiri ingin melangkah menjauh, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Raga. Raga menatap Lusy dengan pandangan yang sulit diartikan.

"kencan 7 hari, kesempatan kedua. Jika rasanya masih asing, Lo bebas pergi dan gue gak ganggu Lo lagi"

Ada rasa sedih mendengar akhir kalimat yang Raga ucapkan. Lusy melirik Helen yang masih setia duduk ditempat dengan muka melongo. Helen bangkit berdiri mengerti tatapan minta tolong Lusy.

"mungkin Lusy perlu waktu untuk berfikir, jadi ntar sore jam 4 caffe candy disitu jawabannya" ujar Helen.

Lusy melotot tak percaya, itu bukan keputusannya, Helen sialan.

"oke, jam 4" Raga berlalu diikuti teman-temannya yang bungkam. Tidak seperti biasanya.

Saat Raga menghilang dibalik pintu, ia menatap Helen marah.

"gue gak mau, Lo aja yang pergi!" kesal Lusy dan kembali duduk dikursinya disusul Helen . Untung saja guru-guru sedang rapat mengenai ujian pertengahan semester sebentar lagi.

"ayolah cii, Lo jangan bohongin perasaan Lo sendiri, gue tau Lo bahagia"

"Helen, ini gak segampang yang Lo pikirin!!"

"ini gampang, yang rumit itu pikiran elo. Kasih dia kesempatan satu kali lagi, seperti yang dia bilang. Lo gak bakalan kenapa-napa. Trust me! "

Lagi-lagi Lusy menghela nafas, ia hanya berusaha melindungi hatinya yang bisa saja dikecewakan lagi jika kembali kepada Raga, tidak menutup kemungkinan ia terluka lagi kan?

Helen menggenggam tangan Lusy seolah memberinya kekuatan.

"Lo gak usah takut, kan ada gue"

Lusy akhirnya mengangguk pasrah, Helen tersenyum bangga.

RagaKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang