Chapter 14

1.6K 162 6
                                    

Suara isakan membangunkan Ali dari tidur panjangnya, dia meraba sisi tempat tidur masih setengah mengantuk. Tak lama, lelaki itu melonjak terkejut dan langsung berlari menuju kamar mandi setelah meraih celana pendeknya yang teronggok di lantai.

Di sana, dia mendapati Prilly sesenggukan sambil meremas-remas sikat gigi dalam genggaman. Ali mendekat, mendekap tubuh Prilly yang semakin kecil karena mengenakan pakaiannya. Kecupan sayang mendarat di ujung kepala gadis itu. Maksudnya wanita.

"Kenapa, Sayang?" tanya Ali menghapus air mata Prilly menggunakan sepuluh jarinya.

"Hiks ... ak- aku ... aku hamil."

Jawaban Prilly justru membuat Ali tertawa, sekali lagi bibirnya mendarat kali ini di kening Prilly cukup lama.

Tanpa menghentikan tawanya, Ali berlutut menyamakan tinggi dengan perut balon milik Prilly. Mengecup lalu meletakkan kepala di sana tanpa memberi tekanan berarti, tanda-tanda kehidupan dia rasa ketika dua jagoannya berebut saling menendang.

"Mama lupa lagi, Sayang," ejek Ali kembali tertawa kecil. Meski akan menjadi ibu, kebiasaan pelupa Prilly memang sudah mendarah daging.

"Jangan diketawain!! Hiks....," balasnya menjambak rambut Ali kesal. Setelahnya lelaki itu menegakkan tubuh, kembali memeluk tubuh istrinya erat-erat. Tak lama wajah keduanya mendekat, bersiap melakukan kebiasaan mereka sejak menikah.

Jedug

"Aduh!" Prilly merintih kesal, memegangi ujung kepala yang barusan terantuk kaca mobil.

"Kenapa?"

Prilly terkejut sendiri mendapati tangan kiri Ali mengusap ujung kepalanya yang terbentur dengan sayang, sedang sebelahnya menekan ponsel di telinga seperti tengah menghubungi seseorang. Karena samar-samar terdengar orang berbicara dari seberang. Gadis itu menggeleng dan semakin mundur. Menciptakan jarak sejauh-jauhnya dari Ali.

Gila! Lagipula, kenapa pikirannya bisa seliar ini?

"Tidurnya nyeder aja sini, biar enggak kebentur."

Sialan, Ali justru menariknya semakin mendekat. Malah kepala Prilly ikut ditarik agar menyender di bahu keras milik lelaki itu. Tentu hal tersebut membuatnya kalang kabut, terlebih teringat mimpi bodohnya tadi. Lagi-lagi ia bersemu.

Ngomong-ngomong, mereka—maksudnya Ali serius mengajak Prilly kabur. Setelah menghubungi supir kantor, akhirnya kini keduanya berada di mobil yang menggilas tanjakan menuju Bandung. Ali memutuskan untuk cuti bekerja selama tiga hari, ia ingin menghabiskan waktu bersama perempuan unik yang kini kembali bersikap tidak jelas. Tadi Prilly tampak kesakitan dan kini taburan jus jambu merah tampak menghiasi pipi balonnya.

"Kamu pasti mimpi macam-macam 'kan? Mimpi mesum pasti," tebak Ali spontan.

Sekali lagi, gadis itu terkejut lantas berdiri tiba-tiba hingga ujung kepalanya kembali terantuk. Memangnya tadi Prilly ngelindur aneh-aneh ya?

"Aduh, sakit!" Prilly memegangi kepala sembari merintih. Double kejedot ini, padahal perban masih meliliti tengkoraknya yang sempat kena jahit.

"Ceroboh banget sih, calon istri! Sesekali bisa enggak sih? Enggak usah sembrono gitu!" Lengan kanan lelaki itu melingkari pinggang Prilly, memangku gadis itu setengah memaksa. Beberapa saat ia terdiam, mengetik sesuatu pada ponsel lantas ikut memijit pelipis Prilly cemas.

Lagi-lagi Ali kudu mengelus dada sabar, karena saat ia menunduk berniat mengecek kondisi gadis itu. Prilly telah memejamkan mata damai, napasnya terdengar teratur. Arghh, apakah Prilly tak memahami bahwa Ali sedang mengkhawatirkannya?

Be Lovely (Selesai)-Ada Versi PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang