Chapter 10

2.6K 219 0
                                    

"Calon suamiku!" teriaknya sambil menyongsong langkah untuk memeluk lelaki maskulin di depannya.

"Itu laki gue, Prill! Main lo embat aja, kamu juga maunya dicentilin adek aku!"

Seorang wanita menyahut, berjalan kepayahan mendekat ke ruang tamu dan mengempaskan diri di kursi panjang sofa. Karena sedang hamil tua wanita itu mudah lelah, hanya menjemur pakaian saja membuatnya merasa ingin pingsan di tempat.

Prilly mengulum bibir menyaksikan adegan dewasa di depannya, saat-saat seperti inilah ia merasa menjadi jomlo paling payah di dunia. Lihat saja sekarang, kakaknya sengaja memanasi dengan mencium bibir Arbi—suaminya. Tidak tahu saja kalau Prilly sudah tiga kali dicium oleh Ali. Ngomong-ngomong tentang Ali, bagaimana kabarnya? Apa pedulinya sih. 'Kan Prilly hanya dianggap sebagai adik oleh lelaki itu.

"Yang perawan tua nyingkir aja, di sini kawasan plus plus. Entar enggak kuat semaput lagi," ejek sang kakak tertawa puas. Kalau tidak ada calon keponakannya di dalam sana, mungkin Prilly akan memukul seperti kebiasaannya.

"Oh ya, Prilly lupa. Gimana kondisi Bunda? Kenapa bisa masuk rumah sakit?"

Tiba-tiba Prilly berubah panik teringat kondisi bunda, ia memandang satu persatu keluarganya khawatir. Qrilly; sang kakak, terdengar menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya. Balas menatap Prilly, seakan menyalurkan cerita lewat mata mereka yang bertemu.

"Udah lumayan daripada kemaren, riwayat jantung bunda kumat lagi," jelas Qrilly mengelus perutnya yang berisi kehidupan.

"Terus, terus kok bisa kumat? Bang Arbi buruan ganti baju, anterin Prilly ke rumah sakit! Ayah masih di sana 'kan? Nungguin Bunda?"

Kini Prilly ganti melihat kakek neneknya yang berwajah tegang, terlebih netra neneknya menyiratkan sebuah kemarahan.

"Ini semua gara-gara nenek sombong itu!"

"Nenek?"

~o0o~

Baru saja menginjakkan kaki di depan rumah, nenek Ali sudah menambah kelelahan dengan mengundang Luna. Bahkan sekarang, Luna membuntuti Ali sampai di dalam kamarnya, ibarat kata dia BAB pun Luna juga akan ikut. Gadis itu bercerita panjang lebar tentang semangkuk cream soup yang Ali santap terpaksa, katanya ini hasil masakan Luna sendirilah dan masih banyak katanya lagi.

"Grandpa bilang, cara bikin lelaki takluk itu lewat perutnya. Makanya aku bikinin ini buat kamu, enak gak?" tanya Luna yang duduk bersila di depan Ali, mendekatkan wajah ingin mengamati ekspresi lelaki itu lebih dekat.

Namun, Ali malah risih. Lebih-lebih pakaian Luna terlalu terbuka membuat ia berusaha menahan diri. Sebisa mungkin Ali berusaha tak acuh pada ucapan Luna yang terus mengajaknya bicara.

Sesaat Ali ragu, apakah dia harus meminta nomor telepon Prilly pada Tiur atau tidak. Dia khawatir, tapi gengsi sepertinya lebih mendominasi hingga Ali bimbang sendiri.

[Tiur💦: pengen minta nomernya Prilly tapi gengsi ya mas? Daritadi ngetik gak jadi terus😂]

Pesan yang baru saja masuk membuat Ali menepuk jidatnya berkali-kali, dia menjatuhkan diri ke atas kasur lalu berguling hingga seprai berantakan. Kenapa jadi malu seperti ini?

"Kamu kenapa Li?"

Suara Luna menghentikan tingkah abnormal Ali, lelaki itu menegakkan tubuhnya dengan berdeham. Stupid Ali. Bisa-bisanya dia bertingkah bodoh hanya karena godaan Tiur, yang tepat sasaran.

"Biasa urusan cowok," ucap Ali meraih mangkuk cream soup. Tak henti-henti dia merutuki kebodohannya barusan.

"Kamu enggak mau pulang?" Dia melirik sebentar ke arah Luna yang ternyata terus memandanginya, gadis itu memperlihatkan cekungan di kedua pipinya menggeleng.

"Ya kamu anterin lah Li, Nenek enggak mau dia kenapa-kenapa di jalan."

Teriakan keras itu menyahut, disusul ketukan tongkat kayu beradu dengan lantai mendekat, menimbulkan bunyi nyaring. Yang membawanya ke sini siapa? Kenapa harus Ali yang mengantarkan pulang?

Ali menggerutu tak suka dalam batinnya.

"Nenek? Sini ikut gabung bareng kita." Luna terlihat meloncat dari kasur, menghampiri neneknya. Hal itu malah mengingatkan Ali pada sosok Prilly yang juga hobi meloncat, arrghh dia ini kenapa sih.

Notifikasi kembali terdengar, cepat-cepat Ali menggeser layar pipihnya. Dua belas angka yang Tiur kirimkan menambah kebimbangan Ali, sampai teriakan nenek kembali membuatnya tak sengaja menekan angka-angka itu.

Tuttt ... Tuttt ... Kresekkk ...

"Halo? Ini siapa?"

Luna dan nenek Ali serempak menoleh, saat suara gadis terdengar dari ponselnya. Suara Prilly.

Bersambung ...

Be Lovely (Selesai)-Ada Versi PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang