Chapter 16 (Akhir)

1K 108 6
                                    

Prilly menatap pantulan cermin ngeri, sangsi ingin ikut-ikutan potongan adegan di sinetron yang ia tonton semalam bersama sang bunda. Tapi ini demi Ali. Gadis itu tak bisa serta-merta melepas Ali dengan Luna begitu saja. Ingat, ini bukan cerita upik abu tapi kisah lomba tujuh belas agustus karena penuh perjuangan jadi Prilly akan berjuang mendapatkan keadilan.

"Stt, woi! Udahan belom?"

Jempol kanannya teracung sempurna, merapikan ujung dress ketat pas badan Prilly lekas mendekat ke arah suara skeptis. Bibir tipisnya yang dipoles pewarna merah tampak berbicara sebagai isyarat bimbang, "nanti kalo mas monster marahin Prilly gimana, Jannah?"

Iya, Jannah.

Gadis itu spesial diutus menjadi agen rahasia pejuang cinta, habis Prilly ancamannya ilmu hitam begitu. Terpaksa ia menurut daripada tubuh gempalnya harus kena santet, entah siapa yang menyihir kepolosan Prilly hingga berubah iblis dalam sekejap. Awas saja!

Padahal Prilly mana berani ke tempat-tempat berbau sekte, bisa ngompol duluan. Salah Jannah juga, mudah dikelabuhi oleh orang aneh seperti Prilly.

"Halah, yang lo perjuangin juga si tai itu ngapain harus takut sih bocah!" semprot Jannah sekaligus berdecak luar biasa sebal.

"Ihh Jannah ngomong kasar, mas monster itu bukan tai tapi eek. Jahat banget Prilly ditinggal nikah sama Luna."

Ratu drama beraksi. Andai mencekik bukan tindak kriminal, mungkin Jannah akan melakukannya saat itu juga. Pada Prilly tentunya. Entah kenapa setiap kali adu mulut dengan Prilly, tekanan darahnya meningkat disertai gejala-gejala ingin bunuh diri. Yang bisa menjinakkan persona spesies ini pasti berkekuatan magis nan ghaib.

"Banyak ngomong elahh, kita gerak sekarang. Timing-nya udah pas nih." Jannah lekas melompati jendela setinggi satu setengah meter cepat. Mereka akan menggerebek rumah yang menurut kabar merupakan tempat tinggal grandpa Luna.

Gadis berkostum merah darah itu tampak berdesis kesusahan, "ini turunnya gimana? Jannah jangan intip-intip Prilly ya! Entar bintitan!"

Gusti, beri Jannah kesabaran yang paripurna.

***

"Saya masih belum mengampuni Anda setelah membuat menantu saya masuk rumah sakit tanpa pertanggungjawaban." Angkuh nenek Prilly memulai obrolan serupa gertakan kepada lawan bicaranya. Tatapan rentanya jatuh berkeliling pada orang-orang yang bertigas menghias sudut-sudut rumahnya.

Setelah menaruh cangkir mewah pada tatakan, lawan bicaranya tampak menjilat bibir sembari menabur tawa di akhir. "Kalau bukan karena cucu, saya tidak sudi berbesan dengan keluarga murahan seperti kalian," ungkapnya arogan.

"Sejak menjajaki bangku sekolah, kamu memang tidak pernah mau mengalah padaku Sita. Bahkan ketika kita memperebutkan don juan semacam Badrul itu." Lia—nenek Prilly mendesah pasrah sembari melontarkan kisah lalu yang pernah ia lewati bersama lawan bicaranya.

Sosok yang ia sebut Sita selalu menunjukkan sikap konfrontasi, lihatlah tawa congkaknya. Tetapi Lia sudah hafal betul tingkah-polahnya, tidak heran kini mereka justru tampak tertawa dan mulai melempar diri pada mesin waktu. Menguak kembali cerita lampau walau tak jarang keduanya kembali berdebat.

"Sekarang justru cucu kita akan menyatu dalam pelaminan, meski aku sedikit tidak sudi berbesan denganmu."

"Dasar!"

***

Lensa dengan warna berbeda-beda teratensi pada satu objek, gadis mungil berbaju merah ketat dengan perut besarnya. Tak lupa tangisan juga dia umbar pada orang-orang di sekitarnya. Dia terlihat makin menyedihkan ketika perutnya sedikit merosot ke arah paha hingga tercetak ringisan halus dari sosok yang setia bersamanya.

Be Lovely (Selesai)-Ada Versi PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang