Chapter 2

3.1K 280 0
                                    

Setelah menginap semalaman di motel, akhirnya rombongan tour sampai juga di tujuan. Pantai Indrayanti. Letaknya yang berada di balik warung mengharuskan para peserta masuk lewat sela jajaran warung tersebut.

Prilly mencebikkan bibirnya di dalam bus, dia tidak bisa ikut bermain air karena kakinya yang membengkak pasca keseleo tadi malam. Salahnya juga menolak diurut oleh Ali, malahan gadis itu menendang wajah Ali hingga membiru sebagai bentuk penolakan. Jadilah lelaki itu marah (lagi) sama Prilly.

"Aku pengen keluar, aku enggak bisa bernapas di sini!" pekik Prilly menyandarkan bahu lesu ke kepala kursi.

"Makanya kalo ditolongin tuh mau. Lo sih kebanyakan alay, jadi makin bengkak aja 'kan kaki lo."

Pipi Prilly menggembung sebal, mendengar suara Jannah mengomelinya kesekian kali. Tiur kebagian mengajak peserta keliling pantai, jadilah Jannah yang menjaga Prilly di dalam bus.

"Lagi sakit dimanjain kek, ini diomelin muluk."

"Emang lo-nya aja yang demen diomelin," ucap Jannah kembali fokus ke arah ponselnya, membuat Prilly menghentak kakinya sebal sebelum kemudian mengaduh.

"Huwaaa, sakit!"

"Tuh baru gitu udah dapet karma aja lo." Jannah menutup mulutnya menahan tawa. Melihat air mata Prilly sudah menggenang saja di sudut matanya, dasar bocah.

"Jannah galak. Mirip sama mas monster! Huwaa, Prilly butuh perhatian!" Teriakan Prilly membuat Jannah membungkam mulut receh Prilly menggunakan selembar tisu.

"Ishhh, pokoknya Prilly ngambek kuadrat sama Jannah."

Prilly mendorong bahu Jannah yang terduduk di kursi paling pinggir, setengah menangis Prilly memaksa menarik langkahnya keluar dari dalam bus, meski sedikit tertatih.

"Kuatkanlah Jannah Ya Allah, berasa ngemong anak TK lagi tour gue." Helaan nafas Jannah keluar disusul pekikan frustrasi dari bibirnya.

***

"Hiks, Prilly terzalimi terus. Semua orang marah-marah terus sama aku, enggak Tiur, enggak Jannah, enggak mas monster. Semua galak kuadrat sama Prilly."

Dengan jalan tertatih dan wajah penuh air mata, Prilly masih sempat-sempatnya menggerutu. Dia menunduk sampai tak menyadari jika Prilly telah menabrak tubuh seseorang.

"Isshh, mas tuh kalo jalan lihat-lihat dong. Prilly jadi jatoh 'kan," keluh Prilly sambil menatap seorang lelaki yang tengah tersenyum sambil berbicara maaf tanpa suara kepadanya.

"Kalo gitu mas harus tanggung jawab pokoknya."

"Tanggung jawab?" Prilly mengangguk sebagai jawaban membuat dahi lelaki itu mengernyit kebingungan.

"Heem, tanggung jawab. Mas harus gendong Prilly sampai pantai terus beliin Prilly es krim itu." Prilly menunjuk pada pedagang es krim di tepi jalan.

"Cuma itu?"

Lelaki itu tampak bertanya dengan wajah tersenyum, dan berjongkok untuk melihat wajah sembap milik Prilly secara jelas.

"Eh, tapi nama Mas siapa dulu?" tanya Prilly setelah naik ke atas punggung orang yang dia panggil 'mas' itu. Lelaki itu tertawa kembali.

"Panggil Anjar aja, pakek mas juga boleh."

Prilly hanya mengangguk paham saja, tidak sadar di belakangnya dua pasang mata seseorang mengamati gerak-geriknya dengan pandangan tak biasa.

"Itu cowoknya si bocah idiot?"

Ali menunjuk Prilly sambil menengok ke arah Jannah, mengajukan sebaris pertanyaan.

"Gue juga enggak kenal dia siapa," jawabnya mengamati Ali yang tampak menggigit bibir bawah.

"Emang dia nemplok sama semua cowok gitu?" tanya Ali kembali.

Sampai pertanyaan Jannah membuat tubuh Ali makin menegang.

"Lo enggak lagi cemburu 'kan??"

Bersambung.....

Maaf muncul malem-malem, mumpung ada kuota soalnya😄

Be Lovely (Selesai)-Ada Versi PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang