Chapter 12A

3.1K 282 13
                                    

"Siapa mas monster?" ulang Qrilly sekali lagi. Penasaran, kenapa pipi gembil adiknya berubah merah seakan habis digigit nyamuk berjamaah.

Sejenak tak terdengar suara, gadis itu lekas mematikan sambungan telepon sebelum ketahuan. Kalau kakaknya itu sampai tahu, bisa habis Prilly diledek.

"Bumil tuh enggak boleh kebanyakan kepo tauk, pamali!" Dengan wajah diseriuskan Prilly menirukan gaya orang-orang zaman dulu saat memberi petuah, mengalihkan topik yang sangat dia hindari sekarang.

Namun, Qrilly tak bisa dibohongi. Sikap Prilly yang sok sibuk menata baju terlalu mudah dibaca, sepertinya gadis cerewet itu sedang menutupi sesuatu. "cowok ya? Cieee! Akhirnya laku juga!" godanya berhadiah lemparan baju.

Prilly menghentakkan kaki malu, mendorong tubuh berisi sang kakak menuju pintu keluar. Memang selama ini Qrilly mengira dirinya tidak laku? Kurang ajar, begini-begini bisa bikin sosok mas monster luluh tahu. Astaga, kenapa malah kepikiran Ali lagi sih. Berkali-kali Prilly mengumpat dalam hati sambil tak henti memukul kepala. Malu.

"Ihh, udah. Jangan godain aku, godain Kak Arbi aja sana! Lagian enggak ada kok cowok-cowok, Prilly masih tulen jomblo," kata Prilly meyakinkan.

Tampang Qrilly tak berubah, senyum miring berhias kedipan nakal membuat Prilly serasa digoda abang-abang tukang ojek. Setelah mengucapkan kalimat pengusiran sekali lagi, gadis itu membanting daun pintu dan langsung menguncinya. Berjaga kalau kakaknya akan masuk lagi.

"Nanti Kakak bilang ke Ayah biar buru-buru dilamar!"

"Awas aja kalo sampek Kakak ngadu, Prilly ngambek!" Setelahnya hanya terdengar tawa jahat Qrilly yang makin menjauh.

Duhh, sumpah Prilly malu!

***

Mobil melaju pelan di trotoar menggilas genangan air pertanda hujan baru saja mengguyur, terlebih aroma aspal ditimpa air begitu khas menyengat indra penciuman. Jika punya kekuatan hero, paling Ali akan merobohkan pintu mobil dan terbang sejauh mungkin biar tidak perlu kencan buta dengan Luna. Selain malas, dia juga lagi tidak nafsu makan.

"Nek, Ali sibuk! Masih banyak yang harus Ali tangani di kantor, makan siang sama Luna-nya ditunda besok aja ya. Ali janji dateng deh," rayu lelaki itu bernegosiasi. Semoga neneknya akan luluh.

"Apa hah? Setelah besok mau bilang besoknya lagi, gitu aja terus. Emang kenapa sih enggak mau nge-date sama Luna, dia kurang apa coba? Cantik iya, udah gitu pinter masak, calon dokter."

Tuh 'kan malah kena omel. Ali melipat bibirnya kesal lalu menyandarkan tubuh sambil terpejam, berusaha menetralkan rasa kesal yang sudah di ubun. Dasar bodoh! Merayu nenek sama saja menggigit batu. Keras.

Ali akui semua yang dikatakan nenek benar, Luna sempurna. Tapi entah kenapa kemandirian itu sama sekali tidak bisa meluluhkan es yang membalut hatinya, padahal sejak dulu dia selalu membayangkan akan menikahi sosok gadis seperti Luna. Dan semua itu berubah sejak ... hhh~ lebih tepatnya sejak dia mengenal Prilly. Si bocah idiot yang manja. Tak tau bagian mana yang membuat Ali tertarik pada gadis itu.

Tin.... Tin....

Citttttttttttt....

Suara klakson berpadu bersama rem yang diinjak kuat nyaring menembus pendengaran Ali, kejadian itu cukup cepat dan begitu mengagetkan.

"Ya ampun, bocah zaman sekarang kalau nyebrang enggak mau nengok kiri-kanan. Kalau udah begini siapa yang mau disalahin coba," omel nenek membuka pintu mobil. Haduh, bakal jadi masalah baru ini.

Cepat-cepat Ali ke luar lewat pintu sebelah, mendahului neneknya daripada akan membuat keributan. "Nek, aduh!"

"Sakit 'kan? Makanya kalo nyebrang matanya dipakek, cewek kok sembrono banget. Tadi misalnya kamu mati mau nyalahin siapa? Saya?"

Ketika nenek Ali sudah naik pitam sambil berteriak marah, gadis ini cuma berkedip polos memegangi dahinya yang berkenalan dengan aspal.

"Udah ya Nek, kasihan. Biar Ali yang beresin, Nenek masuk mobil aja ya," ucap Ali mengelusi lengan neneknya lalu menggiring menuju mobil. Meninggalkan si gadis yang sibuk menunduk memungut ceceran isi tas.

"Kamu kasih uang aja deh Li, biar berobat sendiri. Itu juga salah dia sendiri 'kan." Masih belum puas mengomel, bahkan Ali pun jadi kena semprot. Lelaki itu cuma mengangguk dan cepat menghampiri si gadis.

"Mas monster? Arghh, kangen!"

Belum selesai kekagetan Ali, si gadis sudah berlari merangkul bahunya erat. Prilly. Pantas ceroboh untung tidak apa-apa.

"Heh, idiot! Lo tuh kalo nyebrang hati-hati dong, untung enggak mati. Ini sakit?" tanya Ali masih bingung berkata-kata. Ujung jarinya menyentuh darah di dahi Prilly pelan, sepertinya sakit karena gadis itu meringis pelan.

"Yang kemarin telepon Prilly itu mas monster 'kan? Ciattt, kangen ya? Sampe minta nomer Prilly ke Tiur." Bukannya menjawab Prilly malah balik bertanya.

Dan hal itu benar-benar membuat suasana jadi ramai. Ini yang Ali rindukan.

"Ck, lagi sakit masih sempet-sempetnya godain gue sih. Perih enggak sih?" Ali meniup-niup luka itu pelan, lelaki itu meringis sendiri seakan ikut merasa perih.

Prilly menggeleng, memunguti lagi sisa barang yang masih berceceran di dekat kakinya sebelum kembali berdiri sejajar dengan Ali.

"Mas monster niup-niup gitu kayak pengin nyium deh, kangen ya?" goda Prilly sekali lagi. Matanya berkedip nakal berhiaskan senyum jahil.

"Ali, buruan! Luna udah nunggu nih!"

Jangankan membalas, mulut Ali pun belum terbuka. Namun, nenek sudah berteriak lantang sehingga keduanya serempak menoleh.

Seketika kalimat tak terduga keluar dari bibir Prilly, "Nenek mas monster galak, mirip sama mas!"

Bersambung....

Maaf lama enggak muncul, mumpung libur UNBK menyempatkan diri buat mengetik. Semoga memuaskan ya🙏
Betewe ada yang suka baca e-book? Rencana mau bikin GA buat kalian semua nih.

Be Lovely (Selesai)-Ada Versi PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang