[Hangzhou, China]
Kemarin, rombongan tur itu masih berada di Shanghai, kala siangnya mereka bertolak ke kota Hangzhou dan bermalam di sana. Di pagi ini, agenda mereka adalah mengunjungi The Tiger Spring, yaitu sebuah sumur yang konon katanya digali oleh beberapa ekor harimau, dan juga mereka akan pergi berkunjung ke The Westlake, suatu tempat yang terkenal dengan cerita legenda Ular Putih yang sempat difilmkan itu. Mungkin kalian akan tahu, karena menurut keterangan Bu Shandy, film tersebut tenar pada masanya dan sempat ditayangkan di stasiun televisi lokal.
Jam yang berada di layar ponsel Jiyan menunjukkan pukul tujuh pagi sekarang. Dia sudah kembali dari acara sarapannya, kini dia tengah membereskan barang-barangnya yang belum dia kemasi. Mengingat setiap hari rombongan itu berpindah kota dan bermalam di hotel yang berbeda, maka dia harus teliti dalam membenahi semua barangnya. Jangan sampai ada yang tertinggal. Khususnya, barang-barang penting seperti ponsel dan paspor.
Jiyan mematut bayangan dirinya yang terpantul di cermin. Dia menyunggingkan sebuah senyuman, karena menurutnya penampilannya hari ini cukup baik. Dia percaya diri dengan penampilannya hari ini. Jiyan memakai sebuah jaket padding berwarna putih yang panjangnya di bawah lutut, lantas dia menggunakan sebuah celana jins berwarna biru muda, juga sepasang sepatu sneakers dengan gaya bulky yang kini tengah tren di kalangan anak muda.
Rambutnya yang sudah dia keringkan dengan hair dryer dari hotel itu dia sisir rapi. Dia sedikit memulas pelembab bibir dengan sedikit warna sheer pink di bibirnya untuk melembabkan bibirnya yang mulai pecah-pecah karena udara dingin. Tak lupa, Jiyan menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya.
Dia sudah siap pergi hari ini, dengan penampilan yang membuatnya cukup puas.
Semoga hari ini akan berjalan menyenangkan!
Jiyan menarik dua buah kopernya. Pemuda itu juga membawa sebuah ransel berwarna hitam di punggungnya. Dia nampak seperti anak sekolah yang hendak pergi study tour sekarang. Dengan sedikit kesusahan, Jiyan membawa kopernya turun dan menyimpannya di bagasi bus begitu busnya sudah tersedia.
Usai menyelesaikan semua urusannya dan membeli sebotol milk tea dari minimarket terdekat, Jiyan masuk ke dalam bus. Sudah ada beberapa peserta tur lainnya yang berada di dalam bus. Seperti Bu Sisil dengan suaminya, Bu Arti dengan Pak Hendra, Tante Mimi dan Tante Hani, dan tentunya supir bus mereka.
"Eh, Jiyan! Manis banget hari ini! Hari ini bajunya kembaran nih sama kokohnya yaa?"
"Hah?"
Celetukkan dari Bu Sisil membuatnya sedikit bingung. Terlebih, peserta tur lainnya lantas tertawa usai Bu Sisil merampungkan untaian katanya. Jiyan menatap Bu Sisil dengan tatapan kebingungan, sebelum akhirnya dia menoleh ke belakang karena Pak Hendra yang berada di dekatnya mengisyaratkan Jiyan untuk menoleh.
"HAAH?! EDWIN?! KOK LO PAKE JAKET INI JUGA, SIH?!"
Bagaimana Jiyan tidak lantas berteriak? Edwin tengah berdiri di belakangnya dengan jaket yang sama persis. Sama persis! Bahkan setelan Edwin dari atas hingga bawah nyaris sama persis dengan setelan yang digunakan oleh Jiyan hari ini. Hanya berbeda di warna celana jins Edwin yang nampak lebih tua.
Bagaimana jaket mereka bisa sama? Tentu karena mereka membelinya bersamaan, sekiranya dua tahun yang lalu. Ketika keduanya memutuskan untuk pergi berlibur ke Korea Selatan di musim dingin untuk merayakan lulusnya Edwin dari pendidikan spesialis.
Tapi, Jiyan mana menyangka jika Edwin juga akan membawa jaket yang sama?!
Edwin hanya menatapnya dengan tatapan lurus. "Ya... saya mana tau kamu bakalan pake jaket ini juga hari ini, Dek."
KAMU SEDANG MEMBACA
seven days ; panwink✔
Fanfiction𝐜𝐚𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐦𝐬 𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐲𝐬? Sebuah cerita yang mengisahkan hubungan antara seorang Jiyan Richardo Soewarna, penerus perusahaan asuransi dengan wajah baby face yang kerap dipertanyakan usia aslinya, dengan Edwin Tan...