Joshua sudah sering melihat adegan seperti ini di film: berdiri di ruangan kosong yang semuanya berwarna putih dan tidak terlihat di mana ujungnya sejauh mata memandang. Biasanya di film-film yang pernah Joshua lihat, tokoh tersebut akan merasa damai, lalu muncul seseorang yang sudah meninggal, mengatakan beberapa hal bijak dan menyuruhnya bangun. Namun, Joshua tidak merasa damai. Ada ketakutan yang perlahan menyelinap seolah-olah kematian yang ditakutkan sedang mendekat. Terlebih saat ruangan putih itu terasa seperti menghisap, menarik laki-laki itu mendekati sesosok pria lain yang berdiri membelakangi.
Jonathan.
Seketika takut itu hilang, digantikan perasaan muak yang kini menyumbat tenggorokan. Bahkan di dalam mimpinya pun, keberadaan si cacat sangat mengganggu. Secara otomatis, tangan Joshua terkepal. Siap melayangkan tinju saat tiba-tiba laki-laki itu berbalik. Memperlihatkan wajah yang ... Joshua mundur beberapa langkah, mengerjap beberapa kali dengan cepat, kemudian tangannya meraba muka di setiap inchi. Seolah-olah sedang mengingat-ingat bagaimana rupanya melalui pori-pori.
"Jo—"
"Hai ... Jonathan."
Joshua terdiam dengan dahi berkerut. Setelah cukup terkejut dengan sosok laki-laki yang tadi dikira Jonathan dan ternyata adalah dirinya sendiri, lalu tadi ia memanggil nama—siapa?
"Jonathan. Kamu Jonathan. Aku Joshua."
Tidak sampai sedetik, Joshua langsung menunduk, menatap kakinya yang ....
Joshua tertawa, terpingkal-pingkal, membuat sosok yang mengaku sebagai Joshua di depannya itu ikutan tertawa, geli. Cukup lama, hingga kemudian Joshua berteriak kencang, "Anjing! Balikin badan gue!"
Wajahnya di depan sana itu sempat terkejut, sebelum menyeringai dan melanjutkan tawa, berjalan mundur, geli menatap Joshua yang berada di tubuh Jonathan itu sedang kesusahan: berjalan dengan kaki pincang, terus berusaha mendekat.
"Jo, kamu tau nggak aku bilang apa dengan Tuhan? Aku bilang, kalo kamu nggak bakal pernah jadi orang baik, dan aku rela gantiin kamu ... di sini, di tubuh ini. Jadi orang baik, jadi Joshua yang baik, dan terus hidup. Nepatin janji yang kamu buat dengan Tuhan."
Joshua jatuh terjerembab. Lupa kalau kaki si cacat itu tidak bisa diajak lari.
Persetan sialan.
"Kamu tau nggak Tuhan jawab apa, Jo? Katanya, kamu harus main-main ke neraka ... sebagai aku."
Joshua yang berada di tubuh si cacat itu mengangkat kepala, melihat wajahnya sendiri sedang menyeringai dan melihat tangannya sendiri sedang terulur. Hingga beberapa detik terlewati, dan tanpa Joshua bisa kendalikan, tangan si cacat itu justru menyambut uluran tangan di depannya. Lalu tepat setelah kulit tangan mereka bersentuhan, Joshua—yang masih berada di tubuh si cacat itu tiba-tiba terjatuh ke lubang yang muncul di bawah dan langsung membawanya masuk ke neraka.
***
Hah!
Joshua buru-buru membuka mata, menghirup udara sebanyak yang ia bisa. Disentuh dada yang berdetak tak keruan. Joshua benci bermimpi terjatuh dari ketinggian. Rasanya terlalu nyata. Terlalu menyakitkan. Apalagi, lubang itu sangat dalam ... dan berada di tubuh si cacat ... dia pikir, dia benar-benar akan dilempar ke dalam neraka.
"Kamu memang di neraka, Jo."
Joshua terlonjak. Sepersekian detik kemudian posisinya berubah menjadi berhadapan dengan diri sendiri, sedang bersandar di kepala ranjang rumah sakit, menyeringai, dan mengangkat tangan yang digenggam mama. Entah kenapa, Joshua tak terima. Buru-buru ia mendekat, dan langsung terjatuh karena kakinya cacat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU SAMUDRA (SELESAI)
Mystery / ThrillerTeenfiction/Mistery Jonathan, kakak kembar Joshua itu cukup aneh. Gelagatnya seperti ada maksud lain. Sungguh tidak biasa melihat laki-laki yang kakinya cacat itu berdiri di depan pintu, menyambut Joshua pulang dengan wajah semringah. Beruntung, k...