"Tapi Joshua udah kelas dua belas sekarang. Memangnya nggak sayang kalo mau pindah sekolah lagi?"
"Eng, Joshua berangkat sekolah dulu ya, Ma."
Buru-buru telepon Joshua matikan agar mama tidak mengoceh semakin panjang. Sebenarnya Joshua juga tidak perlu persetujuan mama. Papa sudah lebih dulu ditelpon semalam, dan mengatakan terserah asal Joshua tidak mencari masalah. Asal Joshua tetap merahasiakan identitas papa.
Tentu saja, itu hal yang mudah.
Di hari yang sama, Joshua memutuskan untuk hengkang dari Achazia. Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Namun, setelah melihat penampilan Putri Pelangi malam itu, atmosfir di sekeliling anggota band terasa berbeda. Memuakkan. Joshua tidak tahan ketika salah satu dari mereka, yang diakui sebagai ketua, ambisinya mulai terlihat tak masuk akal, menjadi sangat sensitif kemudian.
Joshua memanfaatkan momen yang tepat. Saat latihan mereka terhenti karena si ketua marah-marah, saat ketiga anggota lain hanya diam mendengarkan, Joshua justru balik badan, mengambil tas di belakang dan berdiri di depan sang ketua yang melongo karena perbuatan kurang ajarnya barusan.
"Gue keluar dari Achazia. Bilangin Pak Guntur sekalian."
Joshua tidak merasa meninggalkan apa pun. Ia bermusik karena tertarik pada kisah Putri Pelangi yang diceritakan si cacat. Mengalahkan mereka dan menang di kompetisi musik terbesar di Asia Tenggara sampai harus menguras emosi jelas bukan tujuannya. Menjadi terkenal itu lain lagi cerita. Yang jelas, Joshua dibiarkan pergi dengan mudah. Tentu saja dengan berbagai umpatan kasar mengiringi kepergiannya. Disedikit celah sebelum pintu studio latihan tertutup sempurna, Joshua bisa mendengar, "Taik! Lo nggak sehebat itu cuma karena banyak followers!"
Bibir Joshua terkulum. Puas bisa mendengar rasa cemburu itu secara langsung. Bukan hanya dari bisikkan si cacat seperti biasa.
***
Saat papa mengatakan terserah, Joshua kira sudah bersiap mengurus kepindahannya. Namun yang tak disangka, sore ini, saat Joshua pulang, seseorang yang mengenakan dress ketat selutut sudah menunggu di dalam rumah.
Perempuan simpanan papa.
"Tante kira kamu bakal pulang malem. Tau pulang sore gini tadi minta jemput kamu aja di bandara."
Bukan pertama kali perempuan itu datang mengunjungi. Pakaian yang ia kenakan pun masih tergolong sopan, meskipun bagian pahanya sedikit terlihat. Dilain waktu, wanita itu pernah menggunakan pakaian berpotongan rendah yang memperlihatkan belahan dada, seolah memang berniat menggoda Joshua.
Sebenarnya, Joshua bukannya tidak tergoda. Dia tidak termasuk golongan laki-laki polos dan alim. Pernah sesekali ia merasa hampir gila karena terjebak berdua di rumah yang hanya ada satu kamar tidur dengan wanita simpanan papa semalam. Khayalannya menjadi liar ketika wanita itu menyentuh tangannya. Untunglah, Joshua selalu berhasil menggendalikan diri.
Apalagi, setelah sekian lama hidup bersama si cacat yang menjadi mata dan telinganya, Joshua merasa ia kini lebih peka. Cukup peka untuk Joshua sadari, ada yang tidak beres dengan kelakuan wanita simpanan papa.
"Tante bantu urusin Joshua pindah sekolah ya."
***
"Gue mau rebut Linda dari Mezian."
"Untuk apa? Untuk ngebuktiin kalo semua cewek sama kayak Eunice? Atau kamu mau tau gimana rasanya jadi Aris? Atau kamu cuma mau liat Mezian jadi kayak kamu?"
"Semua cewek sama aja. Liat cowok yang lebih lebih juga langsung balik badan."
"Berarti Aris lebih-lebih dong dari kamu?" Jonathan mengatakan dengan nada ambigu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU SAMUDRA (SELESAI)
Mystery / ThrillerTeenfiction/Mistery Jonathan, kakak kembar Joshua itu cukup aneh. Gelagatnya seperti ada maksud lain. Sungguh tidak biasa melihat laki-laki yang kakinya cacat itu berdiri di depan pintu, menyambut Joshua pulang dengan wajah semringah. Beruntung, k...