Hal yang paling random menurut Rega selama ia hidup adalah mengajak Rheva untuk menemaninya belanja prabotan untuk rumah barunya. Entah mengapa bisa terbesit dibenaknya untuk mengajak Rheva, namun yang paling penting untuk Rega saat ini, ia bisa bersama dengan Rheva. Walaupun sebetulnya suasana di antara mereka belum terlalu cair dan cenderung masih sedikit awkward, Rega tak peduli.
Persetan dengan rasa caggung.
Seperti saat ini, keduanya sedang melangkah beriringan menelusuri toko yang menjual prabotan rumah. Barang yang dicari Rega saat ini adalah sofa untuk ruang tengah di rumah-nya yang baru selesai dibangun satu bulan yang lalu. Dan untuk prabotan di rumah Rega, sebenarnya sudah terisi hampir 60% nya. Hanya tinggal menambahkan beberapa barang lagi.
"Warna cat rumah Mas Rega memangnya apa?" tanya Rheva saat mereka sedang melihat-lihat sofa.
"Warna cream. Kira-kira warna apa yang cocok buat sofa-nya?" Rega balik bertanya seraya menatap Rheva yang sedang melihat-lihat sofa.
Rheva tampak berpikir, walau matanya masih melihat-lihat sofa yang ada di depannya. "Kayaknya warna cokelat bagus deh,"
"Oke, kalau gitu, kamu yang pilih aja yang menurut kamu bagus." ucap Rega dengan santai.
Lantas, Rheva langsung menatap Rega bingung. "Lho, kan sofa-nya buat di rumah Mas Rega, bukan rumah saya. Nanti kalau saya yang pilih, terus Mas nggak suka gimana?" ujarnya.
Ingin sekali Rega menyahuti ucapan Rheva dengan kalimat "Siapa tahu nanti rumah saya jadi rumah kamu juga, Rhe..." namun Rega tidak memiliki keberanian untuk mengatakan kalimat itu.
"Saya nggak terlalu tahu soal sofa. Jadi, saya percayain kamu buat cari sofa yang bagus." ucap Rega akhirnya.
Ketika Rheva akan membalas ucapan laki-laki itu, seorang penjaga toko menghampiri keduanya dan tersenyum.
"Siang, ada yang bisa saya bantu mencari sofa untuk rumah baru-nya?" tanya penjaga toko dengan ramah. "Kami ada beberapa rekomendasi sofa yang nyaman untuk Bapak dan Ibu." ujarnya kemudian.
Rega dan Rheva saling berpandangan, hingga akhirnya Rega mengeluarkan suara seraya menatap penjaga tolo dengan rumah.
"Boleh saya tahu yang mana saja, Mbak? Saya butuh sofa untuk di ruang tengah." jelas Rega.
Sang penjaga toko mengangguk, lalu berjalan menuju deretan sofa yang akan ia tunjukkan. Sementara Rega dan Rheva hanya mengekori penjaga toko tersebut. Keduanya lalu memperhatikan penjaga toko yang sedang menjelaskan kelebihan dan tingkat kenyamanan dari beberapa pilihan sofa.
"Kamu aja deh yang pilih, Rhe." ucap Rega tak lama setelah penjaga toko menjelaskan.
"Lho, Mas Rega maunya yang kayak gimana?" tanya Rheva bingung.
Rega menatap Rheva. "Yang menurut kamu paling bagus dan paling nyaman aja. Bebas. Soal harga, urusan belakangan."
Penjaga toko yang berada di depan mereka hanya tersenyum melihat keduanya. "Tuh, Bu, udah dikasih kebebasan sama suaminya untuk milih sofa. Kalau saya sih, bakalan pilih yang ini. Karena paling bagus dan nyaman juga. Apalagi kalau nanti Ibu udah punya anak, ini juga nyaman untuk menyusui kalau Ibu mau duduk sambil nonton TV di ruang tengah." ucapnya dengan luwes.
Reaksi keduanya ketika mendengar ucapan penjaga toko hanya saling mengalihkan pandangan, canggung.
"Saya bukan istrinya, Mbak." ucap Rheva dengan senyuman canggung.
"Oh saya tahu, pasti calon istri kan?" tebak penjaga toko dengan nada bercanda.
Rheva menggeleng. "Bukan juga, Mbak. Saya cuma lagi temanin cari-cari aja." jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Mendung
RomanceRheva bertemu dengan Rega ketika ia mulai menata kembali hatinya yang hancur karena dikhianati oleh tunangannya yang berselingkuh. Sementara Rega, jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Rheva malam itu. Setelah enam tahun lamanya tak pernah...