Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membahagiakan diri ketika pay day datang. Setidaknya, untuk sekedar makan, short escape, atau berkumpul bersama teman. Entah itu teman kantor atau teman sekolah. Sama seperti yang dilakukan Rheva hari ini sepulang kantor, gadis itu bersama dengan teman-teman satu divisnya memilih untuk makan bersama.
"Mbak Rheva, bareng dong kita ke stasiun MRT-nya." ujar Savina ketika mereka sedang berjalan keluar dari restoran tempat mereka makan.
Rheva yang tadinya sibuk dengan ponselnya karena membalas chat dari Rega, menoleh pada Savina.
"Yah, Sav, saya dijemput." sahut Rheva lalu beberapa detik kemudian ia mengingat sesuatu. "Kamu kenapa nggak bareng Gian aja, Sav? Kayaknya Gian satu arah deh pulangnya sama kamu."
Lantas, Gian yang sudah berjalan di depan mereka langsung menoleh saat namanya disebut.
"Kenapa nih, sebut-sebut nama gue?" ujar Gian. "Lagi pada ngomongin gue, ya?!" sambungnya dengan tawa pelan.
Rheva mencibir Gian. "Yeh! Pede abis lo, Gi." sahutnya. "Ini, Savina ngajak gue bareng ke stasiun MRT, tapi gue dijemput. Gue bilang aja supaya dia bareng elo pulangnya. Satu arah kan kalian?"
Sementara itu, Savina yang ditunjuk oleh Rheva langsung mencolek Rheva pelan. "Mbak, aku nggak enak kalau bareng Mas Gian." bisiknya.
"Oh, boleh aja. Memangnya rumah kamu dimana, Sav?" tanya Gian yang menatap Savina.
Rheva yang melihat Savina langsung salah tingkah tersenyum. "Tuh, Sav, bareng aja. Gian udah oke tuh!"
"Cie, Mas Gian bisa aja nih!" goda salah satu teman satu divisi mereka.
"Gian abis ditolak Rheva langsung mepet Savina. Mantap juga, nih." celetuk yang lain.
Mendengar itu, Rheva hanya tertawa pelan. Teman-teman satu divisi mereka memang sudah mengetahui tentang Gian dan Rheva. Maka dari itu, terkadang mereka sering bercanda akan hal itu. Lebih tepatnya sering meledek Gian yang ditolak Rheva.
Ketika mereka berada di depan restoran, Rheva mendapati Rega yang sedang melangkah menujunya dengan membawa payung. Melihat Rega sedang menatapnya, Rheva tersenyum.
"Mbak Rheva! Ini kakaknya Leo, kan? Kok bisa ada di sini?" tanya Savina berbisik.
Rheva menoleh pada Savina dan mengangguk. "Iya, Sav." jawabnya lalu menatap Rega yang baru saja berdiri di hadapan-nya. "Hai, Mas Rega."
Rega membalas senyum Rheva. "Hai, Rhe." sapanya balik.
Savina yang berada di sebelah Rheva hanya ternganga kaget, tak bisa berkata-kata lagi. Berbeda dengan teman-teman Rheva yang menatap Rheva dan Rega dengan penuh pandangan tanya, serta Gian yang hanya terdiam di tempatnya berdiri saat ini.
"Oh ya, kenalin Mas, ini teman-teman satu divisiku di kantor." ucap Rheva memperkenalkan teman-temannya.
Rega meresponnya dengan senyuman pada teman-teman Rheva. "Halo, semuanya. Saya Rega." sapanya yang langsung dibalas, namun tidak dengan Gian yang hanya diam.
"Yuk, Mas." ajak Rheva kemudian.
Laki-laki itu mengangguk, lalu merangkul pundak Rheva dan berbagi payung dengan gadis itu. Tatapan teman-teman Rheva pun tak lepas dari mereka berdua yang sedang melangkah menuju mobil Rega bersamaan.
"Yah, Gi, pantesan elo ditolak. Rheva udah punya gebetan," celetuk salah satu temannya pada Gian. "Tapi lo berdua kok bisa asik-asik aja, sih?"
Gian hanya tersenyum pahit dan menatap temannya. "Nggak semua perasaan harus dibalas, kan? Kenapa harus bermusuhan selagi bisa berteman walaupun perasaan nggak terbalas. Pahit, tapi takdirnya begitu." sahutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/208588386-288-k551183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Mendung
RomansaRheva bertemu dengan Rega ketika ia mulai menata kembali hatinya yang hancur karena dikhianati oleh tunangannya yang berselingkuh. Sementara Rega, jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Rheva malam itu. Setelah enam tahun lamanya tak pernah...