"Jelasin kenapa lo bisa di Bali sama Mas Rega tiga hari lalu!" ucap Gisca sambil menatap Rheva dengan tatapan ngaku-lo-sekarang.
Berbeda dengan Rheva yang hanya duduk santai, membalas tatapan Gisca dengan senyuman manis. Membuat rasa penasaran sahabatnya itu semakin menjadi-jadi.
"Jelasin nggak, ya?" sahut Rheva seraya memainkan cangkir berisi kopi pesanannya.
Gisca yang gemas akan kelakuan Rheva langsung berdecak pulang. "Rhe, jelasin. Sekarang." ujarnya.
Rheva tertawa pelan melihat Gisca yang mirip seperti orang frustasi karena dirinya yang tak kunjung menjelaskan kejadian di Bali. Gisca sendiri tahu dirinya berada di Bali dengan Rega pun itu karena hasil ke-usilannya bersama Rega yang mengirim foto selfie mereka ketika sarapan di hotel. Rheva mengirim foto tersebut pada Gisca, sementara Rega mengirim foto yang sama pada Leo.
Lalu setelah mengirim foto, keduanya pun kompak mengabaikan telpon atau balasan pesan dari pasangan heboh itu.
"Jadi," Rheva memberi jeda sesaat. "Kakak ipar lo jadi pacar gue sekarang. Jelas nggak?"
Gisca memutar bola matanya. "Detail, pelase."
"Awalnya gue ke Bali cuma buat jadi partner kondangannya Mas Rega. Menurut gue, why not kalau gue ikut dia. Singkat cerita, Mas Rega nembak gue setelah kita selesai kondangan. And I said yes."
"Akhirnya Mas Rega confess juga soal perasaannya ke lo." ucap Gisca dengan lega. "Gue kira, dia nggak berani."
Ucapan Gisca membuat Rheva tertarik dan memajukan tubuhnya sedikit. "Memangnya Mas Rega pernah cerita apa aja soal gue ke lo dan Leo?"
"Ehmm... nggak pernah, sih. Mas Rega tuh tertutup banget kalau soal urusan hati. Leo aja nggak pernah tahu kisah percintaan dia. Tau-tau punya pacar atau tau-tau udah putus. Yang terakhir tunangan, udah mau nikah juga. Tapi malah diselingkuhin." jawab Gisca. "Mas Rega tuh susah ditebak orangnya. Ya, karna itu, orangnya terlalu cool dan flat. Ngalah-ngalahin dinginnya freezer. Orang yang paling deket sama Mas Rega itu cuma Mama dan Papa aja. Kalau Leo sih, kerjaanya ngajak Mas Rega ribut mulu."
Rheva tampak paham apa yang dibicarakan Gisca.
"Tapi dia nggak pernah bersikap kayak gitu sih ke gue. Eh, little bit sih. Kadang-kadang." sahut Rheva.
Dengan gemas, Gisca berdecak pelan. "Ya, itu karena dia suka sama lo, stupid. Dimana-mana juga kalau laki-laki suka sama perempuan, pasti nggak bakalan bersikap cool atau datar. Even dia beriskap kayak gitu pun, pasti jarang. Lebih sering manisnya." ujarnya.
Lantas, Rheva tersenyum-senyum mendengarnya. "Iya sih," sahutnya.
Merasa ada sesuatu yang belum Rheva ceritakan padanya ketika ia melihat senyum Rheva, membuat Gisca menyipitkan pandangannya.
"Jujur lo, ngapain aja di Bali sama Mas Rega? Kalian beda kamar, kan?" tanya Gisca menyelidik.
"Well, gue kayaknya nggak bisa menyembunyikannya dari lo deh. Ketahuan juga." jawab Rheva mengeluh. "Gue satu kamar. Tapi tolong didengar baik-baik, gue dan Mas Rega nggak ngapa-ngapain. Kita satu kamar karena nggak ada room yang available lagi di hotel itu. Mas Rega tidur di sofa ruang tamu, sementara gue tidur di kamar."
"Then? Lo yakin nggak ada yang lain, lagi?"
Rheva menghela napasnya kasar. "Ada. Gue dan Mas Rega hampir kissing. Hampir, lho, ya. Tapi Mas Rega nggak jadi cium gue dan malah cium kening gue. And he said to me bisa aja dia cium gue, tapi dia nggak mau. Karena pada saat itu, dia belum nembak gue buat jadi pacarnya dan dia menghormati gue. Padahal, gue kira juga, Mas Rega bakalan cium gue setelah kita pacaran. Tapi ternyata nggak. Tetep kening nomor satu. Gila, kurang sopan apalagi si kakak ipar lo ini sama gue, Ca?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Mendung
RomansaRheva bertemu dengan Rega ketika ia mulai menata kembali hatinya yang hancur karena dikhianati oleh tunangannya yang berselingkuh. Sementara Rega, jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Rheva malam itu. Setelah enam tahun lamanya tak pernah...