5

7.6K 800 55
                                    

"Tidak perlu!" Kini suara Sakura meninggi.

"Kenapa, aku berhak menjaga anakku."

"Tapi tidak harus kau tetap di sini, tidak ada tempat untukmu."

"Rumah ini besar pasti ada satu ruang yang bisa diubah menjadi kamar tidur untukku. Aku bisa membayar untuk beberapa malam di sini."

"Oh ya tentu saja My Lord, tidak ada yang meragukan melimpahnya hartamu." Sasuke mengangguk bangga. "Tapi sayang sekali rumah ini bukan hotel yang bisa anda sewa untuk beberapa malam, jangankan beberapa satu malam saja tidak bisa."

"Kalau begitu aku bisa tidur bersama anakku."

"Waw ide bagus, sayangnya Sarada tidur denganku_"

"Ya aku bisa tidur dengan_" Tanpa berpikir Sasuke menyela kalimat Sakura, yang akhirnya membuatnya tertegun oleh ucapannya sendiri. "Apa kau bilang? Dia tidur dengan siapa?"

"Denganku, tidak ada satu kamarpun kosong di panti ini Sasuke, dan aku juga tidak akan membiarkan anakku tinggal disini, seperti anak yatim-piatu. Rumahku tidak jauh dari sini, jadi untuk apa  Sarada harus tinggal di sini."

"Dan secara tidak langsung kau juga menyuruhku tidur di rumahmu."

"Maaf anda salah My Lord, secara tidak langsung saya mengusir anda untuk pulang ke rumah mewah anda."

Sasuke merasa sedikit terhina dengan perlakuan Sakura yang seolah mengejeknya, tidak bukan seolah tapi wanita itu sudah mengejeknya. "Baiklah dengan berat hati aku akan tinggal di rumahmu."

"Sasuke!" Sakura marah, tapi lelaki itu hanya melambaikan tangan dan keluar dari ruang itu. Dia menarik napas dalam dan sebanyak-banyak yang dia bisa, karena takut dia akan kehabisan napas dan mati. "Ih menyebalkan."

Sakura keluar ruang setelah mematikan lampu dan di depan pintu suda ada Sasori berdiri di hadapannya, menyandar pada pagar pembatas lantai dua. Tangannya bersendekap, tatapannya tidak dapat dibaca. 

Sasori tersenyum setelah beberapa lama mereka sama-sama terdiam, tidak terlalu mengerti dengan situasinya. 

"Dia akan tinggal?" Tanyanya. 

Sakura mendekat dan mencium Sasori  sebagai jawabannya, kini dia tau tatapan itu adalah tatapan cemburu yang tercampur dengan tatapan takut. 

"Apa maksudnya ini?" Ucapnya saat mereka berhenti berciuman untuk mengambil napas. 

"Jawaban segala pertanyaan dan ketakutanmu."

Sasori mengusap lembut rambut Sakura, kemudian jempol tangannya mengusap pipi Sakura, berulang kali setiap detiknya dia selalu mengagumi wajah itu. Bagaimana mungkin dia tidak cemburu kalau mantan suami kekasihnya datang. "Cemburu hanya untuk orang yang tidak percaya diri. Dan hanya dengannya aku merasa tidak percaya diri." 

"Hanya demi Sarada, aku masih merindukannya. Dan dia juga masih betah di sini."

"Aku mengerti. Beri aku kepercaayaan lagi." 

Sakura mencium Sasori lagi, hanya untuk meyakinkan lelaki itu, tidak untuk dirinya. Dia sudah kehilangan keyakinan semenjak tatapan mata tajam itu menatapnya beberapa jam lalu. Perasaannya menjadi tidak karuan, sungguh kehadiran lelaki itu membuatnya bingung. Begitu juga Sasori, dia yang paling takut sebenarnya. 

Tidak jauh dari tempat itu seorang anak kecil sedang menangis, meringkuk sendiri di balik tembok. Setelah menyaksikan Mamanya berciuman mesra dengan lelaki lain, padahal dia berharap bisa melihat Papa dan Mamanya akan diam-diam berpelukan, atau hanya sekedar bercanda bersama. Tapi justru yang dia lihat lain. 

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang