22

6.4K 643 40
                                    

"Oh, kamu sudah bangun sayang? Sini." Sakura merentangkan tangan, hingga membuatnya seperti burung yang sedang membuka sayapnya, karena selimut berbulu yang tadi masih membalut tubuhnya. Sarada langsung meringkuk di pelukan Sakura. "Papa baru menangkap penjahat." Lanjut Sakura sambil mempererat pelukannya. 

"Benarkah? Kenapa papa tidak jadi polisi saja? Kan lebih keren."

"Papamu tidak mungkin bisa bertahan dengan seragam itu, apalagi dengan aturan-aturan yang tidak bisa dilanggar." Sahut Sakura, sebelum Sasuke menjawab. 

"Karena Papa sulit diatur, Nenek pernah bilang begitu, kalau Papa tidak menuruti nasihat Nenek." Ucap Sarada, sambil membenamkan wajahnya ke leher Sakura, untuk mencari kehangatan lebih disana.

Saat Sasuke melihat dua wanita yang dicintainya bergulung menjadi satu di dalam selimut menyisakan dua kepala yang berdempetan penuh sayang, hatinya terasa tergelitik untuk menyuruhnya tersenyum, bahkan pipinya merona. 

Mereka imut sekali, Batinya. 

"Aku harus berangkat pagi hari ini." Ucap Sarada, "Tapi masih ngatuk." Lalu kini membenamkan wajahnya di dada Sakura. 

"Kalau begitu kau harus mandi agar ngantuknya hilang. Dan mama akan siapkan sarapan, dan bekal untukmu." 

"Ma aku mau telur gulung yang ada sayurannya warna-warni seperti waktu itu. Boruto menyukainya, buatkan yang banyak ya?" Sarada langsung bersemangat dia bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.

Kamar mandi di apartemen Sakura berada di samping kamarnya, tidak di dalam kamar, karena memang apartemen itu sederhana sekali. Hanya ada satu kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tengah yang cukup luas. Hingga bisa Sakura bagi dengan meja kerja, nangkas, televisi dan juga sofa besar. 

"Tidurlah, kau belum tidur dari semalam kan? Di dalam saja, biar tidak terganggu." Sakura beranjak, memberikan selimutnya pada Sasuke, hingga sekarang dia hanya mengenakan kemeja tidur tipis panjang sepaha. 

Tanpa menunggu jawaban Sasuke, Sakura langsung ke dapur, mengambil wortel, seledri, daun bawang dan juga bawang merah, bawang putih secukupnya. Lalu 4 butir telur. 

Saat dia mengupas wortel Sasuke menghampirinya. Dia tau lelaki itu pasti akan mengganggunya, Dan benar saja Sasuke memeluknya dari belakang. 

Dia menenggelamkan wajahnya di bahu Sakura, menghirup aroma tubuh Sakura yang selalu memabukkan. 

"Tidurlah, aku harus masak." Samar-sama Sakura mendengar suara air di kamar mandi. 

"Kembalilah padaku." Ucap Sasuke lirih, masih memeluk Sakura erat, dia tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya. "Menikahlah denganku."

Sakura terdiam, dia meletakan wortelnya, dan menggenggam tangan Sasuke yang memeluknya. Dia tidak bisa menjawab permintaan Sasuke, untuk saat ini dan nanti, dia tidak yakin bisa menjalin hubungan seserius lagi. Dengan orang yang sama pula. 

"Kau mencintaiku dan aku juga, tidakkah jika lebih baik kita_"

"Tidak semudah itu Sasuke, maaf aku memang masih mencintaimu. Tapi aku tidak berani untuk melangkah kesana. Dulu kau juga semudah ini melamarku, lalu aku juga dengan mudahnya menerimamu. Tanpa berpikir panjang kita menikah, lalu apa yang terjadi setelahnya? Aku rasa kita butuh memikirkan lebih lama lagi tentang ini."

"Aku bisa berjanji bahwa semua yang pernah kita alami dulu, kita sudah sama-sama dewasa Sakura, kita tidak akan jatuh pada lubang yang sama."

"Tidak sekarang." Sakura memutar tubuhnya, tangannya bertautan di belakang leher Sasuke. Dia tatap lekat-lekat wajah penuh kekecewaan itu. Dia mengenal Sasuke, dia lelaki yang tidak suka ditolak, dan dia rasa jawabannya bukan bermaksud untuk menolak, belum lagi dia masih belum mendapatkan momen untuk bicara sejujurnya pada Sasori. Pengakuannya pada Sasuke juga masih baru beberapa hari yang lalu, dan sekarang Sasuke sudah mengajak rujuk, dia harus memikirkannya ribuan kali, sama seperti dia memikirkan lamaran Sasori ribuan kali.

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang