"Kenapa kau menangis? Harusnya kau tidak menangis Sakura kalau kau sudah yakin dengan keputusanmu." Sasuke berlutut di hadapan Sakura yang tersimpuh di lantai, badannya yang besar bisa menutupi Sakura dari orang-orang yang melewati mereka sambil berlalu, Sasuke yakin orang-orang akan melihat mereka dengan tatapan aneh.
"Hapus air matamu, atau aku akan memaksamu untuk jujur saat ini juga di depan Sasori."
Sakura menggenggam lengan Sasuke, dia butuh pegangan.
"Sudah jangan menangis, kau sudah memutuskannya, kau harus membahagiakan dia seperti yang kau rencanakan. Jika dia tau kau menangis seperti ini semua rencanamu akan gagal." Sasuke tidak tega melihatnya, dia menghapus air mata Sakura. Lalu menarik tubuh Sakura agar kembali berdiri. Setelahnya dia beranjak pergi meninggalkan Sakura, berpamitan pada Nami untuk pulang dulu dengan alasan Sarada mencarinya.
Sesampai di rumah dia mencari anaknya yang biasanya jam segini masih menonton televisi.
"Sarada mana mom?" Tanya Sasuke, saat dia melihat hanya ada ibunya di sofa.
"Dia tidak enak badan, tadi demamnya sempat tinggi, setelah minum obat dia tertidur." Sasuke mengangguk sambil berlalu, "Kau benar-benar tidak jadi menikah dengan Sakura?"
Sasuke menghentikan langkahnya, setiap kalimat itu terucap oleh siapapun dadanya terasa begitu perih. "Aku tidak bisa memaksanya, dia punya kehidupan sendiri dengan orang lain saat kami berpisah."
"Ya ampun, aku kira kalian akan rujuk setelah melihat kalian mulai bersama, sungguh aku bisa melihat tatapan Sakura padamu itu berbeda."
"Sudahlah Mom aku tidak mau membahasnya lagi."
"Harusnya kalian lebih memikirkan Sarada, daripada diri kalian sendiri."
"Aku sudah melakukannya, tapi sepertinya Sakura masih kurang dewasa. Aku tidak tau apa yang dilakukan lelaki itu hingga membuat Sakura benar-benar tidak bisa meningalkannya."
"Temanilah Sarada malam ini, dia sepertinya sangat sedih."
"Ya."
Sasuke berjalan lebih cepat lagi hingga hampir berlari, lalu masuk ke kamar anaknya sebisa mungkin tidak membuat suara.
"Papa?" Suara lemah Sarada membuktikan kalau anak itu benar-benar sakit.
"Ya Sayang, papa pulang." Sasuke duduk di ranjang Sarada, menggenggam tangan kecil anaknya. "Bagaimana keadaanmu? Mau ke dokter?"
Sarada menggeleng, dia bangun dan memeluk lengan papanya. "Hei tidurlah, nanti pusing." Sarada menggeleng lagi, memeluk Sasuke semakin erat.
Akhirnya Sasuke mengangkat tubuh kecil Sarada, menggendongnya, hingga Sarada memeluk lehernya. Wajah Sarada terasa panas di bahunya, napas yang dihembuskan Sarada juga terasa begitu hangat.
"Sepertinya kita harus ke dokter."
"Gak mau, Sarada mau sama papa aja. Sarada mau begini." Suara Sarada bergetar.
"Walaupun kita ke dokter Papa akan selalu di samping Sarada kok." Sarada menggeleng lemah.
"Baiklah, tapi kalau sampai besok tidak turun demamnya kita ke rumah sakit ya?" Sekarang Sarada mengangguk, bahu Sasuke mulai basah, sepertinya anak itu menangis lagi. "Ada apa?" Sarada masih menolak untuk bicara.
"Hei anak Papa gak boleh cengeng kan?" Saat ini hanya memanjakan, yang bisa dia lakukan dia tidak mungkin bisa mengabulkan permintaan anaknya.
"Apa kalau mama menikah dengan uncle Sasori, Sarada masih bisa bertemu dengan Mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback [SasuSaku Fanfiction] Completed
FanfictionSepuluh tahun setelah kegagalannya dalam menjalin rumah tangga dengan Uchiha Sasuke, Sakura akhirnya dapat menerima lelaki lain sebagai kekasihnya. Untuk menikah lagi dia masih begitu trauma. Tapi tanpa diduga-duga kalau anaknya, yang dulu jatuh pa...