12

6K 609 142
                                    

Tidak terasa sudah satu minggu berlalu, dia terlalu menikmati pekerjaannya. Yang benar seperti teman-temannya katakan kalau dia akan berkembang pesat di sana, dan semakin keras pula pergesekan di antara rekan kerja. Walau dia tahu bahwa posisinya tidak akan pernah bisa diganggu oleh siapapun.
Sakura dan Tenten memilih menu di kantin rumah sakit, sepertinya tidak cocok disebut kantin, lebih seperti restoran, karena tempatnya lumayan mewah dan ada pelayan yang menghampiri mu untuk menyiapkan makanan pilihanmu.

"Apa direktur juga makan di kantin?" Ucap Sakura saat melihat segerombolan orang berjas hitam yang baru saja masuk kantin, diikuti beberapa dokter besar. Tenten langsung menoleh ke arah gerombolan itu, yang akhirnya duduk tidak jauh darinya.
Satu Minggu ini dia sama sekali tidak bertemu Sasuke, dan hari itu pertama kalinya.

"Ya, mau makan dimana lagi? Dari pada makanan di sekitar rumah sakit, kantin rumah sakit masih lebih baik dari segi rasa dan pelayanan. Mungkin dia kesini agar dapat melihatku." Sakura langsung menatap aneh kearah Tenten. "Lihatlah dia begitu dingin, senyum tipisnya saja  bisa membuatku meleleh."

Kalau itu Sakura setuju, dia juga pernah meleleh dibuatnya. "Hn,"

"Kau terlihat tidak menyukainya," Sakura hanya mengangkat bahu, tidak berniat untuk menjawab. Matanya tanpa sengaja jatuh pada seorang dokter sexy yang baru saja masuk kantin. Dadanya itu, luar biasa besar, pinggangnya luar biasa ceking, dia memang memiliki tubuh yang indah, dengan berat hati Sakura mengakui itu.

Lalu dia melempar pandangan ke segala arah yang sialnya justru dia mendapati Sasuke yang menatap setiap gerakan dari Nami, dia seolah tidak berkedip melihatnya. Gerakan kecil dari payudara milik wanita itu entah bagaimana terlihat menarik perhatian Sasuke, dan beberapa laki-laki di sana.

Sakura menghembuskan napas kasar dan melahap saladnya dengan brutal.

"Sial!, dadanya memang besar." Ucap Sakura dengan mulut penuh. 

Membuat Tenten harus berpikir keras untuk mengerti. "Ya, Sakura?"

"Aku hanya tidak mengerti apa yang dia lakukan pada dadanya hingga sebesar itu, bahkan masih terlihat walau tertutupi jas." 

Diam-diam Tenten mengikuti arah padang Sakura. "Dia implan mungkin."

"Setuju, tidak akan bisa sebesar itu kan kalau tidak implan." Ucap Sakura, dia tidak menyadari betapa cemburunya dia. Tsunade juga mempunyai yang sebesar itu dan dia tidak implan. Dia hanya tidak suka, belum lagi wanita itu sendiri yang pertama mengibarkan bendera perang padanya. Melihat Sasuke sampai tidak berkedip seperti itu membuat dirinya panas. 

Sakura membuka jasnya.

"Aku mau ambil minum dulu." Ucapnya pada Tenten, dia langsung beranjak menuju lemari pendingin minuman yang terletak dekat pintu masuk. 

Sasuke langsung membelalakkan matanya saat melihat Sakura menungging untuk mengambil minuman di dalamnya. Rok yang dipakai Sakura tidak terlalu pendek saat itu, bahkan di bawah lutut tapi bahannya yang elastis membuatnya bisa mencetak kesempurnaan pinggulnya. Sakura memang tidak punya dada seperti Nami tapi dia punya bokong yang menurut Sasuke sempurna.

"Inilah yang kami bilang surganya Konoha Hospital." Ucap salah satu orang di meja Sasuke. "Makanan, dan wanita-wanita cantik. Dokter baru itu boleh juga." 

"Bisakah anda membantu saya untuk menyiapkan ruang rapat sekarang?" Ucap Sasuke pada lelaki yang baru saja berceloteh tentang Sakura.

"Tapi_" Dia seolah menatap sayang pada makanannya. 

"Sekali lagi saya minta maaf, saya ada acara mendadak siang ini."

Lelaki itu membantin, kesal sebenarnya dengan bos barunya, tapi dia tidak bisa apa-apa, akhirnya dia berdiri meninggalkan makanannya, saat berpapasan dengan Sakura, dia masih sempat menyapa dan menyunggingkan senyuman nakal. Sedangkan yang disapa hanya melirik dan tersenyum, dia masih merasa kesal dengan kelakukan Sasuke yang mata keranjang. 

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang