24

7K 625 41
                                    

"Hei, Aku punya kabar gembira." Ucap Sarada sambil menaruh tas nya di meja, lalu memutar tubuhnya hingga menghadap ke bangku belakang. Tempat Boruto dan Mitsuki duduk. "Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan pamanku dan Nenekku kalau Papa dan mama berniat untuk menikah lagi. Ya walau tidak secepatnya_"

"Kau sekarang jadi suka menguping ya Sarada, saat itu kau diam-diam mengetahui papamu mencium Mamamu, lalu di dapur kau juga mengintip mereka bermesraan. Sekarang kau menguping pamanmu. "Ucap Mitsuki sambil tersenyum. membuat ucapannya menjadi lelucon bukan kritikan. 

"Kalau yang ini bukan sengaja, jadi tadi saat aku mau turun untuk Sarapan aku mendengar pamanku membicarakan papa, agar pembicaraannya tidak terhenti, aku tidak jadi turun."

"Itu sama saja." Sahut Mitsuki lagi, tidak ada jawaban apapun dari Boruto. 

"Menurut kalian apa yang harus aku lakukan?"

"Sebentar aku cari dulu." Mitsuki mulai mengetikan pertanyaan Sarada, untuk mendapatkan jawaban dari blog-blog di Google. 

"Mitsuki berhenti melakukan itu."

"Menurutku yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu. Mereka sudah mempunyai keputusannya sendiri." Sahut Boruto, dengan nada malas. 

"Tapi kapan itu? Aku tidak sabar hidup bersama mereka. Menunggu itu membosankan."

"Lalu kau mau apa? Mau merajuk meminta mereka segera menikah? itu tidak akan merubah apapun Sarada!" Boruto tiba-tiba membentak Sarada dan beranjak dari tempat duduknya. 

"Ada apa dengannya?" Ucap Sarada yang terkejut dengan sikap Boruto yang tiba-tiba, "Apa dia tidak bisa ikut senang saat temannya senang? Kenapa dia jadi marah-marah."

"Umm Sarada, apa kau ikut sedih kalau temanmu sedih?"

"Tentu saja."

"Tapi kau tidak melakukannya."

"Maksudmu?"

"Boruto sedang sedih sekarang ini, tidak ingatkah kau kalau dia tidak bisa ikut perlombaan yang paling penting baginya. Coba rasakan kesedihannya, maka kau akan mengerti dengan kemarahannya." Mitsuki beranjak juga lalu berlari mengejar Boruto. 

*****

Sakura sudah mempersiapkan semua materi, dan jawaban-jawaban yang akan ditanyakan nanti. Sebelum dia masuk ke Aula, dia sedang bersiap di belakang bersama tim operasinya saat itu, termasuk Tenten. 

"Mau kopi?" Tenten memberikan segelas kecil kopi, pada Sakura. Saat itulah pertama kali Tenten mau duduk di sampingnya dan berbicara padanya. 

"Thanks," Jawab Sakura singkat, dia merasa canggung. 

"Sebenarnya itu bukan salahmu."

"Aku tau." 

Mereka terdiam cukup lama. "Aku tau itu bukan salahku, tapi menurutku itu tetap salahku yang tidak bisa menghentikan pendarahannya." Lanjut Sakura setelah dia sadar jika dia tidak memulai pembicaraan Tenten tidak akan memulai lagi.

"Dokter Nami mengetahui tentang keanehan di pembuluh darah itu, tapi dia juga tidak tau kalau akan benar-benar pecah. Jadi dia memutuskan untuk membiarkannya dulu dan akan menanganinya nanti, jika memang benar-benar bermasalah."

Sakura hanya diam, dia tau kalau saat Nami melakukan Operasi pembuluh darah itu belum pecah baru pecah di pagi hari sebelum dia melakukan operasi ke dua. 

"Saat itu kami sudah terlalu lama berkutat paru-parunya. Dan mengabaikan masalah yang belum tentu terjadi itu."

"Aku bisa mengerti Tenten, meskipun Nami yang menanganinya dia akan tetap meninggal karena kau juga sudah tau sendiri bagaimana pendarahannya. Kita sudah terlambat." Itulah dulu mengapa Sakura merasa kalau Tenten sudah tau letak kesalahannya, Sakura juga hampir menyalahakan Nami yang mengoperasinya pertama kali. 

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang