"Kalian tidak masuk ke kelas?" tanya Eunha yang masih kesulitan membuka bungkus rotinya. "Yak! Kau tak dengar tadi? Kami kan disuruh menjagamu, takut nanti nafasmu sesak lagi, " jelas Mina.
"Ngga dimarahin?" tanya Eunha lagi. Lisa menggeleng. "Sulli eonnie, dia menyampaikan izin kepada wali kelas kami, " jawab Lisa. Eunha mengangguk-angguk mengerti.
"Umm, Joy? Gwaenchana?" tanya Eunha perlahan. Joy diam sedari tadi. Menatap lesu kearah jendela. Wajahnya sekarang menengok kaget kearah Eunha. Mengangguk perlahan. Eunha tersenyum.
"Smile, Joy, " kata Eunha sambil memeluk Joy. Joy tersenyum manis. "Kau sungguh sudah tak apa kan?" tanya Joy. "Ppabo, khawatirmu belum hilang hah? Lihat, aku sudah tak apa, " kata Eunha tertawa. "Pergilah ke kelas, nan gwaenchana, " sambung Eunha.
"Ani, we stay here, Jung Eunha, " tegas Lisa seolah membaca pikiran Joy.
(Back from school)
"Aku pulang, " seru Lisa. Oh, tak ada orang? Kemana semuanya? Kenapa tidak memberitahunya? Entahlah, lagipula sama saja, bukan?
Lisa pergi ke kamarnya. Dia membereskannya sebentar lalu pergi tidur. Yah, memang Lisa tidak terlalu lelah. Tapi dia agak mengantuk.
"Kami pulang, " seru Rose. Suara Rose membangunkan Lisa. Lisa pergi ke bawah dan melihat dua eonnienya pulang membawa sebuah kantung belanjaan.
"Darimana, eonnie?" tanya Lisa. "Urusanmu?" jawab Jennie sinis. Jennie pergi ke dapur lalu memasak air panas untuknya mandi.
Rose memeluk Jennie dari belakang. Mengejutkan pemilik tubuh yang sedang mengisi air. "Ah, Chaeng. Kau merindukanku, hah? Kita baru saja pergi bersama, " tanya Jennie sambil tertawa. "Rose, eonnie, " kata Rose. Jennie terkekeh kecil. "Mian, mian, ".
Lisa memperhatikan. Dari jauh menggerutu sebal melihat dua gadis cantik itu berpelukan. "Cih, " gumamnya sebal. Lisa berlalu pergi. Dia duduk di sofa televisi dan menonton salah satu acaranya.
Jennie pergi mandi. Rose sendirian di dapur sekarang. Dia memasak ayam. "Eonnie, kubantu?" tawar Lisa gugup. Rose mengangguk canggung, sesaat kemudian wajahnya terkejut. "Eh, mengapa aku mengangguk?" tanyanya.
"Umm, anu.. Ya, terserahmu, " jawab Rose. "Kau darimana, eonnie?" tanya Lisa. "Belanja, " jawab Rose singkat. Nadanya, seperti biasa; jutek.
Rose's POV
Ah sungguh, aku lelah berbelanja bersama Jennie eonnie tadi. Yah, aku tetap harus memasak makan malam.
"Eonnie, apa kau membenciku?" tanya Lisa perlahan. Aku terkejut. Akhirnya beralih menatap Lisa. Dia mengepalkan erat tangannya berusaha siap menerima jawaban yang tak diinginkan. "Eonnie, " ulangnya. Aku masih memilih diam.
Apa yang harus kujawab? Aku membencinya, dia telah membuat Jisoo eonnie meninggal dan merenggangkan hubungan kami. Tapi, aku merindukannya. Aku menyayanginya. Adik kecilku. Ah, aku harus jawab apa?
-Flashback-
(Flashbacknya ni bukan Rose's POV, ya)
"Lisa-ya, yang kaulakukan.." kata Rose, membuat Lisa menunduk semakin dalam.
Jennie, menatap kosong kearah peti Jisoo yang sedang diangkat. Mengepalkan tangannya erat.
"Kau tau apa yang kaulakukan?!" teriak Rose, tangisnya meledak lagi.
"Mianhae, eonnie.." Lisa tak mengangkat kepalanya.
"Je-jennie eonnie, " panggil Lisa pelan.
"Aku bukan eonniemu lagi. Aku benci padamu, Lalisa Manoban, " ujar Jennie dingin, matanya yang kosong beralih menatap kepala Lisa yang tertunduk. Tajam dan penuh marah, mata kucing yang hangat itu.
"Eonnie!" tangis Lisa meledak setelah mendengar Jennie berbicara. Lisa menangis terduduk. Susah payah bernafas di tengah tangisnya. Mengucapkan 'maaf' entah berapa kali.
"Aku kecewa padamu, Lisa. Kau.." lirih Rose sebelum akhirnya kalah lagi oleh tangisnya. Terisak kuat di pelukan Jennie.
Mereka, yang 'DULU' menyayangi Lisa.
-Flashback end-
Ah, ingatan itu. Muncul kembali untuk sekian lama. Jisoo eonnie, pergi karena kecerobohannya. Bodoh. Aku mengusap ujung mataku. Mencegah air mata yang hendak turun.
"Eonnie, jawab aku, " ulang Lisa. Dia menagih jawaban. "Apa kau membenciku? Apa kau masih belum memaafkanku?" tanyanya. Suaranya bergetar. Aku mengepalkan tanganku erat. Ah, sial. Dia menangis.
Aku menggigit bibirku kuat. Berusaha menahan tangis yang bisa meledak sebentar lagi. "Eoh, aku membencimu. Kau merusak hubungan kita karena kecerobohanmu. Aku kecewa padamu, apa yang ada dipikiranmu itu?" kataku tiba-tiba. Dia mendongak tak percaya.
"Harusnya saat itu kau menunggu jalanan sepi dan Jisoo eonnie menyebrang jalan dengan aman. Lalu kita akan pulang dan berpesta menonton Goblin sambil memakan camilan yang Jennie eonnie siapkan. Tapi, hancur! Karenamu, Lalisa Manoban!" tangisku keluar juga, sialan.
Ah, kenapa aku mengatakan ini?! Bodoh! Aku mengepalkan tanganku berusaha menghentikan tangisku yang sudah pecah.
"Ini salahmu, Lisa. Salahmu!" kataku menjerit tertahan. Aku tak kuat lagi. Aku pergi ke kamar mandi(Jennie eonnie sudah selesai mandi tentunya), menangis kencang. Meninggalkan Lisa yang sudah menangis terduduk di dapur.
Aku menangis, merutuki betapa bodohnya aku. Aku ingin memperbaiki segalanya. Lisa, membencinya itu sulit. Namun, mencintainya juga tidak mudah. Apa yang harus kulakukan?
Aku kini melukainya. Dengan mengatakan yang sejujurnya, bisa menggores hati orang lain. Ah, Lisa-ya mianhae..
Rose's POV end
"Nde, aku benar kan?" lirih Lisa.
Fiuuhh, up 😂💙
Vomment yaak uhuuyy
Ga vomment, ga lanjut!
Salanghamnida 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] eonnie, aku rindu!
Fanfiction❝Tentang hati yang kelelahan dipeluk kegelapan, sendirian.❞ 2O2O ; ©STARAAAAA-