16.

9.8K 755 61
                                    

Lisa berlari. Sedikit lagi, akhirnya sampai di puncak. Sunset. Indah, tenggelam dibalik bukit lainnya. Memancarkan jingga khas senja yang luar biasa.

Lisa merentangkan tangannya. Memejamkan matanya. Mencoba merasakan sepi. Di puncak bukit yang asri. Mengejar matahari yang sudah harus kembali beristirahat.

Lisa ingat, ingat ketika eonnienya memeluknya hangat. Memberi senyum manis. Yang menenangkan layaknya senja. Segalanya bagi Lisa. Lisa tersenyum.

Keharmonisan itu berakhir begitu saja. Muncul bayang Jisoo, terkulai ditengah jalan dengan genangan darah dari kepalanya. Rose, menangis panik disebelah Jisoo. Dan Jennie, menatap tajam Lisa sambil terus mengatakan, "Aku membencimu, Lisa, ".

Lisa membuka matanya. Menangis. "Ah, Tuhan. Aku benci menangis. Apa Kau masih belum puas menguras air mataku?" ucapnya menghapus air matanya.

Lisa berteriak keras. Mencoba mengeluarkan segala gundahnya. Rasa kesepian yang sudah ia alami selama tiga tahun. Dan entah kapan sepi itu meninggalkannya.

Matahari terbenam. Menyisakan gelap dan dingin untuk Lisa. Lisa melihat gemerlap kota dari bukit. Sangat berbeda. Kota, terlihat sibuk dan terang. Sedangkan bukit, gelap dan dingin. Hanya ada sepi.

Seperti hidup Lisa. Yang sekarang ini hanya sepi yang menemani. Kadang tangis dan luka menghiasi. Ingat, ini bukan '3 tahun lalu'.

"Eonnie, bahagialah, " bisiknya.

(Other side)

Rose's POV

Dibalkon kamarku, sendirian. Menatap bulan yang biasanya punya empat pasang mata yang mengagumi cahayanya.

Yah, kini hanya ada sepasang mata yang masih setia memandangi indah rembulan. Mataku. Mata yang sendu menatap punggung adikku. Menjauh. Dan sekarang entah dimana raganya.

Jennie eonnie melarangku mencarinya. Sudah malam dan saat ini dia belum ada dikamar. Sejak siang aku memendam rasa khawatir. Khawatir? Bukankah kau membencinya, Chaeng?

"Bencilah aku, eonnie. Nan gwaenchana, "

"Nde, Lisa. Aku membencimu, "

"Tetaplah merindukanku, eonnie, "

"Selalu, Lili-ya, "

Aku meraih foto kami berempat. Aku, Lisa, Jennie eonnie, dan Jisoo eonnie. Ah, rindu.

"Lisa, apa kau masih mengharapkanku?"

Rose's POV end

Lisa turun ke kota. Setelah akhirnya dirinya kedinginan di bukit. Lisa masuk ke sebuah restoran. Memesan makanan yang dapat menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Apa saja, asal laparnya hilang.

Lisa masuk kedalam rumahnya. Mengambil beberapa barang sebelum akhirnya pergi selamanya. Ya, ini sudah keputusan akhirnya.

Lampu menyala?!

"Lisa, " panggil Jennie. Suara Jennie dingin, astaga. "Darimana kau?" tanyanya dingin.

"Astaga, aku takut, " batin Lisa.

"Dan mau kemana kau?" Jennie masih bertanya, tentu nada dinginnya terselip. Lisa memberanikan diri mendongak. "Mian, eonnie, " lirih Lisa perlahan. "Tapi aku akan pergi dari sini, " tukasnya yakin.

Jennie terkejut. Matanya berkaca-kaca seketika. "Je-jeongmal, Lili-ya?" tanyanya lirih. "Kau membenciku, kan?" tanya Lisa lagi. Suaranya bergetar. Jennie, mematung di pintu kamar Lisa.

"Say yes, eonnie. I know, " tegas Lisa sekali lagi. Jennie mengepalkan tangannya marah. "Nde, " kata Jennie. "E-eh?" Lisa bingung. "Kubilang 'nde', Lisa. Aku membencimu, " ulang Jennie.

Lisa terkejut. Matanya melebar tak percaya. "Eo-eonnie.." panggilnya lirih. "Pergilah! Pergilah kalau kau memang hendak pergi! Aku membencimu! Pergilah, 'pembunuh'!" teriak Jennie. Wajahnya basah.

Rose muncul tiba-tiba. Membeku menatap Jennie yang mengamuk. Dan Lisa yang mematung seketika dengan tas ransel yang sudah jatuh disampingnya. "Apa yang terjadi?" tanya Rose bingung.

Lisa mengepalkan tangannya. "Pembunuh?" tanya Lisa dingin. "Eoh, kau lupa Jisoo eonnie pergi karena siapa?" ucap Jennie tajam. Lisa seketika menangis. "Eonnie, aku.." Lisa terdiam. Tubuhnya bergetar hebat.

"Nde! Aku pembunuh Jisoo eonnie! Jisoo eonnie mengalami kecelakaan itu, karenaku! Aish, kenapa saat itu Jisoo eonnie masih menyelamatkanku kalau akhirnya aku akan pergi juga?! Ok, aku akan pergi dari sini! Dan aku akan sungkan kembali! Aku benci kalian! Aku ingin membenci juga, aku lelah dibenci!" Lisa menangis hebat.

"Wae? Wae kau mencariku saat dirimu memang ingin aku pergi?! Wae kaluan menghawatirkanku saat aku tidak di kota?! Wae kalian masih menganggap 'pembunuh' Jisoo eonnie ini sebagai adik kalian, hah?! Lebih baik aku pergi!"

"Aku lelah bertahan sendirian. Tanpa dukungan dan semangat. Aku rindu kalian. Kalian yang menghempasku jauh-jauh. Aku, yang tak sengaja 'membunuh' Jisoo eonnie. Aku mencintai Jisoo eonnie. Aku juga tak ingin kecelakaan itu!"

"Sudah. Aku sudah lelah sendirian lagi, eonnie, " Lisa, dia jatuh terduduk dan menangis kencang disana. Jennie, matanya kosong namun terus mengeluarkan air mata. Rose, dia memalingkan wajahnya yang sudah basah.

Hanya isak kencang Lisa yang terdengar. "Aku, tak akan menangis lagi, " ucap Lisa berulang-ulang. Rose yang sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya segera berlari ke arah Lisa dan memeluk adiknya.

"Uljima! Jebal uljima! Isakmu menyakitiku, Lili-ku. Jangan menangis, jebal. Aku mencintaimu, Lisa. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku merindukanmu setiap malam. Makanya, jangan pergi lagi.

Aku rindu padamu, sangat rindu. Aku takut sendirian lagi, Lili. Jangan pergi, jebal!" Rose jatuh begitu saja. Menangis diluar kendali tubuhnya. Sepuasnya membuat bahu Lisa basah kuyup karena air matanya.

Lisa, menangis tanpa suara dan air mata. Matanya kering, tak lagi mengeluarkan air mata namun tubuhnya terisak. Membiarkan dirinya dipeluk erat oleh sosok yang telah melukai dirinya.

"Jebal, ubah keputusanmu. Aku mencintaimu, aku akan berhenti membencimu. Lili-ya, saranghae. Saranghae, " Rose menangis.

"Late, eonnie, " Lisa berdiri dan membawa tasnya bersamanya. Lari jauh melewati begitu saja Rose dan Jennie yang masih menangis.

Rose mengejar Lisa. Jauh ke jalan raya. Tujuan Lisa sekarang adalah stasiun. Berlari ke halte bus tujuan Stasiun Seoul. Rose masih berlari meski ketinggalan jauh adiknya yang berkaki panjang.

"Lili! Chankamman!" panggil Rose. Lisa tak peduli. Lama kelamaan, suara Rose menghilang. Lisa menyadari tak ada lagi yang memanggilnya. Mungkin Rose lelah mengejarnya. Lisa menengok kebelakang.

Lisa melihat kerumunan orang. Lisa mendekat. Uh oh, bad feelings.

"Jangan, kumohon jangan eonnie-ku lagi, "

Lisa menerobos kerumunan orang-orang dengan payah. Dia di depan sekarang. Berteriak kaget saat mengenali wanita yang terbaring di jalan dengan penuh darah itu adalah eonnienya.

"Eonnie!" teriak Lisa. "Rose eonnie, bangun! Jebal! Jangan lagi! Eonnie! Ani, ini mimpi! Ini mimpi! Tidak, tidak boleh lagi aku kehilangan eonnie-ku lagi, tidak! Eonnie, jebal ireona!" Lisa berteriak histeris.

"Ppabo! Kalian hanya berkerumun?!  Kalian hanya diam saja?! Bawa dia, brengsek! Bantu aku!" amuknya. Lisa menangis takut. Eonnienya sangat kaku. Darahnya terus mengucur.

Tuhan, kenapa bus itu tidak menabrakku saja?

Kenapa harus eonnieku lagi?

Apa Engkau masih belum puas melihat ku dibenci?

Apa Engkau masih belum puas melihat satu eonnieku pergi?

Kenapa harus Rose eonnie? Kenapa tidak aku?

Kenapa?

Tuhan..

Lisa, yang sedang menangis khawatir menanti kabar baru tentang eonnienya.

Mian, gak sesuai ekspektasi kaliaann :(((
Vomment yaa
Gak vomment, gak lanjut!
Bentar lagi end :)))
Salang 💋

[✔] eonnie, aku rindu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang