20.

10.2K 721 12
                                    

Nih aslii nihh ehehehe

Mereka sampai dirumah sakit. Lisa yang sudah sedingin es segera ditindaklanjuti oleh dokter Yoon. Rose yang kakinya sudah kehilangan banyak darah terduduk lemas.

"Sembuhkan dia. Aku punya banyak uang, cepat operasi dia! Dia harus sembuh! Min Ah, cepat!" Rose berteriak takut. Menangis lagi di lantai putih yang sudah berlumur darah karena kakinya.

"Rose, tenangkan dirimu. Kau mengganggu pasien lain. Tenanglah, aku akan menyembuhkan Lisa, " Dokter Yoon mengingatkan.

Yoon Min Ah, teman alumni Rose. Setelah pindah ke Busan, akhirnya dia kembali ke Seoul dan menjadi dokter di rumah sakit milik keluarganya. Karena kecerdasannya, Min Ah dipercaya menjadi dokter bedah di umurnya yang masih sangat muda.

"Kakimu juga tertembak?" tanya Min Ah. Rose mengangguk. "Tidak sakit kok, " katanya. Min Ah terkekeh kecil. "Bagaimana bisa, eoh?" tanya Min Ah mengobati luka Rose yang tidak terlalu parah itu.

"Ay di key, " jawab Rose. Min Ah tertawa kecil lagi. "Min Ah, adikku!" Rose teringat dan langsung membentak temannya.

"Pikirkan dirimu dulu. Setelah membereskan kakimu, aku baru akan menangani Lisa. Lagipula, Lisa sekarang sudah diruang operasi ditangani asistenku. Tenanglah, " semprot Min Ah.

Rose merasa lega. Dia berterimakasih. "Aku akan minta tolong asistenku untuk mengobati kepalamu, nde? Jangan mengeluh, itu perlu dijahit. Baiklah, aku pergi, " kata Min Ah sebelum akhirnya pergi berlari ke ruang operasi.

(Rose's hospital room)

"Ka-kalau aku mati, ja-jangan sedih, nde?"

Kata-kata Lisa sebelum dirinya tak sadar sungguh menghantui diri Rose. Menakuti dan lagi-lagi memberi perasaan bersalah yang lebih besar kepada dirinya. "Jadi ini, firasat itu?" lirih Rose.

Rose tak tau apa yang harus dikatakannya kepada Jennie. Rose terus mengirim pesan singkat yang beberapa detik kemudian dihapusnya. Berkali-kali menelepon, sekian detik kemudian telepon diputusnya.

Nini Eonnie 😽💖
Mwoji?

Jennie menchatnya.

You

A-anuu.. Eonnie..


Rose menceritakan semuanya. Bahwa kakinya tertembak, Lisa dioperasi, semuanya. Setelah selesai menjelaskan, Rose mematikan handphonenya.

Berharap cemas sambil melihat jendela kamar rumah sakitnya. Rose sebenarnya sangat ingin menunggu Lisa di depan ruang operasi. Seperti saat Lisa menunggunya.

Menunggu. Masih menunggu. Bahkan ini hampir 5 jam! Oh Tuhan, tolong selamatkan Lisa..

Belum pernah Rose secemas dan setakut ini. Adiknya sudah hampir lima jam terbaring di ruang operasi. Sedang firasat buruk terus datang seolah memberitahu bahwa adiknya tidak akan kembali padanya.

"Jane brengsek!" Rose ingat seseorang yang menyebabkan semua ini. Jane, mantan sahabatnya. Jane adalah teman dekat Rose sebelumnya. Sangat dekat. Rose bahkan menganggap Jane sebagai adiknya sendiri.

Sebelum akhirnya, Rose menggeser posisi Jane sebagai yang selalu nomor satu di sekolah mereka. Rose juga pernah beberapa kali tak sengaja mempermalukan Jane di depan banyak orang.

Sejak itu, Jane pergi jauh entah kemana. Kabar dari dirinya tak pernah terdengar lagi di sekolah beberapa tahun belakangan ini. Menghilang begitu saja, lalu kembali membawa dendam untuk dibalas.

Rose lagi-lagi menangis saat mengingat suara lemah Lisa yang mengatakan bahwa Lisa mencintainya. Teringat, Rose melihat jam. "Ck, kapan selesainya sih?!" gerutunya.

Min Ah masuk ke kamar Rose beberapa menit kemudian. Dengan wajah lelah yang penuh gurat kecewa. Rose yang melihat mimik teman kecilnya itu segera histeris bertanya, "Lili-ku baik-baik saja, kan? Tolong katakan iya, Dokter. Kumohon, ".

"Ruang ICU, jangan mengganggunya, " lirih Min Ah. Segera Rose menuju ke ruang ICU dengan bantuan kursi rodanya.

Sampai disana, Rose bertemu dengan beberapa suster. Menyapanya ramah dan membantunya memakaikan baju pelindung sebelum bertemu adiknya.

Kini, Rose duduk di kursi rodanya. Menatap Lisa yang terbaring dengan banyak alat di tubuhnya. "Ileona atau aku akan membencimu, " katanya mengetuk keras kaca pembatas.

Lisa tidak merespon. Masih lelap di mimpi indahnya. Bernafas pelan dibalik masker oksigennya. Hanya bunyi alat yang terdengar. Perlahan, Rose terisak.

"Koma. Tiga peluru melubangi kepalanya. Melukai otaknya. Karenanya kami agak kesulitan tadi saat mengoperasinya. Kondisinya belum baik. Kita harus menunggu dia sadar. Kau, jaga kesehatanmu juga, " jelas Min Ah. Merangkul pundak lemah teman kecilnya.

Rose mengangguk, masih menunduk menyembunyikan wajahnya yang basah. Hatinya hancur mendengar penjelasan Min Ah. Separah itukah? Apa salah adiknya sampai Tuhan membuat dirinya harus koma? Dan kapan Lisa yang ia rindukan itu akan bangun?

Menatap Lisa dari balik kaca pembatas ICU. Hanya ada terdengar bunyi alat-alat yang rumit. Menatap, menunggu kapan tubuhnya terbangun. "Tuhan, apalagi hadiahmu?"

Ihihihi, miann pendekk
Soalnya lagi gak ada imajinasi nehh :c
Vomment ndee
Salanghae 😘💜

[✔] eonnie, aku rindu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang