"Pagi, dunia, " ucap Lisa sambil menguap. Dia berjalan riang lalu mencoret satu tanggal di kalender dengan mata berseri. "Dan selamat ulang tahun, diriku!" serunya bahagia."Mina akan meneleponku, 1..2..3.."
'Kring!'. Benar saja. Lisa mengangkatnya, terlihatlah wajah manis Mina.
"Pagi Lalisaaa!" seru Mina di panggilan. "Selamat ulang tahun, sayangku. Kita harus merayakan ini!
Ah, Lalisa ku sudah 19 tahun sekarang! Ini hari yang istimewa, karena di hari yang sama, bulan yang sama di sembilan belas tahun yang lalu adalah detik pertama kau keluar dari rahim ibumu.
Aku akan menjemputmu nanti jam sembilan, jadi bersiaplah. Kita akan jalan-jalan ke taman, " ucap Mina sambil mengedipkan matanya. Lisa tersenyum lalu mengangguk.
"Kita harus bersiap! Tunggu aku!" seru Mina lalu menutup panggilan. Lisa juga bergegas turun ke bawah lalu bersiap.
Dia mandi begitu cepat karena tak sabar. "Kenapa kau terburu-buru seperti itu?" tanya Rose. "Mina mengajakku ke taman, " jawab Lisa. Tunggu, apa eonnienya tidak ingat?
"Lisa!". Ah, itu dia datang. "Ya!" sahut Lisa. Dia segera masuk ke mobil Mina. Berangkat ke taman!
"Es krim ku!" teriak Mina histeris. Lisa tertawa melihat Mina meratapi es krimnya yang terjatuh. "Kau tertawa?!" kesal Mina. Lisa justru tertawa semakin keras. "Mian, mian, " kata Lisa sambil mengusap ujung matanya yang berair.
"Lisa, kau bilang mau curhat. Tidak jadi?" ujar Mina. Lisa baru teringat bahwa ia memiliki masalah yang ingin diceritakannya pada Mina. Lisa menatap kosong lalu mengerjap beberapa kali. Dia merasa ragu untuk menceritakannya.
Mina's POV
Lisa bilang di mobil tadi bahwa dia memiliki sebuah masalah. Aku ingin mendengar dan ikut menampung dukanya. Aku iba padanya. Dia tak memiliki orang lain selain aku. Ya, sepertinya memang hanya aku yang peduli padanya.
Ah, dia ragu. "Lisa, ceritalah, " ujarku.
"Eonnie ku, sungguh melupakanku.." lirihnya. "Rose eonnie bahkan sepertinya lupa bahwa ini hari ulang tahunku. Jennie eonnie juga begitu. Hanya aku dan kamu yang mengingat apa yang istimewa di hari ini. Aku..". Lisa mulai terisak. Aku menjadi bingung. Saat ini, Lisa menangis.
"Lisa, ja-jangan menangis, " bujukku. Aku menghapus air matanya. Aku menyambutnya dalam pelukanku. Dia menangis tertahan. "Mi-mina, " ucapnya sesak. Aku mengubah posisi lalu meletakkan kepalanya di dadaku.
"Baiklah, tak ada yang melihat. Keluarkanlah, ayo menangislah, " bisikku. Bangku yang kami duduki memang tak ramai. Lisa menangis semakin kencang sambil mengucapkan 'gomawo, Mina' di tengah isakannya.
"Aku hanya..akhirnya menyadari..bahwa aku bukanlah dongsaeng mereka lagi..
Mina, aku tak berarti lagi..bahkan mereka lupa ini hari ulang tahunku..kukira seiring berjalannya waktu, mereka akan memaafkanku..
Aku akhirnya sadar..aku hanya perusak hidup keluargaku..dengan membuat kecelakaan itu terjadi..
Mina, temani aku..aku takut..aku kesepian..aku bukan siapa-siapa..Mina, aku.." ujarnya sendu. Ada isakan di setiap jeda bicaranya.
"Aku akan menemanimu, selalu, " kataku mencoba menenangkannya. Selama ini, Lisa tak pernah menangis. Ia juga tak pernah menyinggung soal kecelakaan Jisoo eonnie.
Aku memahami Lisa, dia adalah gadis bawel yang periang. Tapi tidak dipelukan seseorang. Ya, kadang aku merasa Lisa menangis saat di pelukanku. Dia adalah gadis yang rapuh, dan dia butuh pelukan. Aku ada untukmu, Lisa.
"Lisa, menangislah. Jangan menahan air matamu saat mereka sudah diujung matamu. Biarkan, biarkan mereka mengalir di pipi indahmu.
Tapi khususkan untuk hari ini. Hari ini adalah ulang tahunmu, ingat? Hujan saja tidak turun di hari istimewa ini. Ingat, Princess doesn't cry.
Percayalah, selalu ada pelangi di hidupmu. Maka, hujanlah dulu sampai akhirnya pelangi itu muncul. Akan indah, Lisa. Percayalah, " bujukku.
Lisa menampakkan wajahnya yang basah lalu tersenyum manis. "Gomawo-yo, Mina, " ucapnya tersenyum.
Mina's POV end
Mina mengantar Lisa sampai ke depan pintu. Mereka berpelukan sebelum berpisah. "Terimakasih untuk hari ini, " ujar Lisa. "Yoi! Jangan nangis lagi, Princess, " jawab Mina sambil mengedipkan sebelah matanya. Lisa mengangguk lalu tersenyum hangat. Mina pun pulang mengendarai mobilnya sampai kerumah.
"Kau tau ini jam berapa?" tanya Rose dingin. Lisa meminta maaf lalu pergi ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk eonnienya.
"Lisa, ppabo!" seru Rose sambil berusaha mematikan kompor yang minyaknya meletup-letup. "Kau bisa membakar rumah ini, ppabo!" marah Rose.
"Mi-mian, eonnie, " lirih Lisa. Rose hanya menatapnya tajam. Lisa menatap mata Rose lalu kembali menunduk.
Sungguh, Lisa takut melihat tatapan itu. Sudah cukup dia menerima tatapan kebencian dari dua eonnienya sejak 3 tahun lalu. Ini tidak berubah jauh. Dia masih menerima mata tajam itu. Rasanya, hanya Mina yang menatapnya hangat.
"Rose, aku tak suka teriakan, " dingin Jennie berjalan ke meja makan. "Ah, mianhae eonnie. Aku..".
"Diam!" perintah Jennie dingin. Entah apa yang merasuki Jennie saat itu(Auto nyanyi harus vote :v).
Jennie duduk di kursi favoritnya. Setelah dirasanya dia selesai menyiapkan dinner malam itu, Lisa naik ke kamarnya meninggalkan eonnienya yang makan tanpa dirinya.
Lisa memakan roti yang tadi ia beli. Roti coklat sepertinya cukup mengganjal lapar perutnya. Dia tak sengaja menemukan sesuatu di balik meja belajarnya. Itu adalah coklat batang favoritnya.
Happy birthday, Lalisa
-Jennie eonnie 🖤Lisa, selamat ulang tahun.
Tersenyumlah sekarang.
Eonnie merindukanmu.
Sehatlah selalu.Lisa terkejut. Dia sangat senang. Dia memakan coklat itu sambil menangis haru. Dia bahkan memajang surat Jennie. Lisa melompat senang tak memperdulikan sprei kasur yang sudah terlepas.
"Eonnie sungguh merindukanmu, Pockpack, " bisik Jennie sambil mengintip Lisanya yang bahagia.
Aku mau dong satu sahabat yang kek Mina.
Ga vomment, ga lanjut! :)
Salanghae UwU
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] eonnie, aku rindu!
Fanfic❝Tentang hati yang kelelahan dipeluk kegelapan, sendirian.❞ 2O2O ; ©STARAAAAA-