17.

9.7K 723 14
                                    

Disinilah Lisa. Di ruangan bernuansa putih. Duduk sendirian diluar ruang operasi. Memandang gugup kedua kakinya yang gemetar sejak tadi. Menunggu dokter yang menangani Rose keluar dari ruang operasi. Sampai dirumah sakit tadi, Lisa mengiyakan apa saja perkataan dokter. Jadilah sekarang eonnienya dioperasi.

Jennie berlari panik di lorong rumah sakit. Menuju ke depan ruang operasi dengan mata yang berair. Sampai, matanya menatap Lisa yang sudah menangis.

Lisa, dia sekarang sudah sangat hancur. Menangis keras dengan wajah yang tertunduk dalam. Memegang kedua tangannya sendiri yang berdarah guna menghangatkan telapak tangannya yang dingin.

Lisa takut. Banyak yang ditakutkannya. Lisa takut ditinggalkan lagi. Lisa takut dibenci lagi. Lisa takut kehilangan lagi. Lisa takut sendirian lagi. 

'Jebal bertahanlah, Rose eonnie. Aku tak mau mengunjungi dua makam.'

Lisa mendongak melihat Jennie. Jennie mengacak rambutnya frustasi. Mondar-mandir sambil terus melihat pintu ruang operasi. Sesekali melihat ke arah arloji emasnya. Terus bergumam khawatir. Rasa takut jelas terpampang di matanya.

"Bagaimana bisa?" gumamnya frustasi. Perasaan bersalah lagi-lagi hinggap di hati Lisa. Menunduk lagi menatap sepasang sepatunya. Tubuhnya bergetar lagi. Susah payah Lisa menahan isaknya.

Jennie, beralih menatap Lisa. Lisanya yang lemah. Berusaha keras Jennie menahan tangisnya. Tak kuat melihat adiknya. Jennie mendekati Lisa perlahan. Duduk di kursi kosong sebelah adiknya. Menatap hangat tubuh yang bergetar itu.

Jennie tersenyum lembut. Melihat adiknya yang terisak tertahan. Jennie menarik tubuh Lisa kedalam pelukan hangatnya. Mengelus rambut panjang Lisa yang kusut setelah diacak-acak dirinya sendiri.

"Gwaenchana, sudahlah, " suara Jennie lemah dan sangat pelan. Jennie mencoba menenangkan Lisa. Memberi yang terhangat untuk tubuh gemetar sang adik. Yang dipeluk terkejut. "Eh, wae?" Lisa mendongak menatap mata Jennie. "Kenapa kau memelukku, eonnie?"

"Ani, aku hanya.." Jennie perlahan terisak. Suaranya hilang. "Mianhae Lili. Aku merindukanmu. Lili, jebal. Balas pelukanku, aku sungguh sangat merindukannya. Lisa, aku.. Mianhae, " Jennie tak kuat lagi menahan tangisnya. Seharusnya dia tidak memperlihatkan dirinya yang lemah.

Seperti yang diinginkan Jennie, tangan mungil Lisa bergerak memberi sandaran untuk eonnienya. Mengelus punggung Jennie yang bergetar hebat.

"Nde, eonnie. Nado bogoshipda, " tangis Lisa. Jadilah mereka saling memeluk sambil menangis. Tak apa, biarkanlah seperti itu.

Ruang operasi terbuka. Rose dengan banyak alat di pergelangan tangannya dibawa oleh beberapa asisten dokter. Sedangkan dokter keluar dan langsung diserbu oleh Jennie dan Lisa.

"Adikku baik-baik saja, kan?" tanya Jennie sambil menghapus air matanya. Lisa masih setia memeluk tubuh samping Jennie. Memejamkan matanya takut mendengar sesuatu yang tak diinginkan dari mulut sang dokter.

"Untuk sementara ini, ya. Tapi ia perlu dirawat beberapa waktu. Kepalanya terbentur cukup keras dan membuatnya kehilangan banyak darah. Tapi gwaenchana, dia baik-baik saja. Kami akan memantaunya lebih jauh, " jelas dokter Yoon. Jennie terduduk lega.

"Khamsahamnida, dokter. Jeongmal khamsahamnida, " ucap Jennie. Lisa juga menangis bahagia mendengar bahwa eonnienya sekarang baik-baik saja. Dokter berlalu pergi. Menyusul dokter lain mengobati pasien yang terus datang membawa luka parah.

Lisa lalu menunduk. "Eonnie sungguh.. memaafkanku?" tanyanya lirih. Jennie memeluknya sebagai jawaban. "Kau juga memaafkanku, kan?" tanya Jennie ragu. "Of course, eonnie, " jawab Lisa.

Lisa menangis bahagia lagi. Inilah, akhir perjuangannya. "Finally. Jangan berubah lagi, eonnie. Jebal, nde?" bisik Lisa di pelukan Jennie.

(Rose's room at hospital, 3 days later)

Seorang gadis cantik dengan perban dikepalanya menatap sayu jendela ruangan. Mengirup banyak udara beraroma citrus. Tersenyum lelah.

Matanya beralih menatap jarum infus yang hinggap melubangi tangannya. Terlalu pusing bagi Rose untuk mengingat apa yang terjadi.

Rose's POV

Entah apa yang telah terjadi. Seingatku, Lisa kabur dari rumah. Aku mengejarnya, setelah itu tak tau apalagi yang terjadi.

Notification on my handphone. Kuperiksa siapa yang memberiku pesan.

My Lili 🙂❤
Eonnie, sudah makan?

Aku menatap ke layar handphone. Tersenyum sebentar.

You
Sudah, kau akan datang kesini, kan?

My Lili 🙂❤
Nde. Agak siang? Dan Jennie eonnie tidak ikut, nde? Dia bilang, hari ini sekolahnya sibuk. Aku akan membawa makanan dan baju untukmu. Tunggu, nde? Kalau ada apa-apa panggil dokter. Jangan lupa minum obatmu. Jangan takut dengan jarum infus. Kau pagi ini ganti perban di perut, jangan lupa. Dokter tidak menggigitmu, jadi jangan nangis lagi saat dia menyuntikmu.

You
Eoh, gwaenchana. Gomawo. Cepatlah, aku kesepian. Disini bau, ehehehe.

Lili 🙂❤
Nde, ingat pesanku.

Lisa, dialah yang paling perhatian. Membuatku lupa keberadaan jarak yang pernah membuat kami jauh. Aku harap dia sudah sungguh memaafkanku.

Aku bodoh. Membuang seseorang yang mencintaiku dengan tulusnya. Yang masih memilih bertahan saat tatapan tajam menghunus jantungnya sempurna. Lisa, kalau aku jadi kau dipastikan aku sudah tinggal jauh dari rumah.

Aku rasa, hubunganku dan Lisa sudah membaik. Kami sudah saling memaafkan. Waktunya membuang pait masa lalu dan memberi gula untuk masa yang akan datang. Harapanku.

Bayang Jisoo eonnie kembali muncul. Kenapa?! Kenapa bayangan itu terus muncul disaat aku telah berubah pikiran dan mulai mencintai Lisa? Tidak, untuk saat ini aku akan teguh pada pikiranku. Mencintai Lalisa, adikku.

Tidak, kubuang jauh-jauh memori buruk tentang Lisa. Muncul ingatan saat aku sedang membentaknya. Membiarkan adikku digelung kesepian yang menyeramkan. Sendiri tanpa sandaran, dibiarkan menangis dalam keheningan.

Sungguh jahat diriku saat itu. Bisanya membenci seorang adik yang jelas sangat mencintaiku. Tak mengerti bagaimana sakit dirinya. Andwae, aku tak boleh menangis. Cepat kuhapus air mata di pipiku.

You
Lili, mianhae.

Dah mau end~
Makasih ya yg udah setia baca and vote ini crita.
Salang for you 😁❤

[✔] eonnie, aku rindu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang