Jennie berlari. "Lisa, Lisaku tak apa kan?" ucapnya tersengal. Rose menceritakan semuanya. Mendengarnya saja membuat Jennie lemas.
Rose yang melihat Jennie terduduk pun tak tega. Dirangkulnya pundak kakaknya dengan lembut, memberi semangat dan bisikan menenangkan untuk kakaknya yang putus asa.
"Waeyo? Wae harus keluargaku? Wae harus saudara-saudaraku? Wae?!" tangis Jennie. "Kenapa? Jisoo eonnie pergi, kau kecelakaan, Lisa tertembak. Kenapa?! Kenapa bukan aku?! Kenapa?!" raungnya.
"Rose, eottoke?" lirih Jennie sesenggukan. Sungguh sakit dadanya mengetahui keadaan Lisa. Jennie hancur. Dunianya seketika runtuh. Gelap, hatinya gelap. Digelapkan rasa sakit, kenapa Tuhan mengincar saudari-saudarinya? Kenapa bukan dia?
Coba bayangkan, adik yang sangat kau cintai kini terbaring tak berdaya di ruang ICU. Sedangkan dirimu telah melukainya, sangat melukainya. Tentu sebagai kakak, perasaanmu hancur. Seperti seorang Jennie sekarang ini.
Jennie tertidur di pelukan Rose. Menyimpan rasa sakit yang menghujam begitu saja. Matanya memutuskan untuk mengantuk saja setelah rambutnya dibelai lembut oleh Rose.
Rose membaringkan tubuh Jennie. Membelai pucuk kepalanya lalu mencium lembut kening kakaknya. "Jangan menangis lagi, eoh? Aku lemah saat melihat air matamu. Aku mencintaimu, " bisiknya.
Rose menunduk. Terisak pelan sebelum kembali mendongak sambil menghapus air matanya. "Lili kita, eonnie. Lili kita. D-dia akan kembali, kan? Iya, kan? Aku mohon katakan 'iya', eonnie. Aku takut, " Rose menangis kencang. Akhirnya yang ditahannya keluar juga.
"Gwaenchana, Rose. Everything's gonna be just fine. Believe me, " gumamnya pada dirinya sendiri. "Tuhan, kau tau aku mengatakan itu hanya untuk menenangkan diri sendiri.."
(ICU room)
Jennie berdiri di samping Lisa. Dia memberontak saat dibilang tidak boleh masuk dan hanya boleh memandang dari kaca. Akhirnya, suster menyerah dan membiarkan 10 menit Jennie menjenguk Lisa.
Jennie membelai lembut poni Lisa. Menatap sedih ke mata adiknya yang tertutup. "Kenapa harus kamu?" lirih Jennie. "Apa aku tidak cantik? Sampai hari kelima pun kau masih tak mau bangun melihatku. Sejelek itukah aku?" Jennie mulai terisak pelan.
"A-aku..aku mencintaimu, Lili-ya.. Tak tahukah kamu bahwa perasaan ku sangat hancur sekarang? Jebal ileona.." Jennie menangis tertahan. Meredam suaranya agar tidak mengganggu Lisa.
"Lili, aku selalu.. Selalu percaya Tuhan punya keajaiban. Karenanya, aku percaya kau bisa bangun kapan saja. Aku tinggal, ya? Waktuku habis, selamat tinggal.." ucap Jennie.
Jennie mencium lama kening Lisa yang berkeringat. Jennie pergi keluar ruangan. Menghapus air matanya lalu kembali ke kamar inap Rose.
Jennie makan siang di kantin rumah sakit. Meninggalkan Rose yang tertidur nyenyak di kamarnya.
Jennie memesan jjangmyeon untuk makan siang, mie dengan saus kedelai hitam. Memakannya dengan lahao. Mencoba mengalihkan sedihnya dengan memakan makanan favoritnya.
Jennie berpikir, sudah lama dirinya tidak bertemu Jisoo. Lagi-lagi, Jennie merasa tidak berguna. Dia memberitahu Rose lewat pesan bahwa dirinya pergi ke makam Jisoo.
(At Makam Jisoo)
"Hai, eonnie.." Jennie berjongkok. Mengelus nisannya lembut. "Aku merindukanmu, " Jennie tersenyum. "Lihat? Kau dan Lisa sama saja. Kalian mengacuhkanku. Memilih tidur daripada berbicara denganku. Apa sih salahku?" kata Jennie cemberut.
Jennie terisak. "Eonnie...sulit.." tangisnya. "Aku, ini terlalu berat untuk kutanggung sendirian, " Jennie mengadu. Hanya hembus angin yang menjawab. Membawa debu-debu untuk ikut melayang.
"Eonnie, eottoke? Apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa, eonnie. Tuhan sungguh tidak adil. Dia selalu menidurkan keluargaku. Tuhan jahat!" tangis Jennie.
"Maaf, Tuhan.." lirihnya segera. Jennie mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar makam Jisoo. Sampai bersih tanah yang menutupi mayat Jisoo.
"Eonnie, aku sudah tidak membenci Lisa. Aku sungguh menyesal sekarang. Aku takut. Aku mencintainya, eonnie.." Jennie mengadu di sela sedunya. Berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Apa Tuhan masih ingin melihatku menyesal? Tolong, saat dia hendak pergi dari rumah saja sudah membuatku dan Rose menyesal. Eonnie.."
Sungguh, Jennie memang terlihat seperti orang gila. Rambutnya yang acak-acakan, wajahnya yang kusam, mana matanya bengkak. Ditambah jalannya yang sempoyongan.
Sungguh berbeda dengan Jennie yang penuh kharisma seperti biasanya. Ya tentu, adiknya saja sekarang dalam kondisi koma. Siapa kakak yang masih rapi kalau begitu?
Sudah sore, gadis yang masih cantik itu beranjak pulang. "See you, eonnie. Saranghae, " katanya tersenyum. Jennie pergi ke rumah sakit lagi. Dia berencana menginap.
Berdiri membeku saat menatap layar notifikasi handphonenya.
Doctor Min
Eonnie, keadaan Rose kembali memburuk."Andwae, " katanya. Berlari mencari taksi dengan panik. "Jebal..jebal.." gumamnya takut.
Tuhan..apa lagi ini?
Hi hi, hihi *paan sii
Yg ketipu, maap yeee
Gitu lagi aahh, *heh?
Candaa.
Btw, maap gantung.
Emg yg chap ini agak pendek wkwk
Vomment WvW
Saranghaee 😁✌❣
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] eonnie, aku rindu!
Fanfiction❝Tentang hati yang kelelahan dipeluk kegelapan, sendirian.❞ 2O2O ; ©STARAAAAA-