NOT MAD FOREVER
"Pokoknya bilang aja ke Reece, gue pasti bakal ganti powerbanknya." ujar Gretha seraya membanting pintu lokernya. George, cowok yang menjadi lawan bicaranya itu mengangguk paham, tetapi fokusnya masih terpusat pada cookies buatan Zee di tangannya yang Gretha bawa hari ini.
"Meskipun begitu, jangan biarin dia masuk ke kelas gue, oke?" ucap Gretha lagi seraya memakai tudung hoodie putihnya.
Oh ya gaes. For your information ni, Gretha sekarang lagi sakit. Udah demam, pilek pula.
Meskipun Gretha punya kepribadian yang agak dingin dan masa bodoh dengan sekitar, tapi tetap saja kegelapan adalah kontradiksinya. Setelah Zee memutuskan untuk tidak menginap semalam, hujan deras tiba-tiba saja mengguyur kompleksnya hingga mambuat jaringan listrik di sana konslet. Dan di saat itulah, Gretha langsung jatuh sakit karena ketakutan.
"Lo denger nggak, sih, G?" tanya Gretha karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
George langsung tersentak. "I-iya. G-gue denger kok, Greth."
"Jadi? Lo bisa kan nyegah dia?" tanya Gretha lagi, memastikan apakah George benar-benar mendengarkannya.
"Nyegah siapa emangnya?"
Gretha langsung mengumpat. "KATANYA LO TADI DENGERIN GUE? KENAPA SEKARANG LO MASIH NANYA?!"
Seruan itu otomatis membuat George mundur. Cowok itu baru menyadari bahwa sekarang dia tidak lagi ada di zona aman.
"Eh, maap, maap. Gue-- anuu itu---"
Sebelum sempat George melanjutkan kalimatnya, suara cempreng seseorang tiba-tiba menggema di koridor itu. George begitu pula dengan Gretha langsung tersentak.
"HEI, DOUBLE G! APA KABAR?! NUNGGUIN GUE YAK?!" Dengan tiba-tiba suara Blake meledak. Dia menyempil di antara Gretha dan George kemudian merangkul pundak mereka erat. Terlalu erat hingga membuat mereka sama-sama melotot.
"BLAKE!" seru Gretha ngegas, berusaha melepaskan lengan Blake yang mencekek lehernya. "LEPASIN, SAT! SAKIT!"
"Eh sori-sori, kelepasan Greth." Blake langsung terbahak. "Abisnya gue panggil dari tadi lo nggak ngerespon sih."
Gretha hanya berdecak, membuang muka saat melihat wajah memelas Blake yang juga sukses membuat kekesalannya pada George sirna saat itu juga.
"Lo tu ya, Blek." George membuka suaranya, menoleh ke arah Blake yang masih setia dengan tampang watadosnya. Namun, karena sisa-sisa cookies Zee yang masih tercekat di tenggorokan, George justru terbatuk.
"Abisin dulu baru ngomong Jorj." Blake bersuara, tertawa keras melihat wajah George yang memerah.
Teman laknat ya gini ni.
Bukannya merasa kasihan dengan dua teman mirisnya ini, cowok berambut hitam itu justru ikut mencomoti cookies Zee.
"Eh eh eh, asique! Cookies enakque. Buatan siapa nich?" heboh Blake, lalu menoleh ke arah Gretha. Dia baru saja ingin menyuapi cewek itu, tetapi aktivitasnya itu seketika terhenti saat netranya melihat ada dua cowok lain yang tiba-tiba muncul dari balik sekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Mad Forever
FanfictionBagaimana jadinya jika dua grup berisi cogan berada dalam satu sekolah dengan talenta yang sama? Kedua kubu fans mulai terbentuk, tak jarang mereka bertengkar dan menghujat satu sama lain. Sekolah terpecah. Setiap hari pasti ada saja yang mereka pe...