26|Twenty six, sorry D

107 13 0
                                    

Twenty six✨


“Ceritanya panjang,”
   
    

Ya, Jaehyun menjelaskan semuanya. Secara rinci, secara jelas. —Semuanya— berarti sejak tragedi kecelakaan itu, malam itu, dan tentang bagaimana seorang Oh Sehun datang dan menghancurkan segalanya.   
   

Lima belas menit berlalu, Jaehyun telah selesai menceritakan semuanya.
 

 
    
   

"Kenapa? " Doyoung berdialog dengan dirinya sendiri, wajahnya digusar kasar, "kenapa harus kayak gini,". 
    

Laki-laki yang memiliki garis takdir seperti Doyoung pasti akan merasakan hal yang sama.
   

Mencintai,

Ditinggalkan,

Dibohongi.
    

Lantas hal apa yang harus dia lakukan? Mungkin memang benar, nasi sudah menjadi bubur. Sesak didada nya tak mampu ia imbangi, rasa sakit dibohongi, dan rasa penyesalan terus menghantui.


    

Bagaimanapun, dia lah faktor utamanya.
 

 
    

Mungkin pengorbanan Sooyu tak sia-sia, dia mengorbankan dirinya sendiri, dan menyelamatkan hidup suaminya.

Itu hal yang luar biasa.

Jungwoo yang duduk disampingnya mengelus punggung yang butuh kehangatan itu, merasakan jelas betapa sesaknya nafas Doyoung.

Ia menangis.
    

"Sabar, doy. Kalau bisa keluarin semuanya, jangan lo tahan yang akhirnya bikin lo sesak." ujar Jungwoo.

Lelaki itu memberikan senyuman terindahnya, sekiranya penderitaan dia tak sesakit penderitaan yang dialami Doyoung, sahabat lamanya.
 


   

Sebenarnya, Jungwoo pun sama. Memiliki masalah hidup yang cukup pilu. Orang tuanya pergi, disaat umurnya masih duabelas tahun. Dan kembali dengan membawa seorang lelaki, yang baru saja dinikahi ibunya..
Namun, empat tahun lalu— ibunya telah meninggal bersama dengan ayah tirinya; ayah kandung Sehun. Mereka meninggal akibat sebuah kecelakaan, kecelakaan maut yang merenggut banyak nyawa. Maka dari saat itu, hanya Sehun yang dia miliki, yang membuatnya menjadi seorang kakak yang bisa melindungi adiknya.


 
Jaehyun memalingkan pandangannya dari ujung balkon, menatap sendu —mantan— adik iparnya.

"Perlahan lo pasti terbiasa, jangan mencoba buat nyalahin siapapun." ucapnya dengan menyentuh pundak lebar Doyoung.
 
   
Kelut tangis perlahan menjadi bertambah sendu, isakan itu semakin terdengar, mungkin ia tak kuasa, menahan semuanya dan menopangnya sendiri.

"Harusnya gue mati—"

"Jangan ngomong macem-macem, lebih baik lo masih bisa ngeliat anak lo nanti. Mungkin udah jalannya, sesuai sama yang lo bilang tadi—ini emang udah takdirnya." penggal Jungwoo pada kalimat Doyoung tadi.

Heartbeat ┋【Kdy】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang