Pagi itu Liana melihat Arkasa yang baru keluar dari toilet dengan rambut basah, sepertinya baru saja mandi. Tetesan air yang turun dari rambut Arkasa sukses membuat gadis itu berpikir kotor di pagi hari. Dia juga sudah ganti dengan seragam PDU.
"Kamu udah bangun?" Arkasa mengeringkan rambutnya dengan handuk milik Liana yang di gantung oleh ibunya di balik pintu."Udah lah, udah melek juga." Entahlah Liana merasa malu dan kesal sekarang.
Arkasa mengernyitkan keningnya, di lihatnya Liana sudah kembali normal seperti biasanya.
"Aku mau kantor dulu. Kamu ditinggal gapapa?" Tanya Arkasa."Gapapa Kapt, ada Miko nanti yang ke sini," ucap Liana.
"Miko? Siapa?" Arkasa menjemur handuk yang digunakan tadi.
"Temen koassku, nanti dia ke sini. Udah biasa kalau pagi ke sini," ucap Liana.
"Kamu gak punya temen cewe?" Tanya Arkasa Lagi, pagi ini agaknya dia banyak bertanya.
"Ada, kenapa, mau aku kenalin?" Arkasa menggeleng, tak lama ketukan pintu terdengar, seorang staf rumah sakit membawakan nampan berisi sarapan untuk Liana.
Setelah staf tersebut keluar Liana menyingkirkan sarapannya, padahal biasanya dia sering ke dapur umum rumah sakit kalau sedang malas ke kantin.
"Kenapa gak dimakan sarapannya?" Lagi lagi Arkasa bertanya."Pak Komandan kenapa sih nanya mulu kayak wartawan," ucap Liana dengan kesal. Saat merasakan sesuatu di perutnya barulah Liana sadar kalau dia sedang mens.
"Kenapa marah marah, aku kan cuma nanya," sahut Arkasa.
"Kamu makan gih, kamu emang gak mau cepat sembuh?" Arkasa yang semula sudah ingin berangkat harus duduk lagi di samping Liana untuk membantu gadis itu makan, memang benar tangan gadis itu terkilir.
Liana menarik napas, "aku gak mau makan, panggilin Mama aku sekarang..." Gadis itu hampir menangis saat ini, perubahan mood drastis di rasakan oleh Liana.
Arkasa tertegun melihat gadis itu dengan mood anehnya. "Nanti siang Mama kamu ke sini, kamu mau apa, nanti aku carikan di luar," ucap Arkasa dengan sabar.
"Tapi kamu makan dulu," lanjutnya. Gadis itu menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, dia malu untuk mengatakan ini.
Arkasa tanpa sengaja mengelus rambut Liana yang berwarna hijau yang catnya sudah akan pudar. "Jangan nangis..." Arkasa jadi bingung.
Selama 10 menit gadis itu menunduk dan selama itu pula Arkasa membuang waktunya untuk duduk di sana. Untung saja Kailani mengiriminya pesan kalau pekerjaan mereka di tunda sampai jam 11, tampaknya Arkasa tidak melakukan apel pagi hari ini.
"Kapt, aku mau minta tolong..." ucap Liana dengan jeda, Arkasa menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya.
"Beliin aku... pembalut..." lirihnya.
"Kenapa gak bilang dari tadi." Arkasa jadi gemas dengan tingkah Liana, sudah berjalan 3 bulan bersama gadis ini, Arkasa mulai terbiasa dengan kelakuan Liana.
"Yaudah, aku tinggal dulu ya." Arkasa keluar dari ruangan Liana, gadis itu bahkan merasa kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa harus sedrama itu hanya untuk meminta di belikan pembalut, sepertinya darahnya sudah nembus dan terkena di sprei.
Sebenarnya ini pertama kali Arkasa masuk minimarket di bagian keperluan wanita, anggota keluarganya tidak ada yg wanita selain ibunya dan ibunya tidak pernah meminta Arkasa beli pembalut. Seorang staf wanita menatapnya jenaka, apalagi dengan seragam loreng yang di kenakannya. Tentara mana yang pakai pembalut, orang awam akan menggira Arkasa mesum atau bahkan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable ✅ Complate
Teen Fictionketika dua orang saling mementingkan perasaannya pada orang lain tanpa sadar mereka terjebak dengan keadaan nyaman.