Hari yang cerah begitu pula dengan wajah dokter Bryan yang selalu bersinar. Membedakan dirinya dari orang lain, begitulah yang Liana lihat.
"Pagi Liana. Sudah sarapan ?" tanya dokter Bryan."Sudah dong, dok. Tapi kalau di suruh nemenin dokter sarapan saya juga mau." Kekeh Liana. Meski terdengar bercanda tapi Liana mengharapkan itu terjadi.
"Saya juga sudah sarapan. Tenang aja saya gak suka ngerepotin kamu."
"Buat dokter Bryan saya rela di repotin." Lagi lagi Liana suka kebablasan kalau dengan dokter Bryan. Dia tidak bisa mengontrol mulutnya untuk menjadi lebih sopan.
Bryan tersenyum sebelum pergi ke ruangannya. "Ganjen banget lo. Kalau ada yang liat nanti lo di kirain cewe ke gatelan," ketus Ziu.
"Namanya juga usaha," elak Liana.
"Gak gitu caranya. Lo harusnya lebih berusaha menarik dengan cara yang cantik. Bukan menarik dengan selengean begitu." Ziu kembali berjalan ke bangsal berikutnya.
"Ya beda dong. Gue mah menunjukan diri gue yang sebenernya gak palsu dan sok kalem di depan dokter Wawan," sindir Liana. Dia melihat Ziu beberapa hari lalu sedang jalan bersama Wawan si dokter bedah saraf.
Setelah mengecek bangsal mereka kembali ke ruangan. Kelompok juga sudah pada tugas masing-masing hingga Liana, Ziu dan Miko harus berlarian ke IGD karena ada pasien yang katanya harus segera di tangani.
Seorang pasien masuk dengan baju yang bersimbah darah, segera dokter yang berjaga di IGD menghampiri, kebetulan hari itu dokter Seja berjaga.
"Bagaimana tanda vitalnya?"
"100/70 detak jantung 130," kata suster Dana.
"Baiklah siapkan infus dan berikan asupan penuh." Suster Dana pun melakukan apa yang di arahkan oleh dokter Seja.
Seja mengangkat baju pasien wanita itu, dia melihat luka-luka tusukan yang ada pada bagian perut, menekan sedikit agar bisa mengukur seberapa dalam luka pasien.
"Periksa hemperitoneum menggunakan sonogram," [kondisi darah terakumulasi dalam ruang antara lapisan dalam dinding perut dan organ-organ internal]
"Dokter, siturasi pasien 88%," ucap suster Dana.
"Hey, kamu yang rambutnya pendek. Cepat beri intubasi."
"Saya dokter?" tanya Liana. Agar dirinya tidak salah ambil langkah.
"Iya kamu, memang siapa lagi yang rambutnya pendek di sini."
"Baik dokter." Liana segera mengambil alat untuk membuka mulut pasien, dia memasukan selang melalui mulut pasien.
"Dokter, tekanan darah pasien menurun 80/40."
"Siapkan 2 pack sel darah merah yang sesuai dengan pasien."
"Maaf dokter, pasien bergolongan darah A- kebetulan darah di golongan itu habis."
"Segera hubungi keluarganya, minta mereka mencarikan darah yang sesuai dengan pasien."
"Baik, dok." Miko berlari keluar menuju keluarga pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable ✅ Complate
Dla nastolatkówketika dua orang saling mementingkan perasaannya pada orang lain tanpa sadar mereka terjebak dengan keadaan nyaman.