30

2.9K 90 4
                                    

Pertemuan 2 keluarga inti itu terjadi lagi, Liana dan Arkasa sedang mengadakan pertemuan keluarga, Arkasa melamar gadis itu dengan mantap. Keluarga mereka mendiskusikan seperti apa nanti bentuk acara pernikahan putra-putri mereka itu.

Liana dan Arkasa setuju saja, karena menurut mereka pilihan orang tua adalah yang terbaik, apapun pilihan orang tua, mereka akan turuti. Jadilah Liana dan Arkasa mengurus Ronal yang tiba-tiba manja pada Liana.

"Kakak mau nikah ya? Sama Om ini?" Ronal menunjuk Arkasa, "kenapa gak sama Ronal aja sih," keluh bocah itu.

"Bukan kakak Ron, itu tante kamu," tukas Arkasa.

"Om nih apaan sih, kak Liana aja gak marah aku panggil kakak." Terjadilah perdebatan antara paman dan ponakan itu.

"Lah, kenapa pada ribut sih, kamu lagi sama anak kecil aja gak bisa ngalah," omel Liana pada Arkasa.

"Abisnya dia nyebelin, dia mau ngambil kamu." Arkasa dengan sepontan menarik Liana dalam pelukannya.

"Ih, Om curang!" Tak mau kalah Ronal malah memisahkan Liana dan Arkasa dia duduk di antara Liana dan Arkasa.

"Kamu kecil-kecil udah punya bakat jadi PHO ya, Ron." Itu Arkasa yang bicara.

"Hush! Arka, ngomongnya itu loh." Liana menatap Arkasa tajam. Bukannya takut dengan Liana, tapi memang sih kalau dipikir lagi ucapan Arkasa itu keterlaluan.

"PHO itu apa sih kak?" tanya Ronal. Jadi yang susah Liana kan kalau begini. Tidak mungkin kan Liana memberitahu Ronal arti yang sebenarnya.

"Nanti kalau kamu udah gede pasti tau." Bukan Liana yang menjawab itu adalah paman dari anak kecil yang duduk diantara mereka berdua.

Setelah perundingan keluarga keduanya merasa pilihan orang tua mereka memang benar-benar bagus untuk mereka.

"Kamu suka yang mana?" tanya Arka saat melihat gaun pengantin di butik, mereka memang sedang fitting baju, bersama kedua Ibu mereka.

"Bingung aku," ucap Liana. Dia masih memandangi gaun-gaun dengan dominan warna putih dengan berbagai macam model.

"Yaudah liat aja dulu." Mereka memang sedang berpisah dengan para Ibu.

"Kok cantik semua, kalau aku kalah cantik sama gaunnya gimana."

"Kamu tuh ada-ada aja ya. Gaun itu buat mempercantik si pemakai bukan gaunnya yang cantik sendirian."

"Aku cantik gak?" tanya Liana.

Arkasa terdiam, dia melihat Liana dengan detail. "Enggak, kata orang sih kamu gak cantik."

"Hih, apaan sih."

"Kamu gak cantik buat orang lain, tapi kalau buat aku kamu tetap cantik. Cantik itu bukan cuma di nilai dari fisik, cantik itu relatif kok. Ada yg lebih cantik juga dari kamu." Kok Arkasa ini gak ada romantis-romantisnya ya, habis diangkat lalu dibanting lagi perasaan Liana.

Sebelum pertemuan keluarga ini, Arkasa dan Liana lebih dulu melapor kepada Komandan untuk minta restu menikah dengan pemimpin batalyon sebagai orang tua Arkasa di sana.

Setelah rangkaian tes kesehatan dan berkas-berkas yang di berikan. Mereka mendapati restu itu. Langsung saja malam ini keluarga mereka bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan mereka.

"Gimana Ma?" tanya Arkasa saat kembali masuk ke forum yang menyatukan 2 keluarga itu.

Liana duduk bersama Ronal agar bocah itu tenang. Sementara Arkasa duduk tepat berhadapan dengan Liana.

"Kami udah diskusi karena mau adil sama kalian berdua. Tanggal lahir Liana kan 14 tanggal lahir kamu kan 12 jadi kita pake keduanya. Kalian nikah di akhir tahun ini tanggal 14 Desember." Untunglah, ini sudah akhir tahun mereka tidak perlu menunggu lama-lama untuk segera melaksanakan pernikahan dan juga resepsi.

"Kalian setuju kan?" tanya Mama Liana.

"Setuju, Tan," kata Arkasa diangguki pula dengan Liana.

Bulan ini sudah masuk bulan 12 dan itu artinya akhir tahun, menunggu 31 hari lagi menuju tahun depan.

Biasanya Liana bersama keluarga di tahun baru, mungkin tahun ini adalah pertama kalinya Liana bersama pasangan.

Lagi pula Liana tidak merayakan tahun baru, dia hanya berkumpul dengan keluarganya. Karena mereka terlalu sibuk di hari biasa.

Jadi mereka memanfaatkan hari libur nasional itu untuk berkumpul dan bercengkerama.

"Kamu udah lama di sini?" tanya Arkasa yang baru datang. Liana sudah menunggu 2 jam di butik, kata Celin, Ibunya Arkasa, mereka akan mencoba gaun pengantin.

"Bukan lama lagi pun, aku udah berkerak disini." Arkasa tuh kalau ngumpul sama pasukan gak pernah telat, giliran mau ketemu Liana pasti terlambat, keliatan banget gak cintanya.

"Maaf, ya... Tadi waktu aku mau pergi ke sini, malah di suruh gantiin Pak Andra, buat ngurus berkas." Arkasa terlihat bersalah pada Liana.

"Yaudah, tapi abis ini kita makan ya." Langsung aja Arkasa mengangguk, dari pada Liana merajuk kan.

Selesai sudah acara mencoba baju, mereka pun pergi untuk makan. Mereka sampai di restoran Korea pilihan Liana, ini bukan selera Arkasa banget tapi karena Liana dalam mood yang tidak baik, jadi Arkasa memilih untuk mengalah saja.

14 Desember

Tepat pukul 5 pagi Liana sudah disuruh bangun, wajahnya akan dirias menjadi ratu untuk hari ini.

Hari ini membuat Liana senang sampai dadanya berdebar, dia merasa gerogi juga.

Setelah akad nikah nanti mereka akan langsung melakukan resepsi, melewati gapura pedang yang dibentuk langsung oleh teman seangkatan Arka.

Pukul 8 Liana turun, dengan gaun pengantin yang juga memperindah dirinya, semua mata tertuju padanya, terlihat lebih anggun dan juga spesial.

Apa lagi seorang laki-laki yang sejak tadi sudah menunggu Liana. Arka tersenyum saat pandangan mereka bertabrakan.

"Anjay, temen gue tuh?" Suara Miko yang juga hadir di acara akad nikah Arkasa dan Liana.

"Berisik amat lo, ntar Pak Komandannya Liana kaga bisa fokus," ucap Ziu.

"Yang ada lo tuh yang berisik."

Dengan 1 kali tarikan napas Arkasa berhasil mengucapkan ijab kabul yang langsung ayah Liana sendiri menjabat tangan Arkasa.

Kini mereka berdua telah sah menjadi suami istri, lanjut ke acara selanjutnya, yaitu upacara pedang pora. Teman-teman seangkatan Arkasa berbaris membentuk gapura pedang termasuk Kai.

Menggunakan baju berwarna hijau, mereka semua terlihat gagah. Apa lagi Arkasa sekarang di mata Liana yang paling mencuri pandangannya adalah Arkasa.

Mereka berjalan melewati gapura pedang untuk sampai ke pelaminan.

Seharian mereka menyapa tamu undangan, mulai dari ibu-ibu persit hingga kenalan orang tua mereka.

"Selamat ya..." Bryan dan Erina datang bersama. Mereka terlihat semakin dekat, dan Liana kalah mengambil hari Bryan, namun dia berhasil menguasai hati Arkasa.

Begitu pula Arkasa yang menghentikan perjuangannya mengambil perhatian Erina, karena Arkasa lebih memilih menyerah dan berlabuh pada Liana.

"Makasih, Kak Bryan, Kak Nana..."

"Makasih, Na. Bryan."

"Nggak nyangka banget, kalian akhirnya nikah, padahal Arkasa kesel banget sama Liana." Perkataan Erina tadi dibalas tawa oleh pengantin.

"Udah jodoh, tinggal nunggu undangan dari Kak Bryan sama Kak Nana. Jangan lupa ya undang kita nanti."

Liana membuat Erina merasa malu, sekarang mereka memang dekat tetapi masih belum punya kejelasan, apa lagi mereka sama-sama belum berani mengungkapkan isi hati masing-masing.

"Pastinya bakalan Kakak undang, sekali lagi selamat ya. Liana, Pak Komandan Arkasa." Bryan menyudahi perbincangan mereka dan pergi ke prasmanan untuk makan.

Semua yang kita pikir buruk belum tentu buruk, memang bisa jadi lebih buruk, tapi Tuhan masih mungkin untuk membalik buruk menjadi yang terbaik.

END 

Uncontrollable ✅ ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang