28

1.1K 58 1
                                    

Setelah pulang dari tugasnya Arkasa merasa hari lebih berwarna. Dia sering bertemu dengan Liana dan juga teman-temannya tidak serta-merta hanya kerja melulu. Seperti siang ini Arkasa menjanjikan Liana untuk makan siang bersama.

Tidak pergi ke tempat mewah dan mahal mereka hanya makan sate di depan rumah sakit tempat Liana koas. Bulan lalu Liana menyelesaikan masa koasnya. Saat ini dia sudah menjadi lulusan sarjana kedokteran, sambil menunggu panggilan magang internsif untuk mengambil spesialis.

Liana dan Arkasa sudah duduk tenang sambil menunggu pesanan mereka.
"Kamu kok putihan?" tanya Arkasa.

"Iyalah, kata Mama aku. Orang mau nikah tuh harus makin cantik," jawab Liana jujur.

Arkasa tersenyum jahil. "Aku baru tau kamu cantik juga ternyata."

"Emang aku tuh cantik dari sananya. Kamu aja tuh yang gak pernah ngelirik aku," protes Liana.

"Sekarang aku udah tau kamu ternyata cantik."

"Dih, gombal mulu. Belajar dari siapa sih," ucap Liana risih, tidak risih dalam artian sebenarnya. Dia hanya menggoda Arkasa.

"Seneng kan? Tau aku tuh kalau kamu suka digodain," ucap Arkasa dengan yakin lalu diikuti senyum mengejek.

"Digodain seneng, cabe-cabean kali." Liana menanggapi Arkasa dengan kesal.

"Udah, segitu doang ngambek, gak asik kamu ah." Arkasa meminum jus jeruk yang baru datang sambil menunggu respon Liana.

"Biarin, emang kamu nyebelin kok."

Sate pesanan mereka datang, Arkasa menyambutnya dengan gembira berlainan dengan Liana yang masih sebal dengan Arkasa.

"Kalau di depan makanan tuh jangan cemberut aja. Apa lagi di depan aku, kalau kamu ngambek aku makan sendiri nih."

"Yaudah makan aja, kamu kan tega," ucap Liana.

"Yaudah..." Arkasa tahu saat ini Liana lapar, tidak mungkin dia mau menahan lapar hanya karena gengsi.

"Ih, Arka!! Kamu kok gak peka sih," geram Liana saat melihat Arkasa yang sibuk makan sendirian.

"Iya, Sayang. Ini makan, aku suapin sini...." Astaga Liana baru saja menemukan sisi lain dari Arkasa yang kaku itu.

"Ihh, geli tau gak. Kamu tuh gak cocok sok romantis gitu." Protes Liana lagi.

"Yaampun salah terus aku."

"Inget pak, cewe tuh selalu bener," ucap Liana dengan bangga.

"Iya Ibu negaraku..." balas Arkasa.

"Sumpah ya Ka, jijik banget aku." Liana menahan rasa ingin meledak dalam dirinya saat Arkasa mengatakan kata-kata aneh yang juga sekaligus menyenangkan.

"Nih makan, nanti kamu kurus." Arkasa menyodorkan 1 tusuk sate pada Liana. Gadis itu menurut saat bersama Arkasa.

Arkasa mengantar Liana pulang, padahal Liana sejak awal tidak mau diantar karena merepotkan Arkasa tentunya.
"Ngapain sih dateng ke rumah?" tanya Liana.

"Mau ngelamar anaknya pak Janardana."

"Arkaaaa ih!" seru Liana yang malu. Arkasa tertawa dengan reaksi gadis yang duduk di sampingnya itu.

Bertubi-tubi pukulan diterima bahu Arkasa.
"Aduh!!" pekik Arkasa.

"Heh? Kenapa? Kamu ada luka lagi?" Liana panik, saat Arkasa mengeluh sakit.

"Tapi bohong." Arkasa tertawa lagi saat Liana berubah jadi kesal.

"Aku marah sama kamu."

"Kita liat aja seberapa kamu tahan gak bicara sama aku," ucap Arkasa sambil tertawa.

Uncontrollable ✅ ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang