Sejak kemarin, setelah bertemu Sumire dia menghilang lagi. Tepatnya, kembali ke tugasnya yang sekarang di laboratorium senjata ninja. Dan penggantinya....... aku lupa namanya! Yang jelas dia dingin.
"Sarada! Bisa bantu Mama!" Panggil Mama tiba-tiba.
"Iya! Bentar!" Sahutku dari kamar. Lalu turun ke dapur.
"Bantu apa?" Tanyaku saat sampai di dapur.
"Bantu Mama belanja. Mama ada urusan sebentar. Jangan lupa masak sekalian. Mama pergi dulu!" Kata Mama seraya keluar dari rumah.
"Iya!" Balasku.
Dijalan aku merasa seperti sedang terbang sekarang. Siang ini udaranya lebih sejuk dari biasanya. Dan kesejukan udara siang ini lenyap, saat tiba-tiba Kawaki menghampiriku. ~ Musim dingin.....
Dia menatapku sinis. Kutatap balik dengan tatapan yang lebih tajam.
"Mau kemana kamu?" Tanyanya.
"Bukan urusan kamu!" Jawabku ketus.
"Aku tanya baik-baik, loh! Kok kamu sewot sih?!" Tanya Kawaki lagi.
"Terus... jawabannya harus baik-baik juga, gitu? Terserah aku dong!" Aku jadi makin sewot.
"Kalo kamu gak suka aku, bilang aja! Gak perlu sewot kayak gitu!" Ketus Kawaki.
"Iya! Aku gak suka kamu! Terutama sikap kamu yang pengecut! Sekarang gak usah ganggu! Aku lagi buru-buru!" Ketusku, lalu pergi begitu saja dari hadapannya.
Di belakangku, Kawaki terdiam. Tak berkutik dari tempatnya.
Skipp~~~
Selesai juga belanja dari toko ke toko. Aku capek. Dan masih harus masak. Ok lah! Semangat Shinobi muda!!!
"Sarada!" Panggil Boruto mengagetkanku.
"Kamu mau kemana?" Tanyaku.
"Nemenin Hima ke toko boneka", jawab Boruto.
"Tumben. Biasanya Hima pergi sama Hokage 7", kataku.
"Iya sih... . Tapi, berhubung aku yang gak sengaja rusak bonekanya, aku yang harus temenin dia", balas Boruto.
Lalu aku liat muka Himawari yang masih keliatan kesal sama Boruto.
"Ehh, Hima", panggilku.
"Apa?" Tanyanya.
"Mau aku ajarin kamu masak? Biar kamu bisa bantu Ibumu lebih banyak di dapur", tawarku.
"Emmhh, iya!" Katanya, dengan senyum yang merekah.
"Boruto! Kamu ikut juga!" Ketusku pada Boruto yang masih diam di tempatnya.
"Iya... iya...", balas Boruto dengan muka malasnya.
Waktu masak
"Kak Sarada...", panggil Hima yang ada di sampingku.
"Ada apa?" Tanyaku.
Hima tak menjawab. Dia hanya menunjuk ke arah pintu masuk.
"Kenapa?" Tanya Boruto.
Hima masih tak menjawab. Dia menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan.
"Hima? Kenapa? Ada apa?" Tanya Boruto panik.
Aku melangkah ke arah pintu. Lalu kubuka pintu itu dan..... seseorang terlihat menyeramkan berdiri di depanku dengan pedang besar di tangannya.
"Sarada!" Panggil Boruto.
Aku melangkah sedikit demi sedikit ke dalam rumah. Tapi, orang itu mengikuti langkahku.
Boruto melempar sebuah kunai tepat padanya. Tapi, itu percuma! Kunai itu terbagi menjadi dua bagian dengan satu sayatan pedang.
"Siapa kamu?! Dan apa maumu?!!" Aku beranikan diri bersuara.
"Tidak penting siapa aku! Sekarang berikan gulungan ninja itu, atau....", katanya sinis.
"Atau apa?!" Ketus Boruto.
"Atau ku ambil nyawa kalian! Hahahaha!!!" Tawanya terbahak-bahak.
Kuliah Hima yang semakin ketakutan berdiri di samping Boruto. Matanya terpejam sejenak lalu membuka matanya lagi. Seketika Byakugannya aktif.
"TERKUNCI!" Kata Hima sambil mengarahkan dua jarinya ke orang itu.
Bugghhh!!!! Braakkk!!!
Orang itu terhempas dan menabrak dinding sampai runtuh. Aku gak nyangka, orang sekuat itu bisa kalah dari anak kecil hanya dengan sekali pukul. Gak salah lagi kalau Tuan Hokage bisa kalah. Dan terpaksa dia harus mengirim Bhunsin di acara pelantikan. Dasar!
KAMU SEDANG MEMBACA
BoruSara❤ ✔
Teen FictionBUDAYAKAN VOTE!!! SEBELUM / SESUDAH BACA! Sebenarnya sulit untuk mengakui kalau aku punya perasaan lebih pada Boruto. Kadang aku merasa dia seperti anak kecil. Tapi, disisi lain dia memiliki kepribadian yang dewasa. Entahlah aku tak tahu tentang per...