BeMine#35

774 42 4
                                    

Atasya menatap tak percaya atas apa yang ia lihat, bahkan ia merasa kaki-nya langsung lemas jika saja Alfaro tidak menahannya dan menguatkannya, ia pasti akan jatuh. Atasya mengalihkan tatapannya dan menatap Alfaro bertanya, ia mencoba mencari kebohongan dimata itu, tapi ia tidak menemukannya sama sekali.

Tangis Atasya langsung pecah " Ini semua gak bener kan Al? Gak mungkin Aga meninggal. Gak mungkin dia benar ninggalin gue Al!! " Racau Atasya tangisannya pecah, kaki yang menopang tubuhnya tidak cukup kuat untuk menerima kebenaran ini.

BRUKK

" Ahhhh. AGA!! Hikss,,,hikss. " Teriak Atasya histeris sambil mendekat ke tempat peristirahatan Aga dengan merangkak. Ia tidak peduli dengan baju-nya yang sudah kotor karena terkena tanah, yang ada dipikiran-nya sekarang adalah Aga. Kenapa? Kenapa Aga meninggalkannya secepat ini?

" 7 hari yang lalu Aga mengalami kecelakaan waktu perjalanan menuju Bandara. Dia udah dibawa ke Rumah sakit, tapi nyawa-nya gak ketolong karena pendarahannya cukup banyak. " Papar Alfaro seolah mengetahui pertanyaan yang ada dikepala Atasya.

Atasya mengusap air mata-nya dengan kasar dan menatap Alfaro dengan nyalang. " Kenapa gak ada satu orang pun yang ngasih tau gue kalau Aga kecelakaan--"

" Dan meninggal? " Tangis Atasya pecah kembali.

" Karena mereka gak mau konsetrasi magang kamu keganggu dengan berita meninggal-nya Aga. " jawab Alfaro.

" Tapi seharus-nya gue dikasih tau Al, Gue ngerasa kayak orang bodoh yang tau terakhir. " Tukas Atasya lemah.

" Gue belum minta maaf sama dia Al, gue belum ketemu sama dia buat yang terakhir kali. Tapi kenapa Tuhan ngambil dia secepat ini! " Racau Atasya sambil menatap kosong ke arah nisan.

Alfaro yang melihat betapa rapuh gadis-nya, ikut duduk disebelah-nya dan memeluk erat Atasya untuk menenangkan. Atasya kembali menangis terisak dipelukan Alfaro, ia ingat bagaimana Aga slalu menghibur-nya disaat sedih dan menenangkan-nya. Tapi sekarang Atasya malah tidak bisa membantu menenangkan Aga disaat ia menuju sakaratul maut-nya. Sahabat macam apa ini? Tidak ada disaat sahabat-nya membutuhkan.

Alfaro ikut hancur ketika melihat gadis yang ia cintai ini terlihat sangat rapuh. Alfaro hanya bisa menenangkan dan mengelus surai rambut Atasya dengan lembut.

Setelah cukup tenang Alfaro mengajak Atasya pulang dan diangguki gadis itu, Atasya berjanji akan kembali lagi menemui Aga.

Alfaro menuntun Atasya menuju mobil-nya. Setelah itu membuka pintu samping kemudi untuk Atasya, baru setelah Atasya masuk ia pergi ke kursi kemudi dan melajukan mobil-nya meninggalkan tempat pemakaman, menuju rumah Aga.

Aga memang dikebumikan Di Bandung, karena Bandung adalah tempat kelahiran-nya. Apalagi dia kan masih ada darah-darah indonesia dari Ibu-nya.

Sekitar 15 menit akhirnya Alfaro sampai di kediaman Aga, Alfaro kembali menuntun Atasya berjalan setelah mobil-nya terparkir di halaman rumah.

Atasya berjalan lemah dengan tatapan mata yang kosong. Ia mengikuti langkah kaki Alfaro yang membawanya memasuki Rumah minimalis itu. Sampai ia merasakan seorang wanita paruh baya memeluk-nya dengan erat sambil terisak.

Anna melepaskan pelukan-nya dan menatap putri-nya dengan sorot khawatir." Sayang---hikss. " Anna kembali terisak sambil mencium tangan Atasya.

BRUKK

Atasya bisa mendengar suara beberapa orang yang memanggil namanya, sampai ia benar-benar tidak sadarkan diri.

🐳🐳🐳

Atasya mengerjapkan mata-nya karena cahaya matahari yang terlalu menyorotnya.

" Syukurlah kamu sudah sadar. Gimana keadaan kamu sekarang? Ada yang sakit kah? " Ucap wanita paruh baya itu sambil membantu Atasya bangun dan menyenderkan-nya disenderan kasur.

BE MINE ✔( Squel The Perfect Boy )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang