S2 • [1] Kejayaan Concordia

1.4K 212 79
                                    

Sebelumnya, terima kasih banyak buat reader semua yang sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir. Dan menyempatkan untuk meninggalkan jejak. Jika bukan karena kalian semua, cerita ini tidak berarti apa-apa.

Dan epilog ini Noona siapkan untuk kalian-semoga suka.


Di harapkan sambil mendengar


Chen (EXO) : Cherry Blossom Love Song





2 Tahun Kemudian-

Setiap kali lapisan ombak menghempas pantai, ia tak pernah membawa sunyi. Menabuh deru dalam debur, lalu melambatkan tempo sembari menyurutkan diri. Pamit untuk menghempas kembali.

Pemuda itu membawa langkahnya di bawah mentari senja. Menyusuri jejas pasir yang hitam dan basah. Pijakannya menapak lembut, meninggalkan cetak tapak yang terhapus pelan bersama gelombang. Riak dan buih menyelimuti kakinya. Pemuda itu lantas menutup mata, menghirup wangi lautan. Aroma damai yang selalu ia rindu.

"Pangeran." Matanya di paksa kembali untuk terbuka, juga tubuhnya yang otomatis menoleh. Ia menemukan pengawal, membungkuk hormat, tak ingin menabrak pandangan dengannya.

"Ya?" Pemuda yang di panggil, sepenuhnya membalik badan. Mengakhiri kenikmatan laut yang sebelumnya sudah menyita penuh atensi. Sebuah panggilan, berarti sebuah tugas baru.

"Yang Mulai Raja meminta anda untuk segera kembali. Makan malam dengan keluarga kerajaan Griswold akan berlangsung beberapa jam lagi."

Oh! Bukan tugas baru. Melainkan hal yang akhir-akhir ini membuatnya jengkel setengah mati.

Pemuda itu mengangguk pelan, membawa langkah meninggalkan laut dengan rindu yang belum tuntas.

Dari jauh kudanya memekik, sepertinya lapar atau bahkan tak sabar untuk kembali pulang. Pemuda itu tak lantas segera naik, justru mengelus leher sang kuda sayang.

"Bawalah aku dalam kedamaian langkahmu, Oliver."

•••

"Lagi-lagi Ayah mengatakan ini. Sudah berapa kali kukatakan kalau-" Jongin menggantung ucapannya, menatap Heechul di atas singgasana dengan sorot kecewa, lantas memilih untuk pergi. Rasa lelah seakan menggerogoti. Pun hati yang sudah tak sanggup menahan rindu yang mendera sejak sekian lama.

Jongin membawa kakinya menuju lapangan intana, tempat biasa ia berlatih pedang dan memanah. Dengan kasar tangannya meraih busur dan sebuah anak panah. Pandangan penuh amarah lantas menyipit pada sasaran.

Panah itu terlepas bebas, bersamaan dengan seseorang yang datang menghampiri.

"Sayang-"

"Jika kedatangan Ibu hanya ingin merayuku kembali, maka usaha Ibu akan sia-sia." Panah kedua sukses kembali mengenai sasaran.

"Ini sudah dua tahun lamanya, Jongin. Dan sudah saatnya kau menjadi Raja dan memilih pasangan hidup."

Jongin meletakkan busurnya penuh amarah, menatap wajah Ibunya yang sudah tak lagi muda, juga senyum lembut yang tak pernah luntur. Seakan menyurutkan amarah Jongin begitu saja.

"Ibu, aku masih mencintainya." Jongin berkata dengan suara parau yang asing dalam pendengarannya sendiri. Dirinya seakan di hantam kembali pada kilasan memori menyayat hati. Sampai sekarang, ingatan itu tak sekalipun pamit undur diri.

"Tapi, dia sudah mati, Jongin."

"Tidak, Bu. Dia hanya menghilang! Pedang itu membawanya pergi entah kemana! Kyungsoo tidak mati!" Suara Jongin meninggi. Bersamaan dengan ketakutan yang datang seakan mengejek dirinya. Kembali ia meraih busur miliknya, mengarahkan anak panah pada sasaran, "kuharap Ibu mengerti bahwa aku ingin sendiri saat ini."

[END] Concordian : Lord of the EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang