"Kim Kyungsoo?"
Pemuda itu tersenyum. "Benar, Tuan. Aku bersama kakakku baru saja pindah kemari. Dan aku baru saja mengetahui kabar bahwa kau adalah pangeran di negeri ini."
Jongin jelas masih terpaku. Berusaha menahan diri untuk tidak membawa pemuda itu ke dalam pelukannya. Karena apa yang Jongin ketahui saat ini adalah pemuda itu bukanlah Kyungsoo yang ia kenal.
Ia hanya sosok asing yang kebetulan memiliki rupa yang sama.
"Ah, ya. Kuharap negeriku memberi kenyamanan untukmu."
Kyungsoo mengangguk. Kembali ia alihkan pandangan pada kuda di sampingnya dan mengelusnya pelan. Mengabaikan Jongin yang sejak tak mampu mengalihkan pandangan seakan memori lama kembali berputar di otaknya. Tentang dulu ia hampir merasakan kejadian serupa. Kyungsoo bersama Oliver di dalam hutan dan buah persik yang menjadi makanan andalan kuda Kyungsoo dulu.
"Tuan?"
"Ya?" Jongin terkesiap saat Kyungsoo melambaikan tangan di depannya. Ia terlalu lama melamun sampai-sampai tidak menyadari buah persik di tangan Kyungsoo sudah tandas dan Oliver yang berjalan menjauh dengan sesekali mengendus rumput.
"Kau memikirkan sesuatu?"
"Ti-tidak. Maafkan aku. Kurasa aku perlu istirahat."
Alih-alih menjawab, Kyungsoo merogok tas selempang yang terbuat dari kain coklat di tubuhnya. Mengeluarkan sebuah botol kecil.
Sebuah ramuan.
"Kakakku memberiku sebuah ramuan. Hanya ramuan sehat biasa. Tapi kuharap mampu menyembuhkan penak yang Tuan alami." Di sodorkan ramuan yang tak langsung di terima oleh Jongin. Pangeran muda itu masih di rundung pikiran yang berkecamuk.
"Terima kasih, Kyungsoo."
"Sama-sama."
Setelahnya, mereka memilih untuk segera pergi dari hutan dengan Kyungsoo yang menunggangi Oliver atas permintaan Kyungsoo.
"Apa kau datang dari negeri lain, Kyungsoo? Jika tidak lancang, bolehkah kutahu dimana tempat itu?"
Kyungsoo tolehkan pandangan menatap Jongin. Menatap pemuda itu cukup lama sebelum kemudian menjawab, "aku datang dari negeri kecil di bagian utara, Pangeran. Pemimpinnya sudah lama meninggal dan sekarang negeri itu terbengkalai. Banyak rakyat memilih untuk pindah ke negeri lain."
Negeri utara yang di maksud Kyungsoo mungkin saja negeri Koledor. Yang Jongin dengar memang negeri itu sudah selayaknya negeri mati. Bahkan sebelum pemimpin masih hidup. Mungkin saja para rakyat sudah tidak tahan dan memilih untuk berjuang hidup di negeri lain. Jaraknya dengan Concordia memang cukup jauh. Jongin bersama sang ayah hanya sekali mengunjungi untuk berbagi sembako dan sekantung koin.
"Tuan, kurasa kita harus berpisah di sini saja. Rumahku dan istana memiliki jalan yang berbeda." Kyungsoo sudah bersiap untuk turun dari panggung Oliver sebelum suara Jongin kembali menginstrupsi.
"Tidak. Biar kuantar kau sampai rumah."
Dan Kyungsoo tentu di buat kelabakan. "T-tuan, kau tidak perluー"
"Anggap saja rasa terima kasihku karena kau sudah menemukan kudaku, Kyungsoo. Mengantarmu kerumah bukanlah apa-apa."
Menoleh perintah seorang dari keturunan kerajaan bukanlah hal yang baik. Maka, tidak ada pilihan lain selain mengangguk dan mereka kembali melanjutkan langkah ke arah menuju rumah Kyungsoo.
Hanya gubuk sederhana selayaknya rumah milik rakyat lain. Yang berbeda adalah, gubuk itu di tumbuhi tumbuhan hijau alih-alih tumbuhan bunga. Yang Jongin tahu, tumbuhan itu adalah ramuan dengan khasiat yang berbeda-beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Concordian : Lord of the Eyes
FanfictionSebuah pengkhianatan membuat Kerajaan Concordia hancur tak tersisa. Kini hanya menyisakan sebuah bangkai bangunan yang sudah terlupakan oleh banyak orang. Namun, tak ada yang tahu bahwa concordia menyimpan banyak rahasia. Sementara Kerajaan Morelia...