19 Tahun Kemudian
"Ayah, dimana Ibu?" gadis cantik itu menenteng keranjang penuh berisi bunga mawar merah segar. Memasuki istana dengan seorang pelayan wanita di belakangnya. Ia tampak bersemangat dengan sedikit lompatan di tiap langkahnya. Ia menemukan sang ayah baru saja turun dari tangga. Ia tersenyum lalu membungkuk pelan.
"Soojung, kau mencari Ibumu? Ia berada di kamar. Baru saja selesai di periksa."
Mendengar ucapan sang ayah, Soojung lantas berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamar ibunya. Ia menemukan wanita itu terbarik lemah di atas kasur. Memang sejak beberapa hari belakangan ini sang ratu mengeluh sakit pada kepalanya. Tabib istana mengatakan jika sang ratu terlalu kelelahan dan butuh istirahat lebih.
"Ibu,, " lirihnya pelan membuat Wanita paruh baya itu membuka matanya. Dan tersenyum menemukan anak perempuannya datang.
"Soojung, apa kau sudah memetik bunganya? Letakkan di dalam vas itu," ratu Moleria menunjuk salah satu vas bunga yang berada di nakas dekat kasur.
Ketika menemukan Soojung tengah sibuk menata bunga mawar, sang ratu tersenyum lembut mengelus pelan surai sang anak.
"Soojung, dimana kakakmu?"
Kegiatan Soojung sontak berhenti. Ia menatap ibunya lantas mendesah pelan. Tak menjawab dan kembali sibuk dengan bunga mawar.
"Soojung,,"
"Ibu, Kyungsoo selalu berada di kamarnya. Dia tidak kemana-mana."
Kali ini, sang ratulah yang menghela nafas, "Soojung, kunjungilah kakakmu. Ajak di berbicara."
Soojung lantas meletakkan vas bunga pada tempatnya dengan sedikit bantingan membuat sang ratu terkekeh pelan.
Gadis cantik itu kemudian keluar dari kamar sang ibu, menuju kamar yang berada jauh di sayap kanan istana. Ketika ia sampai pada sebuah pintu tinggi di hadapannya, ia mengetuk pintu pelan walaupun ia tahu hasilnya akan sia-sia.
Setelah tiga puluh detik lamanya, kemudian ia membuka pintu itu secara perlahan. Kamar itu terlihat begitu temaram dengan cahaya berasal dari lampu kecil di atas kepala kasur. Sementara jendela kamar itu tertutup rapat oleh sebuah tirai merah yang menghalangi. Ia melangkah pelan kemudian mengibas tirai merah yang menghalangi sehingga kini kamar itu tampak terang dari sinar matahari yang berpendar masuk. Soojung lalu membuka jendela dengan lebar.
Ketika ia berbalik, ia menemukan gundukan selimut di atas kasur yang terlihat sedikit bergerak. Soojung masih berdiri di tempatnya menunggu seseorang di atas kasur keluar dari dalam selimut yang panas.
Untuk beberapa saat kemudian, sebuah kepala menyembul di susul dengan tatapan tajam yang mengarah langsung ke arah Soojung.
"Mau apa kau kesini?!" suara dalam nan tajam itu mengalun masuk ke dalam telinga Soojung.
"Mauku kesini adalah untuk membangunkan pangeran tidur dengan sinar matahari yang masuk. Tidakkah kau merasa panas karena seharian berada di dalam selimut tebal itu?"
"Pergilah!"
"Tidak. Sebelum kau keluar dan menemui Ibu yang tengah sakit."
"Pergilah Soojung sebelum aku menebas lehermu dengan pedang milikku!"
Sang gadis berdecih. Kemudian melangkah meninggalkan kamar itu dengan pemuda yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Pemuda itu lantas menatap cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka serta angin yang bertiup sangat kencang. Untuk beberapa saat tidak ada yang terjadi namun kemudian sesuatu tampak terbang mendekat dan berdiri di kusen jendela. Menatap Kyungsoo dengan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Concordian : Lord of the Eyes
FanfictionSebuah pengkhianatan membuat Kerajaan Concordia hancur tak tersisa. Kini hanya menyisakan sebuah bangkai bangunan yang sudah terlupakan oleh banyak orang. Namun, tak ada yang tahu bahwa concordia menyimpan banyak rahasia. Sementara Kerajaan Morelia...