Bab 8 : Putra Mahkota

1.4K 230 21
                                    

Sorry for typo(s). Mohon jika berkenan kasih tau Noona ya. :*











Raja Minjoon menutup pintu kamar istrinya pelan. Setelah itu hanya desahan panjang yang terdengar. Samar, tubuhnya bergetar hebat ketika melangkah pergi meninggalkan istana. Dan keluar menuju halaman belakang yang tampak asri. Sebuah danau kecil membentang dengan jembatan di atasnya. Raja Minjoon berjalan pelan di atas jembatan dan berhenti di tengah.

Tatapannya begitu kosong menghadap ke depan. Masih tergiang jelas apa yang tabib istana katakan tentang penyakit yang di derita oleh istrinya, ratu Morelia. Sejak lama, sebuah penyakit menyerang otak istrinya dengan ganas. Maka dari itu seringkali ratu Jihyo merasa kesakitan yang teramat bahkan sering pingsan. Mengetahui hal itu, raja Minjoon merasa menjadi suami serta raja yang tak berguna. Selama ini, ia sudah mengabaikan kesehatan istrinya dan sibuk mengurus kerajaan yang semakin berat.

Teringat kembali ucapan ratu Jihyo tadi sebelum sang istri tertidur pulas,

"Kyungsoo, jadikan dia seorang raja. Aku ingin melihatnya, Yang Mulia."

Tak terasa ketika bulir air mata jatuh mengenai telapak tangan yang memenang kayu jembatan. Raja Minjoon yang terlihat begitu dermawan dan kuat, kini menangis seorang diri. Rasa lelah terlihat begitu jelas serta penyesalan yang semakin besar.

"Kyungsoo, maafkan Ayah. Ayah sudah terlalu jahat padamu," begitulah yang terjadi.

Sementara, tanpa diketahui, Shefro melihat semua. Peri itu, yang sejak tadi mengikuti kemana raja Minjoon pergi tampak menghela nafas berat. Ia juga mendengar ketika ratu Jihyo meminta Kyungsoo untuk menjadi raja selanjutnya.

Peri kecil itu lantas terbang menjauh meninggalkan raja Minjoon seorang diri.

Sang raja menghapus air matanya pelan ketika seorang pelayan datang menghampiri.

"Yang Mulia, ratu Jihyo mencari anda."

•••

"A-ayah,,,"

Heechul  terdiam. Menatap pemuda di depannya dengan bingung.

"Siapa kau?" lantas ia bertanya.

Bukannya menjawab, pemuda di depannya itu hanya diam dengan genangan air yang menumpuk di pelupuk mata. 

"Hei—"

"Ayah, aku anakmu, Kim Jongin."

Kedua mata Heechul terbelalak. Ia memegang jeruji besi dengan mata bergetar.

"A-apa??"

Jongin hanya mengangguk pelan.

"Aku anakmu, Ayah."

"B-bagaimana bisa, lalu Hayeon, apa dia masih hidup?"

Kembali Jongin hanya mengangguk. Ia memegang erat kedua tangannya Heechul dengan terisak pelan.

"Ibu, mengkhawatirkanmu selama ini, Ayah."

Heechul kali ini tidak bisa membendung air matanya lagi. Ia menangis bersama Jongin. Pria itu menatap pemuda di depan jeruji besi dengan haru. Ia tak menyangka bahwa anak yang dulu masih berada di dalam kandungan istrinya, kini sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan dan pemberani. Ia jadi merasa teramat bersalah karena tidak ada saat Hayeon melahirkan.

"Jongin, kenapa kau disini? Kau tahu kan Aetos berbahaya. Ibumu akan mengkhawatirkanmu."

"Aku kesini untuk menjemputmu, ayah. Kita harus keluar bersama."

Heechul tersentak, pria itu lantas memegang tangan anaknya di jeruji besi.

"Jongin, kau tahu kan, keluar dari sini tidaklah mudah. Banyak sekali pengawal dan Aetos memiliki pengawasan yang ketak."

[END] Concordian : Lord of the EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang