Chapter 3 - Dunia ini sempit

439 27 3
                                    

Intip mulmed deh ada Deeva sama Nabila, ah mereka ucul beudh♥‎

[Nabila sebelah kiri, Deeva sebelah kanan]

*

"Gila! Temen lo yang tadi itu bener-bener deh," sesampainya di kamar, aku langsung meletakkan beberapa snack yang tadi kubeli dengan Nabila di atas nakas dan mulai memutar film ketiga.

"Itu temen sekelas lo, Nab?" tanyaku lagi sambil membuka sebuah snack.

"Iya, dia itu orangnya emang gokil, tapi modus banget sama cewek. Eh iya, lo udah tau belom Deev, si Rian temen SD kita itu kan satu sekolah lagi tau sama kita" Nabila membenarkan posisi duduknya.

"Serius? Rian yang kontet itu? Yang dulu suka main cakar cakaran sama lo kan?" Aku tertawa geli ketika mengingat masa-masa SD ku dulu. Nabila dari SD dulu memang tidak pernah takut dengan laki-laki atau siapapun. Tetapi jumlah teman laki-lakinya bisa dibilang tidak sedikit, karena ia orangnya memang asyik. Sedangkan aku, aku tidak pernah dekat dengan laki-laki selain kakak atau ayahku. Aku juga kurang mengerti alasan spesifiknya seperti apa.

Nabila mendengus lalu tersenyum miring, "Beh, jangan salah lu. Sekarang dia tinggi coy! Rambutnya ada jambulnya, keren deh berkumis tipis gitu. Maennya juga sekarang sama anak-anak gaul gitu kek Zavier, Athallah yang tadi ketemu kita di mini market"

"Anjir. Demi apa? Dul-"

Tunggu......

Tinggi?

Berjambul?

Berkumis tipis?

Sepertinya aku familiar mendengar kata-kata itu. Tapi, dimana ya aku pernah mendengarnya?

....

....

....

"Kenapa lu? Kek mikir keras gitu? Dul apaan?" Nabila melirikku melalui ekor matanya, lalu tatapannya kembali lagi ke layar TV.

Oh iya! Aku baru ingat. "Dia kan cowok yang nyariin gue waktu gue ke perpus dua hari yang lalu," itu loh, cowok yang dibilang sama Retta lewat LINE.

"Serius? Si Rian nyariin lo? Mau ngapain ya dia?"

"Tau" aku menaikan kedua bahuku. Ngomong-ngomong soal LINE dari Retta, aku jadi ingat soal cowok (gak) sangar yang ku tabrak dua hari lalu saat aku ingin membalas chat dari Retta.

"Oiya, Nab,"

Nabila menjawabnya dengan gumaman. "Masa ya, waktu gue mau ke perpus dua hari yang lalu itu gue nabrak cowok. Mukanya sangar abis, gue udah takut banget tuh waktu itu, takut dianya marah"

"Terus terus, dia marah gak ke lo?" Tanya Nabila yang sepertinya mulai tertarik dengan topik pembicaraanku kali ini.

"Nggak sama sekali, malahan ya suaranya itu loh ngakak lenje banget demi. Nggak nyangka gue. Dan yang lebih bikin ngakaknya itu...." Aku sudah tertawa lepas mengingat kejadian itu. Nabila menaikkan kedua alisnya, ia semakin penasaran dengan ceritaku yang menggantung.

"Rambutnya kena tai burung! Warnanya ijo-ijo gitu, dia nutupinnya pake tangan. Katanya dia kena pas lagi duduk di bawah pohon mangga. Ya ampun, ngakak deh" Nabila langsung terbahak-bahak mendengar ceritaku.

"Gila, tampang security hati hello kitty"

"Dia sekelas sama gue ternyata Nab, namanya Dennis"

Nabila membuka mulutnya hingga membentuk huruf O. "DENNIS? ITU MAH SOHIB GUE DI TEMPAT LES HAHAHAHA" Nabila kembali tertawa setengah berteriak saking histerisnya.

honey deeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang